Tradisi Nelayan Probolinggo, Puluhan Kapal Larung Sesajen di Pantai Mayangan

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Sebagai bentuk rasa syukur nelayan, ratusan warga gelar larung sesajen di pantai Pelabuhan Perikanan (PPI) Mayangan, Kota Probolinggo, Jawa Timur, Sabtu (26/82023). Tradisi larung sesajen yang dilakukan dari pagi hingga siang hari bertujuan untuk mendapatkan berkah, keselamatan serta bentuk dari rasa syukur.
Santoso (38) salah satu nelayan setempat menyampaikan, kegiatan yang dilakukan setahun sekali ini sebagai bentuk rasa syukur kepada sang pencipta. Hal itu dilakukan lantaran hingga saat ini, nelayan masih diberikan keselamatan dalam bekerja, serta tetap mendapatkan rezeki dari hasil tangkapan ikan.
Advertisement
Kapal kecil untuk larung sesajen yang diikuti sejumlah kapal nelayan Mayangan. (FOTO: Rizky Putra Dinasti/TIMES Indonesia)
Menurut Santoso, isi dari larung merupakan hasil bumi serta barang-barang yang telah dihasilkan dari tangkapan ikan. Seperti emas, makanan, pakaian, termasuk hewan ternak yang diwakilkan dengan kepala sapi.
Kemudian, barang-barang yang akan dilarung tersebut ditempatkan pada kapal kecil yang sebelumnya dibuat untuk petik laut. Barulah di larung dengan cara ditarik oleh kapal nelayan. Puluhan kapal nelayan lainnya ikut di belakangnya.
“Dulu larung dalam petik laut ini ditarik ke tengah dan ditabrak agar tenggelam. Namun, kali ini karena tujuannya juga untuk amal. Maka hanya dilepas di tengah laut saja, tidak sampai ditabrak hingga karam atau tenggelam,” kata Santoso.
Nantinya, warga bisa mengambil bahan dari petik laut yang di larung tersebut. “Yang boleh mengambil itu selain warga Mayangan. Untuk warga mayangan sendiri tidak boleh. Karena diyakini akan membawa musibah. Sebab, itu kan hasil sedekah dari warga mayangan,” kata nelayan tiga anak itu.
Camat Mayangan, Agus Dwi Wantoro menerangkan, acara petik laut ini merupakan budaya yang perlu dilestarikan. Khususnya bagi nelayan di Mayangan. “Ini sebagai bentuk rasa syukur atas rezeki yang telah diberikan sebelumnya,” imbuhnya.
Menurutnya, warga percaya dengan adanya petik laut dimana ada sejumlah barang yang dilarung ke tengah laut ini diyakini sebagai simbol rasa syukur, memberikan keselamatan serta agar terus dilimpahkan rezeki, khususnya untuk nelayan.
“Untuk kegiatannya sendiri mulai dari tasyakuran dan pengajian, pawai budaya serta petik laut. Dan kami berharap dengan diadakannya kegiatan ini menambah kerukunan bagi nelayan khususnya warga di Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo,” Tutup Agus. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Muhammad Iqbal |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |