Kincir Air Tradisonal, Cara dan Tradisi Warga Sukasirna Tasikmalaya Atasi Kekeringan

TIMESINDONESIA, TASIKMALAYA – Berjalan di pematang sawah menyusuri area pertanian di kampung Sukasirna Kabupaten Tasikmalaya, sayup terdengar suara kincir berderit-derit.
Lahan persawahan ini beberapa pekan lalu sudah mulai nampak mengering. Beberapa petak sawah tanahnya terlihat retak-retak menandakan musim kemarau mulai datang.
Advertisement
Di salah satu petak sawah nampak seorang pria membawa karung goni di tangan kanannya dan tangan kirinya memegang sebuah arit. Tangan pria berusia setengah abad lebih ini tak henti memotong rumput dan memasukannya kedalam karung.
Pria tersebut tengah mencari untuk pakan domba ternak piaraannya. Saat dihampiri TIMES Indonesia, pria warga Kampung Sukasirna, Desa Manggungsari, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat itu mengaku bernama Oyon.
Oyon menceritakan lahan pertanian yang ada di kampung Sukasirna sejak beberapa pekan tanahnya mulai mengering karena datangnya musim kemarau.
"Tos sasabaraha minggon sawah dipalihan dieu mah gararing, malih mah taneuhna oge tos katingal raretak (Sudah beberapa pekan sawah di daerah sini (Sukasirna) mengering, bahkan tanahnya juga sudah terlihat retak," ungkap Oyon, Selasa (22/8/2023) petang.
Pria berusia 58 tahun ini mengisahkan ada tradisi masyarakat yang sudah turun temurun dalam mengatasi permasalahan sulitnya pasokan air untuk lahan persawahan akibat kekeringan, yakni dengan membuat kincir air di Sungai Citanduy.
Pembuatan kincir air, menurutnya, dilakukan warga secara gotong royong dan dananya pun dihimpun swadaya.
"Ya pak ini sudah puluhan tahun, membuatnya secara swadaya. Saya juga rencana mau membuat menunggu warga yang lain, karena lahan sawah milik saya hanya 18 bata, kalau bikin sendiri kan tidak akan menutup biaya pembuatan kincir dibandingkan dengan hasil panen nanti," ujarnya.
Kincir air tradisional tengah beroperasi di bantaran sungai Citanduy tepanya di Kampung Sukasirna, Desa Manggungsari, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Selasa (22/8/2023) petang. (FOTO: Harniwan Obech/TIMES Indonesia)
Pantauan TIMES Indonesia pada Selasa (22/8/2022), saat ini ada tiga kincir air yang tengah dioperasikan di aliran Sungai Citanduy. Masing-masing kincir berdiameter sekitar lima meter berfungsi untuk mengangkut air dari sungai serta mengalirkannya ke sawah petani melalui saluran yang terbuat dari bambu.
Kepala Desa Manggungsari Ucu Komar Awaludin saat temui di lokasi kincir air mengatakan pembuatan kincir air oleh masyarakat Sukasirna ini sudah menjadi tradisi petani saat menghadapi musim kemarau.
"Ini sudah tradisi petani di sini, sebab sawah di sistem pengairannya tadah hujan, yang mengandalkan pasokan air dari hujan. Jadi kalau musim kemarau sawah di sini selalu kekeringan, makanya petani memanfaatkan kincir air untuk mengairi sawah dari Sungai Citanduy,” kata Ucu, Selasa (22/8/2023) petang.
Dalam pembuatan kincir air, Ucu mengatakan diperlukan beberapa bahan berupa bambu, papan kayu serta laker untuk memfasilitasi putaran dan gerakan as kincir air agar lebih mudah berputar. Bahan tersebut menurutnya akan menghabiskan dana Rp1 juta.
Tradisi membuat kincir air saat menghadapi kemarau ini sudah dilakukan sejak puluhan tahun lalu oleh para masyarakat petani di Kampung Sukasirna karena dinilai lebih efektif sebagai solusi mengantisipasi kekeringan lahan sawah.
"Jadi, lebih efisien pakai kincir air. Dengan kincir air, blok lahan persawahan di sekitar sini yang luasnya sekitar kurang lebih empat hektare, tetap bisa ditanami padi walaupun saat masuk musim kemarau," kata Ucu.
"Kemudian biaya pembuatan kincir air dinilai lebih murah dibandingkan modal yang harus dikeluarkan setiap hari untuk bahan bakar pompa. Perawatan kincir air pun dinilai lebih mudah dan efektif," imbuhnya.
Menurut Ucu, saat di Kampung Sukasirna sudah ada tiga kincir air yang sudah berjalan, biasanya saat musim kemarau panjang sedikitnya ada enam sampai tujuh kincir air yang beroperasi di blok Sukasirna yang berbatasan dengan bantaran Sungai Citanduy.
"Terakhir kincir air dibuat oleh masyarakat pada musim kemarau tahun 2019, biasanya sih di musim kemarau panjang ada sekitar enam sampai tujuh kincir dibuat masyarakat petani untuk menjaga pasokan air ke sawah selama musim kemarau," pungkas Ucu. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Rizal Dani |