Cegah Gagal Panen Saat El Nino, Petani di Banyuwangi Lakukan Ini

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Petani di Banyuwangi, Jawa Timur, mulai resah hujan tak kunjung turun. Pasalnya pada musim kemarau tahun 2023 fenomena El Nino juga melanda sebagian wilayah Indonesia. Demi mengantisipasi gagal panen akibat kekeringan lahan sawah, petani setempat bergantian aliri sawah.
"Sekarang irigasi untuk sawah digilir, jika tidak begitu bisa jadi rebutan air. Apalagi karena debit air utama juga sedikit menurun," ucap petani Padi asal Desa Singolatren, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi, Rozikin, Senin (2/10/2023).
Advertisement
Rozikin juga menjelaskan, jika sungai utama yang masyarakat sering sebut Kali Buangan mengalami turun debit air. Roziki juga mengatakan, tidak mengetahui penyebab turunya debit air, dirinya mencontohkan, bisa saja karena hulu sungai mulai menyusut ataupun bisa juga dibagi-bagikan ke sawah yang berada dihulu.
Untung saja, sawah yang tengah digarap oleh Rozikin sudah hampir dipanen sehingga tidak terlalu membutuhkan air. Namun, sawah disekitar lahan pertanianya sedang butuh air untuk mulai menanam bibit padi.
"Yang susah itu padi saat akan membajak dan mau tanam karena itu butuh banyak air," tandasnya.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Kadispertan) Banyuwangi, Ilham Juanda, SP,. (FOTO: Anggara Cahya/TIMES Indonesia)
Untuk saat ini, masih Rozikin, di daerah Singolatren masih belum ada yang gagal panen dan mengeluh krisis air. Meski debit air sedikit menyusut karena musim kemarau panjang, petani-petani dan pengelola air atau akrab disebut mudin air, sudah dengan rata dalam membagikan air untuk mengaluri sawah.
"Ya harapanya supaya segera bisa turun hujan, apalagi setelah panen ini sawah saya butuh air," cetusnya seraya bergurau.
Terpisah, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Kadispertan) Banyuwangi, Ilham Juanda, SP, mengatakan, sudah ada langkah antisipasi yang tengah disiapkan dalam membantu petani, untuk menangani imbas dari El Nino, guna mencegah adanya gagal panen
Langkah itu disebut Rencana Tata Tanam Global (RTTG) yang juga bekerjasama dengan Dinas PU Pengairan Banyuwangi, Dalam pelakasanaanya, Ilham menerangkan, untuk wilayah pertanian di hilir, petani direkomendasikan menanam komoditas selain tanaman padi, seperti palawija dan tanaman yang tidak butuh banyak air.
Sebaliknya lanjut Ilham, untuk kawasan pertanian hulu yang masih memiliki cukup air irigasi, masyarakat atau petani bisa menanam pertanian padi. Namun, jika bisa menanam jenis tanaman padi yang toleren terhadap kekeringan. Ilham mencontohkan, diantaranya seperti varietas padi Cakrabuana, Inpari 42 atau varietas padi yang resisten terhadap kekeringan lainya.
"Dalam menghadapi kekeringan ini, pola tanam pertanian sangat perlu diterapkan sebagai upaya meminimalisir gagal panen," terangnya.
"Bukan hanya itu, dalam RTTG juga ada, percepatan tanam. Jadi uritan bisa dilakukan di luar areal sawah, sehingga tanam bisa dilakukan dengan cepat," imbuh Ilham.
Sebagai Informasi, saat ini, terdapat 7.408 hektar sawah padi yang masuk dalam RTTG dan membutuhkan pasokan air tambahan. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |