Peristiwa Daerah

Berpotensi Cemari Lingkungan, Dosen UB Beri Solusi Pengolahan Limbah Kotoran Sapi Perah

Sabtu, 05 Agustus 2023 - 11:52 | 61.01k
Ilustrasi sapi perah. (Dok. TIMES Indonesia)
Ilustrasi sapi perah. (Dok. TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Usaha peternakan sapi perah merupakan salah satu bidang usaha yang strategis dan potensial. Salah satu daerah yang banyak menjalankan usaha tersebut seperti di wilayah Kota Batu. Namun, disamping potensi labanya yang tinggi, peternakan sapi juga punya potensi yang besar untuk mencemari lingkungan, apabila kotoran ternak tidak dikelola dengan benar.

Dalam sebuah penelitian dijelaskan bahwa seekor sapi perah memproduksi kotoran sebanyak 40 - 50 persen dari jumlah pakan yang dikonsumsi. Angka yang cukup besar untuk dapat menjadi masalah atau peluang.

Advertisement

Menyikapi permasalahan tersebut, Dosen Universitas Brawijaya (UB)  yang tergabung dalam tim Doktor mengabdi melakukan  pendampingan dan pelatihan pengolahan biomasa limbah kotoran sapi perah melalui proses pengomposan kepada Kelompok Tani Sumber Bumi Makmur Desa Tlekung, Junrejo, Batu, April – Agustus 2023.

Tim itu terdiri dari Dr. Marjuki, Dr. Ita Wahju Nursita, dan Prof. V.M. Ani Nurgiartiningsih, dan Yuli Frita Nuningtyas, M.Sc. dari Fakultas Peternakan, Dr. Lenny Sri Nopriani dari Fakultas Pertanian, dan Dr. Desi Tri Kurniawati dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Serta melibatkan lima mahasiswa program sarjana (S1) dari Fapet UB.

Ketua Tim doktor mengabdi UB, Dr Marjuki menerangkan, berdasarkan peraturan Pemerintah Nomor 95 Tahun 2012 juncto Peraturan Menteri Pertanian Nomor 11 Tahun 2020 berbunyi, setiap usaha peternakan harus memiliki fasilitas penanganan limbah dan kotoran.

"Namun faktanya hampir seluruh peternak tidak memiliki fasilitas tersebut karena keterbatasan kepemilikan lahan di sekitar kandang. Akibatnya hampir seluruh kotoran dibuang ke selokan atau sungai yang menyebabkan polusi dan kerusakan lingkungan," ucapnya.

Salah satu wilayah yang mengalami permasalahan ini adalah peternakan di Kota Batu. Sebab kota Batu adalah wilayah kota dengan jumlah penduduk dan pemukiman yang padat. Disamping itu sebagai daerah pariwisata yang riskan terhadap limbah kotoran ternak.

"Permasalahan yang dihadapi peternak di sana. Antara lain jumlah produksi kotoran sapi perah yang sangat tinggi, belum ada penanganan masalah limbah, dan kurangnya pengetahuan peternak tentang teknologi pengolahan limbah," ucapnya.

Pelatihan dimulai dengan pengolahan biomasa limbah kotoran, yang diawali dengan proses pengomposan secara kolektif pada tiap-tiap kelompok peternak menggunakan sistem bank kotoran. Kemudian seluruh limbah diangkut ke unit pengomposan untuk diproses menjadi pupuk kompos organik.

Proses pengomposan akan dilaksanakan secara aerob atau terbuka dengan penambahan serasah sebagai sumber karbon dan penambahan starter bakteri azotobacter untuk mempersingkat proses pengomposan sehingga dalam waktu satu sampai dua minggu sudah selesai dan produknya berupa pupuk kompos siap digunakan.

“Melalui pendampingan dan pelatihan ini kami akan melakukan perbaikan manajemen pengolahan limbah kotoran sapi menggunakan teknologi fermentasi. Sehingga dapat meningkatkan kemampuan peternak dalam mengolah limbah disamping itu juga menaikan nilai ekonomis dan manfaatnya, ” pungkas  Marjuki. (d)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES