Rayakan Ulang Tahun, Seminari Garum Gelar Konser Amal dan Pameran Lukisan Vecumfest

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Seminari Menengah St Vincentius a Paulo Garum (Seminari Garum) Keuskupan Surabaya menggelar acara Vecumfest (Veni Mecum Festival) dengan konsep charity concert dan expo di Widya Mandala Hall Surabaya Timur mulai 3-5 Agustus 2023.
Kegiatan tersebut mengusung tema The Spirit of Mission. Berlandaskan pada semangat "Mari Ikutlah Aku (Veni Mecum) Mat 4:19". Vecumfest sekaligus menandai perayaan 75 tahun Seminari Garum.
Advertisement
Rektor Seminari Garum RD Yuventinus Fusi Nusantoro mengatakan, tiket charity concert sudah terjual 1000 lembar. Ini menunjukkan antusiasme tinggi umat Katolik untuk terlibat dalam sebuah konser amal.
Seminari Garum akan berkolaborasi dengan orchestra dan dance SMA Katolik St Louis 1 Surabaya, hand bell dan choir SMAK St Hendrikus Surabaya, Gracioso Sonora Choir The Roms (Band Romo), RD Antonius Putri Anggoro dan SW Komedian yang akan menampilkan kolaborasi tari, gamelan, musikalisasi puisi dan drama.
"Charity concert akan menjadi puncak acara dan berlangsung pada Sabtu 5 Agustus," terang Rektor Seminari Menengah Vincentius a Paulo Garum RD Yuventinus Fusi Nusantoro, Jumat (4/8/2023).
Sementara itu, pihaknya juga sangat mengapresiasi keterlibatan para seniman dan romo karena menghadirkan lukisan indah mereka dalam expo di hall utama.
Bung Yon menjelaskan perjalanan karyanya dalam acara pameran lukisan Vecumfest di Widya Mandala Hall Surabaya, Jumat (4/8/2023).(Foto: Lely Yuana/TIMES Indonesia)
Pameran lukisan ini merupakan bagian dari inisiasi atau gagasan dari para romo melalui diskusi bersama seniman.
Sementara itu, Seniman Agoes Koechink mengatakan alasan mengapa pameran lukisan hadir dalam acara ini.
Lukisan dinilai mampu memvisualisasikan ide dan gagasan dari lingkungan sekitar, Alkitab dan lainnya. Peran gereja dan seniman bisa saling terhubung.
"Karena memang sejarah sudah menuliskan jika peran gereja dan seniman sangat penting untuk menyuarakan gagasan perkembangan zaman," ucapnya.
Pameran diselenggarakan di sebuah kampus sehingga kampus memiliki peran penting menyuarakan gagasan sebagai refleksi kehidupan yang mampu memberikan pencerahan bagi siapa saja yang menikmati.
Karena setiap lukisan adalah visual yang mudah dipahami.
"Pengguliran pameran ini menurut teman-teman seniman agar mahasiswa dapat mengambil refleksi kehidupan dari lingkungan sekitar," kata Agoes Koechink.
Keterlibatan romo, gereja, mahasiswa dan seminari mendapat apresiasi. Banyak perupa terlibat. Seperti Seniman Lukis Yon Wahyu Ono alias Bung Yon dan Benny Dewo dan lainnya.
Bung Yon mengaku sangat bangga dapat bergabung. Ia mempersembahkan lukisan abstrak yang indah dan sudah ia siapkan selama satu minggu lalu. Seperti lukisan berjudul Jalan Menuju Surga.
Ini adalah mimpi pribadinya bahwa seni bisa untuk siapa saja. Ia bersama para seniman dari berbagai daerah bertemu dalam ruang yang sama.
"Suasana kebatinan kebudayaan di kampus makin lama makin pudar. Ketika para romo mengajak kami para perupa rasanya seperti mendapatkan angin segar," ucap Bung Yon.
Menurutnya, tradisi Katolik tidak bisa lepas dari kesenian dan kebudayaan. Maka dari itu, Bung Yon berharap dapat memberi inspirasi bagi Tri Civitas Akademika Universitas Widya Mandala.
Ia juga ingin agar kesenian harus tetap berpihak pada nilai-nilai, etika dan moral. Bung Yon berharap kampus ini dapat menjaga tradisi tersebut. Sebuah tradisi yang lahir dari gereja. Ada kerinduan dari para seniman untuk berjumpa lagi di pameran berikutnya.
Sementara total 60 lukisan beberapa di antaranya adalah karya para romo. Sekitar 40 persen karya romo dari 9 romo dan sisanya para seniman. Lukisan para romo ini dikurasi oleh Bung Yon.
"Proses kurasi sangat sederhana," kata dia.
Setelah empat kali pameran bersama para romo, ia pun menyimpulkan bahwa art has no rules. Karena seni itu hidup dalam jiwa setiap manusia.
Jika lukisan para romo ini terjual, maka 100 persen didonasikan pada Seminari Garum.
Sementara lukisan perupa lain akan mendonasikan 50 persen kepada Seminari Garum.
Sisa lukisan yang tidak terpajang di hall karena keterbatasan tempat, tetap dipamerkan di area cafe pastor agar kolektor bisa menikmati lukisan dan membawanya pulang.
Dalam pameran lukisan juga ada kolaborasi karya para pelukis, perupa, dan orang awam. Mereka mencoret kuas bersama pada Mei lalu di Seminari Garum. Lukisan abstrak ekspresif tersebut turut tampil di antara puluhan lukisan lain. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |