Napak Tilas Budaya Kasepuhan Pekuncen Kota Mojokerto, Lestarikan Budaya para Leluhur

TIMESINDONESIA, MOJOKERTO – Makam Kasepuhan Pekuncen Kota Mojokerto dikenang sebagai makam leluhur. Napak tilas Makam Pekuncen budaya kasepuhan digelar oleh kalangan masyarakat lingkungan Pekuncen, Kelurahan Surodinawan, Kota Mojokerto. Pekuncen Bershalawat digelar untuk melestarikan budaya dari para leluhur dari situs yang dibangun sekitar tahun 1850 an ini.
Ketua Panitia Napak Tilas Budaya Kasepuhan, Nasrullah mengatakan bahwa kegiatan ini sengaja diinisiasi masyarakat untuk mengenalkan kepada masyarakat umum bahwa terdapat situs makam luhur yang ada di kota mojokerto.
Advertisement
"Kami bersama warga mengadakan napak tilas budaya kasepuhan ini untuk melestarikan budaya leluhur dan agar tetap dikenal oleh generasi milenial dan tidak punah," terang pria yang akrab dengan panggilan Arul ini kepada TIMES Indonesia, Selasa (29/8).
Menurutnya, di makam luhur pekuncen ini selain terdapat makam para bupati terdahulu mojokerto, bahkan dipercaya di makam tersebut terdapat makam wali-wali allah.
"Dengan kemajuan teknologi semuanya bisa lihat di youtube tentang makam luhur pekuncen yang terdapat di Kota Mojokerto ini, ada berbagai orang dengan latar belakang disemayamkan di makam ini. Mulai dari Bupati, pahlawan nasional, dan wali-wali allah," terang pria yang juga merupakan politisi muda PDI Perjuangan ini.
"Maka kegiatan ini kami (masyarakat) menginisiasi agar makam ini semakin dikenal masyarakat luas bahkan harapan kami suatu saat makam ini menjadi wisata religi yang ada di kota mojokerto," tambahnya.
Ia menambahkan bahwa kegiatan napak tilas budaya kasepuhan ini kental dengan nuansa religi terbukti di malam puncak pelaksanaannya, panitia pelaksana mengadakan pekuncen bersholawat dengan menghadirkan grup sholawat Syubbanul Muslimin yang telah banyak dikenal masyarakat Indonesia.
"Karena ini leluhur yang kental dengan sejarah keislaman, maka di malam puncak kami menghadirkan majelis ta'lim syubbanul muslimin yang kelasnya sudah go internasional yang dipimpin oleh KH. Hafidzul Hakiem Noor," terangnya.
Ia mengharapkan agar kegiatan ini bisa menjadi kegiatan tahunan dan kedepan bisa bekerjasama dengan pemerintah setempat.
"Karena dimakam ini juga terdapat makam para bupati mojokerto terdahulu maka kami harap pemerintah setempat juga bisa mendukung kegiatan ini sehingga kedepan apa yang dicita-citakan bersama bisa tercapai," tuturnya penuh harap.
"Alhamdulillah kegiatan ini juga dihadiri oleh arkeolog juga ketua komisi III dan anggota DPRD Kota Mojokerto lainnya, ya sebenarnya yang kami undang banyak, mulai dai wali kota, kemudian bupati mojokerto, ketua dprd kota dan kabupaten mojokerto plus nggota dprd ditingkat yang lebih tinggi, tapi karena ada kegatan lain jadi ya begini," tutupnya.
Untuk diketahui, dalam rangkaian kegiatan ini juga terdapat pameran UMKM masyarakat sekitar juga tabur bunga di makam leluhur.
Sejarah Makam Pekuncen
Kompleks makam Pekuncen adalah lokasi persemayaman bagi keluarga Adipati Tjondronegoro. Karena itu bisa juga sebut Makam Tjondronegaran.
Makam Pekuncen pertama kali didirikan oleh Bupati Mojokerto Raden Tumenggung Tjondronegoro II pada kisaran tahun 1850. Dia merupakan putra ke 20 dari Tumenggung Jimat Tjondronegoro yang memerintah Surabaya Kasepuhan.
Sebelum menggunakan gelar Tjondronegoro nama yang dipakai adalah Raden Panjie Onggowidjojo. Setelah menjadi Patih di Surabaya Kanoman atau Jabakota kemudian diangkat menjadi Bupati Japan pada tahun 1827. Bupati yang digantikan adalah Raden Adipati Prawirodirdjo yang dimakamkan di Komplek Makam Botoputih Surabaya, sama lokasinya dengan makam Tumenggung Jimat Tjondronegoro. Dari situ sudah dapat dipastikan bila Tjondronegoro atau Panji Onggowidjojo masih kerabat dari Adipati Prawirodirdjo.
Pada tahun 1838 atau sekitar 10 tahun menjabat Bupati, Tumenggung Tjondronegoro memindahkan keraton atau rumah dinas bupati ke Mojokerto. Pemindahan pusat kekuasaan dari Kauman Kutho Bedah di Sooko Utara itu juga diikuti dengan perubahan nama wilayah dari Kabupaten Japan menjadi Kabupaten Mojokerto. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa pendiri Kota Mojokerto adalah Tumenggung Tjondronegoro.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Irfan Anshori |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |