Habiskan Dana 1,8 Miliar, Pasar Oleh-oleh Jombang Malah Sepi Seperti "Kuburan"

TIMESINDONESIA, JOMBANG – Kondisi mengenaskan terlihat pada Pasar Oleh-oleh Jombang yang terletak di Jl. Raya Tembelang, Desa Pesantren, Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang yang sepi bak ‘kuburan’.
Pasar tradisional yang dulunya dikenal dengan nama ‘Pasar Ngrawan’ itu sempat ramai. Namun, semenjak direlokasi dan menelan biaya hingga 1,8 miliar pada tahun 2016 kini malah sepi pembeli dan sepi penjual.
Advertisement
Dalam pantauan TIMES Indonesia di lokasi, dari puluhan ruko dan lapak penjualan yang tersedia hanya menyisakan 7 orang penjual saja. Pasar yang diresmikan oleh Mundjidah Wahab Bupati Jombang pada 21 Oktober 2021 lalu ini menjadi sepi.
Pasar oleh-oleh di Jombang yang selama ini digadang-gadang Munjidah Wahab sebagai jujukan oleh-oleh khas kota santri ini mengalami perubahan yang mengejutkan. Dalam beberapa tahun terakhir, pasar ini telah melihat penurunan yang signifikan dalam jumlah pembeli dan penjual.
Menurut Mas’ud (56) salah seorang pedagang yang telah berjualan di pasar ini selama puluhan tahun mengatakan perubahan ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk tata letak bangunan yang salah.
“Saya sudah puluhan tahun jualan disini, menurutnya tata letak relokasi yang tak sesuai. Harusnya ruko menghadap ke jalan raya agar terlihat oleh masyarakat yang lewat jalan seperti dulu. Kalau seperti ini tidak kelihatan dari jalan,” ungkap Mas’ud
Ia berharap ada solusi dari Pemerintah Kabupaten Jombang untuk merelokasi ulang. Sebab, dari sini ia menggantungkan nasibnya untuk menafkahi keluarganya. Bahkan menurut pengakuannya, kini kiosnya hanya buka selama setengah hari selebihnya ia gunakan untuk pergi ke sawah.
“Sekarang sudah tidak bisa mengandalkan keuntungan dari pasar kondisinya sepi seperti ini. Buka setengah hari saja, selebihnya saya ke sawah kalau tidak gitu tidak cukup,” ungkapnya.
Keluhan senada juga dialami oleh Masluhin salah satu pedangang yang tetap bertahan meski kondisi pasar sepi. Pihaknya merasa perihatin melihat kondisi pasar yang semakin hari semakin sepi.
“Kalau menurut saya bukan karena namanya di ubah. Tapi memang tata kelola kiosnya yang tidak sesuai dengan harapan kami, lebih enak dulu tradisional dan masih ramai,” ujarnya.
Pihaknya berharap ada tindak yang dilakukan oleh Pemkab Jombang kedepan. “Semoga keluh kesah kami didengar. Kalau dibiarkan seperti ini yang muspro (sia-sia) bangun menghabiskan anggaran banyak tapi tidak efektif,” harapnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Irfan Anshori |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |