Peristiwa Daerah

Sekda DIY Beny Suharsono Sebut Pentingnya Mindset Pengelolaan Sampah

Senin, 21 Agustus 2023 - 21:05 | 81.80k
Sekda DIY Beny Suharsono.
Sekda DIY Beny Suharsono.
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Pengelolaan sampah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta masih menyisakan masalah. Sejak TPA Piyungan ditutup sementara pada 23 Juli 2023, di sejumlah sudut wilayah Kota Yogyakarta banyak sampah menumpuk. Karena itu, perlu adanya gerakan massif dan ekstrim terkait pengelolaan sampah.

Sekda DIY, Beny Suharsono mengatakan, sudah saatnya pola penanganan sampah diubah. Sebab, bila penanganan sampah dilakukan dengan cara-cara lama maka akan terus menyisakan persoalan dimasa akan datang.

Advertisement

“Kita perlu menanamkan mindset, pola pikir positif masyarakat dalam mengelola sampah yang mereka hasilkan setiap hari. Memang merubah semua itu bukan perkara yang mudah. Karena itu, harus di paksa. Apalagi, selama ini kita telah di manja dalam memperlakukan sampah yang kita hasilkan,” terang Beny Suharsono kepada TIMES Indonesia, Senin (21/8/2023).

Padahal, mekanisme pengelolaan sampah juga berhubungan erat dengan capaian target pembangunan yang berkelanjutan. Juga, berdampak pada aspek ekonomi dan sosial masyarakat.

Selain itu, sampah erat kaitannya dengan kesehatan, perubahan iklim, pengurangan kemiskinan, keamanan pangan,  sumberdaya, dan sebagainya. Disisi lain, pengelolaan sampah yang tidak tepat juga dapat dianggap sebagai penghambat sistem.

“Sampah yang tidak dikelola dengan baik maka akan berdampak negatiff bagi masyarakat dan pemerintah,” tandas Benny.

Menurutnya, ada sejumlah faktor yang mempengaruhi masalah sampah yaitu penyebaran maupun kepadatan penduduk, sosial ekonomi, karakteristik lingkungan perilaku serta budaya yang ada di masyarakat.

Beny Suharsono menyebutkan berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dalam pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Nah, kondisi TPA Piyungan saat ini dapat menjadi momentum bersama untuk menyadarkan diri bagaimana mengelola sampah yang bijak.

Selain itu, ia meminta masyarakat dapat memilah sampah sesuai jenisnya dari awal. Perilaku masyarakat memilah sampah (organik, anorganik) ini juga harus di ikuti oleh tindakan petugas sampah yang mengangkutnya. Kemudian perilaku seperti itu patut dibudayakan.

“Masyarakat telah memilah. Namun jika petugas kembali membuka bungkusan sampah dan mencampurnya di atas truk. Serta membuangnya ke TPA ya sama saja ceritanya,” ujarnya.

Karena itu, Beny mengingatkan pentingnya masyarakat melakukan 3R (Reduce, Reuse, Reycycle). Nah, praktik langkah 3R yakni mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang sampah. Dimana konsep zero waste termasuk didalamnya dan mengolah sampah organik menjadi pupuk kompos.

Perilaku masyarakat harus di topang dengan kebijakan pemerintah daerah yang. Juga penerapan tehnologi yang ramah lingkungan tentunya.

Jika hal tersebut diterapkan, maka ia optimistis zero waste dan zero emission bisa diwujudkan.

Benny ingatkan pesan Gubernur DIY Sri Sultan HB X bahwa daerah harus bisa mengelola sampah secara mandiri.

Menurutnya, Sleman kini telah memiliki Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPSS) Tamanmartani yang hanya diperuntukan untuk sampah dari kabupaten Sleman saja. Sedangkan untuk Kabupaten Bantul. Menurut Beny tidak ada masalah. Bantul masih memiliki lokasi yang cukup memadai. Mereka bahkan bisa mengolah sampah secara terdesentralisasi. Disamping itu Bantul juga mempunyai program sampah selesai di level kalurahan. 

“Kita apresiasi, langkah Bupati Bantul yang segera akan memberdayakan BUMD nya dalam hal pengelolaan sampah,” papar Benny.

Dengan demikian, lanjut Beny, tinggal memikirkan bagaimana nanti langkah  kedepannya. Hal ini berbeda dengan Kota Yogyakarta yang tidak memiliki lahan memadai. Diperkirakan sampah di Kota Yogyakarta berkisar 260 ton per hari yang tadinya ditampung di TPA Piyungan.

Karena itu, Pemda DIY memberikan kelonggaran atau celah 10% di Zona Transisi 1 TPA Piyungan yang akan menampung 100 ton sampah per hari. Serta 15 ton perhari di TPA Banyuroto Kulon Progo. Dengan kondisi tersebut, hanya sampah residu organik yang akan tertampung. Sehingga masyarakat harus pandai mengelola sampah yang mereka hasilkan.

Benny menegaskan, TPA Piyungan maupun Tamanmartani merupakan tempat pengelolaan sampah, bukan tempat pembuangan. Untuk itulah ia terus berharap pentingnya kerjasama antar daerah dalam mengatasi sampah.  Termasuk upaya menumbuhkan pola pikir masyarakat tadi.

Ia contohkan sampah anorganik jika dikelola secara bijak bisa di jual. Sementara  sampah organik, bisa diolah menjadi kompos.

“Sampah yang dikelola dan dimanfaatkan dengan baik tentunya akan memberikan banyak manfaat, salah satunya adalah peningkatan ekonomi masyarakat," tegasnya.

Dalam kesempatan ini, Sekda DIY Beny Suharsono mengingatkan supaya wilayah Kulonprogo dan Gunungkidul juga melakukan pengelolaan sampah dengan bijak dari awal hingga pembuangan.

“Mulai dari pengumpulan, pengangkutan, perawatan, dan pembuangan. Tentunya  hal ini harus disertai monitoring dan regulasi manajemen sampah," pesan Sekda DIY, Benny terkait pentingnya menanamkan 'mindset' positif warga masyarakat dalam pengelolaan sampah. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES