Bigar Ndalu Bikin Puluhan Orang Mendem, Sekali Sentuh oleh Sang Dukun Langsung Sembuh

TIMESINDONESIA, BANYUMAS – Suntingan tarian teatrikal tayub atau yang disebut Lengger Banyumas dan dibalut dengan pagelaran kuda lumping khas Banyumas memukau ribuan penonton di lapangan taman Kota Rawalo, Minggu malam (17/9/2023).
Bentang budaya yang bertajuk Bigar Ndalu dihelat pada malam hari dengan tujuan agar para seniman muda dapat menumpahkan bakatnya secara tuntas tidak seperti bila dilaksanakan pada siang hari.
Advertisement
Menurut Ketua penyelenggara Bigar Ndalu, David Okta Nugraha, acara dilaksanakan pada malam hari karena menghindari sengatan matahari dan harus dihentikan pada saat masuk waktu ibadah sholat duhur dan Asar.
David juga menjelaskan Bigar Ndalu melatih kepribadian seni agar disiplin waktu karena acara malam di tutup pada jam 23.00. Harapan tersebut terbukti karena 22.45 peserta yang mendem atau kerasukan indang ebeg dapat cepat menguasai diri sadar dengan dibantu oleh para guni (sebutan dukun ebeg).
"Ini bagian inovasi budaya lokal Banyumas yang biasanya digelar siang hari dengan berbagai suntingan tarian teatrikal dan tayub atau lengger modern dan acara utama adalah pentas kuda lumping atau jaran kepang yang tergabung dalam Paguyuban Kuda lumping Banyumas Pakumas," jelas David.
Banyak orang berpengaruh di Jawa Tengah yang hadir langsung menyaksikan ketakjuban seni Bigar Ndalu, salah satunya adalah Asfirla Harisanto anggota DPRD Jawa Tengah yang menyatakan takjub karena antusias masyarakat pecinta seni kuda lumping sangatlah luar biasa.
"Saya kagum dengan seniman kuda lumping di Rawalo ini terlebih penonton seolah juga diajak berpartisipasi dalam menari dan mendem,"ujarnya.
Asrfirla berharap seni kuda lumping Pakumas yang didominasi oleh para kawula muda diharapkan tetap terpelihara dan dijunjung tinggi untuk dipertahankan sebagai nilai nilai budaya luhur bangsa.
Pembina paguyuban kuda lumping Banyumas (Pakumas) menyebut secara keseluruhan kuda lumping tersebar merata ada di 27 kecamatan di Kabupaten Banyumas.
"Kalau mereka hadir bukan hanya perwakilan, maka lapangan desa Rawalo tidak akan dapat menampung kegiatan Bigar Ndalu, karena banyaknya anggota penari," ujarnya.
Suherman berharap, untuk pentas kolosal semacam Bigar Ndalu harus mencari lokasi yang luas, karena penonton yang hadir malam ini juga ribuan. Artinya kecintaan masyarakat akan seni tradisional sangatlah tinggi.
Seperti diketahui seni kuda lumping khas Banyumas selalu ramai oleh penonton bila dipentaskan. Uniknya ketika menonton selalu saja ada yang ikut mendem atau kesurupan.
Kuda lumping selalu menjadi hiburan rakyat kecil di pelosok pelosok desa,maka tak heran bila beberapa pejabat seperti kepala desa selalu berperan penting dalam mempertahankan budaya lokal tersebut.
Dalam gelar Bigar Ndalu, selain ribuan warga yang menonton, juga disaksikan langsung oleh Wakil Bupati Sadewo Trilastiono yang juga ketua Dewan Kesenian Kabupaten Banyumas DKKB, Djasarmen pemerhati seni budaya, dan Jajaran Forkopincam kecamatan Rawalo serta ratusan pedagang dadakan.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Rizal Dani |
Konten promosi pada widget ini bukan konten yang diproduksi oleh redaksi TIMES Indonesia. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.