Semarak Pentas Seni Kembang Rampe Sammira, Upaya Lestarikan Budaya Nusantara

TIMESINDONESIA, LOMBOK UTARA – Rumah Budaya Kembang Rampe Sammira, Lombok Utara menghadirkan pentas seni sebagai upaya melestarikan budaya Nusantara, terutama kepada generasi muda. Pentas seni menjadi tontonan hiburan masyarakat Lombok Utara, yang berlangsung meriah dan semarak bertempat di Lapangan Tioq Tata Tunaq Tanjung, Sabtu malam (12/8/2023).
Pagelaran seni bertajuk ‘Gebyar Tari Tradisional Suku Sasak Dayang Gunung’ digelar satu malam suntuk sejak pukuk 19.00 WITA, yang menampilkan 15 seni tari tradisional. Satu persatu tampil memukau yang menghibur masyarakat tumpah ruah di lapangan umum beralaskan rumput, hadir juga menyaksikan Bupati Lombok Utara, Kapolres Lombok Utara, Ketua TP PKK Lombok Utara, dan unsur pemerintahan lainnya.
Advertisement
Seni tari pembuka ditampilkan oleh seni tari gendang beleq sebagai ciri khas susuk sasak, menabuh gendang beleq membuat masyarakat yang menonton takjub karena pentas seni semacam ini sangat jarang sekali diadakan di Lombok Utara. Suasana tempo dulu kembali terasa dengan suasana angin malam dan suasana sedikit gelap pencahayaan membuat masyarakat terhanyut menyaksikan pagelaran dari pentas satu ke pentas berikutnya sampai selesai. Tontonan pentas seni ini membuat lapangan umum Tanjung ini tumpah ruah dari kalangan anak-anak, remaja sampai dewasa.
Sebanyak 15 seni tari tradisional yang menghibur masyarakat meliputi Tari Gendang Beleq, Tari Kembang Sembah, Tari Sireh, Tari Kembang Rampe, Tari Gandrung, Tari Gegerok, Tari Manuk-Manukan, Tari Rudat, Tari Mendewa, Tari Sedah Pengkasme, Tari Topeng, Tari Kinanti, Tari Nyoyang, Tari Nunas Aek, Tari Wonderland. Dari pentas seni tari yang tampil dari anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah, dan ada juga guru-guru seni tari.
Menurut Ketua Rumah Budaya Kembang Rampe Sammira, Sandi Justitia Putra, tujuan dari pagelaran pentas seni tari tradisional ini sebagai ajang promosi, pelestarian serta menjaga semangat dan memasyarakatkan seni tari suku sasak di Lombok Utara.
“Harus tetap dilestarikan dari turun temurun. Segenap masyarakat harus bisa mengambil peran dalam melestarikan warisan para leluhur Lombok Utara,” terangnya.
Tarian Sedah Pengaksame, tarian penyambutan yang biasa digunakan pada acara-acara seremonial pada zaman dahulu dan masih dilestarikan sampai sekarang. (Foto: Heri Mahardika/TIMES Indonesia)
Tarian Tradisional Tidak Boleh Kalah dengan Tarian Modern
Tarian bukanlah hal yang asing dalam kehidupan masyarakat. Banyak orang yang menyukai seni tari dari berbagai kalangan seperti anak-anak, remaja sampai orang dewasa. Beragam jenis tarian telah dikenal dan dinikmati seperti tarian tradisional, kreasi maupun tarian modern. Kondisi saat ini banyak penikmat tarian mulai meninggalkan tarian tradisional lebih menyukai tarian modern. Tarian tradisional tidak boleh termakan waktu, harus tetap eksis dan dilestarikan karena menjadi khas khazanah kekayaan masyarakat Indonesia. Terlebih Lombok Utara sebagai daerah kawasan wisata yang mendatangkan ribuan wisatawan mancanegara tentu memiliki tantangan tersendiri dalam melestarikan seni tari tradisional.
“Tarian tradisional memiliki ciri khas yang berbeda-beda dari tiap daerah dan semua itu memperkaya kesenian budaya bangsa Indonesia yang nantinya akan menyaingi seni tradisional mancanegara. Dan salah satu seni tradisional yang harus dilestarikan ialah seni tari yang dimiliki oleh masyarakat suku sasak di Lombok Utara,” ungkap Sandi.
Kembang Rampe Sammira selama ini fokus bergerak di bidang kebudayaan, khususnya seni budaya tradisi. Kegiatan pentas seni bukanlah pertama kali diadakan, pihaknya kerap mengadakan pentas seni tradisi. Pada tahun 2018, pihaknya mengadakan di Jogyakarta mensiarkan langsung ke masyarakat luas dengan melibatkan putra-putri Lombok Utara yang kuliah di Yogyakarta. Kemudian, tahun 2019 mengadakan pentas seni juga bersama Sanggar Sukma Rahayu. Pada tahun 2020-2021, pihaknya fokus mendirikan sekolah adat di Desa Bentek.
“Pada tahun 2023, selama tiga malam berturut-turut kami hibur masyarakat di Desa Bentek. Dan malam ini kami hadir kembali di lapangan umum Tioq Tata Tunaq untuk menghibur masyarakat dengan konser seni tari,” imbuhnya.
Mengingat sedemikian pentingnya fungsi seni tari tradisional dalam kehidupan masyarakat Susuk Sasak di Lombok Utara. Untuk itu, diperlukan tekad, semangat kebersamaan, program kerja, dan kebijakan terarah dari pemerintah didukung segenap masyarakat untuk terus menggali, membina, mengembangkan, serta melestarikan bentuk-bentuk seni.
“Sebagai ajang promosi, pelestarian serta menjaga semangat dan memasyarakat seni tari suku sasak di Lombok Utara. Kegiatan kami didukung oleh Ditjen Kebudayaan, Kemendikbudristek,” jelasnya.
Bupati Lombok Utara, Djohan Sjamsu memberikan apresiasi atas terselenggaranya pentas seni yang diadakan oleh anak-anak muda Lombok Utara yang peduli dan tetap menjaga untuk melestarikan budaya seni tari tradisional suku sasak. Harapannya kepada Kembang Rampe Sammira, tarian tradisional khas Dayang Gunung harus mampu bersaing dan dikreasikan karena tarian tradisional khas Dayang Gunung berbeda dengan kabupaten/kota lain di NTB.
“Pentas seni ini tentu menghibur masyarakat, tidak hanya harus tetap dilestarikan,” ucapnya.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |