Festival Tunas Bahasa Ibu di Sumba Timur; Upaya Kantor Bahasa NTT untuk Merevitalisasi Bahasa Daerah

TIMESINDONESIA, SUMBA TIMUR – Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI melalui Kantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menggelar Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) di Kabupaten Sumba Timur sebagai upaya untuk melakukan Revitalisasi Bahasa Daerah (RBD).
Kegiatan Festival Tunas Bahasa Ibu tersebut berlangsung di taman kolam renang Suembak Matawai Kota Waingapu yang diikuti oleh siswa-siswi sekolah di Kabupaten Sumba Timur, Jumat (29/9/2023).
Advertisement
Kepala Kantor Bahasa Provisi NTT Elis Setiati, S.Pd., M.Hum menjelaskan, Festival Tunas Bahasa Ibu yang hari ini dilaksanakan oleh Kantor Bahasa Provinsi NTT bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Sumba Timur.
“Festival Tunas Bahasa Ibu ini kita laksanakan dari beberapa tahapan. Jadi ini puncak dari kegiatan revitalisasi bahasa daerah (RBD) bahasa Kambera,” katanya.
Menurut Elis, Festival Tunas Bahasa Ibu adalah program merdeka belajar episode ke-17 dimulai dengan adanya koordinasi dengan pemerintah daerah seluruh Provinsi NTT.
"Yang ingin kita RBD kan ada sekitar 5 Kabupaten seperti Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Manggarai, Sumba Timur, Alor dan Rote Ndao," ungkapnya.
Setelah itu tambahnya, diadakan TOT atau pelatihan guru utama yang dilatih oleh para sastrawan, budayawan dalam hal beberapa macam mata lomba yang diajarkan pada waktu mereka pulang dari pelatihan tersebut seperti membuat baca puisi, pidato, cerpen, mendongeng dan tradisi lisan seperti luluk kalau di Sumba Timur.
“Selesai TOT, mereka ke teman sejawatnya, pengawas, kepala sekolahnya dan masyarakat secara bersama-sama memberi pelajaran kepada siswa yang ada di sekolah dengan masa belajar selama 3 bulan maka nanti akan ditunggu di Festival Tunas Bahasa Ibu yang pada hari ini kita lakukan,” paparnya.
Elis mengungkapkan, ini adalah hasil dari pembelajaran mereka selama 3 bulan. Karena kegiatan ini dilaksanakan di akhir Mei atau diawal Juni maka sampai saat ini sudah 3 bulan sehingga sudah cukup bagi mereka melaksanakan Festival Tunas Bahasa Ibu dalam program merdeka belajar episode 17.
“Maka kegiatan ini adalah puncak dari kami lakukan dari tahap pertama sampai terakhir ini,” jelasnya.
Lebih lanjut ia berharap, pemerintah daerah lebih perhatian lagi agar seluruh masyarakat diberi kesadaran bahwa perlindungan dan pelestarian bahasa daerah adalah tanggung jawab bersama di daerahnya karena Kantor Bahasa hanya dapat memfasilitasi saja.
Sementara salah satu peserta Festival Tunas Bahasa Ibu, Rosina, menuturkan para peserta yang mengikuti sangat antusias karena bahasa daerah merupakan salah satu identitas daerah. Oleh sebab itu keberadaan bahasa daerah harus dijaga agar jangan sampai punah.
“Saya pribadi sangat antusias dalam mengikuti Festival Tunas Bahasa Ibu ini semoga bahasa daerah ini terus dan tetap terjaga,” harap Rosina.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |