Paper Power, Gerakan Merawat Ingatan Tragedi Kanjuruhan

TIMESINDONESIA, MALANG – Berbagai cara terus dilakukan Arek Malang bersama Keluarga Korban Tragedi Stadion Kanjuruhan dalam menyuarakan keadilan yang belum didapatkan hingga satu tahun ini.
Salah satu cara dalam merawat ingatan dan mencari keadilan yang dilakukan, yakni melalui gerakan 'Paper Power'. Gerakan bawah tanah ini dilakukan dengan cara memasang berbagai poster yang berisikan tentang tuntutan keadilan Tragedi Kanjuruhan.
Advertisement
Poster-poster tersebut terlihat di hampir seluruh sudut wilayah Malang Raya. Jika kalian mengingat ada pos polisi di kawasan perempatan Raja Bali (Kayutangan) Kota Malang, pos yang kini dibongkar dulunya sempat dipenuhi dengan poster poster hasil design dari gerakan Paper Power.
Tak hanya itu, di sejumlah tembok bangunan kosong hingga tiang tiang yang ada di jalanan tak lupa juga hampir semuanya terpasang poster poster Paper Power.
Salah satu penggagas Paper Power yang enggan disebutkan namanya mengatakan, aksi tersebut sudah berjalan sejak Desember 2022 lalu.
Gerakan Paper Power ini tak hanya berada di Malang, namun sudah menyebar ke hampir seluruh wilayah di Indonesia dengan berbagai tulisan poster yang tercantum, seperti Malang Kucecwara, Tiket Habis Suporter Luka dan Meregang Nyawa hingga tulisan Menolak Lupa 1 Tahun Tragedi Kanjuruhan.
"Penting kami sampaikan, mengapa Paper Power menjadi masif tersebar, ini tak lepas dari semangat kolektif kawan-kawan yang terus bersolidaritas," ujarnya kepada awak media, Senin (2/10/2023).
Sebab, kata dia, banyak masyarakat yang respek dan terus mau merawat ingatan Tragedi Kanjuruhan dengan cara mencetak sendiri poster dan menempelkannya di setiap suduh wilayah Malang Raya maupun kota lainnya.
"Mereka mencetak dan menggandakan poster sendiri untuk disebar ulang atau dipasang di tempat mereka masing-masing. Menariknya, kawan-kawan yang bersolidaritas ini belum pernah kami kenal atau temui sebelumnya," ungkapnya.
Pemicu munculnya gerakan Paper Power ini ialah dimana saat Tragedi Kanjuruhan terjadi dan hampir seluruh elemen suporter dan masyarakat Malang berjuang dalam keadilan, tiba-tiba muncul banyaknya isu rivalitas dan omongan-omongan yang malah semakin membuat orang lain tidak bersimpati.
"Mulai dari adanya pernyataan yang kurang tepat dari salah satu koordinator Tim Gabungan hingga isu rivalitas sepakbola yang masih dipermasalahkan. Itu semua menimbulkan polemik dan lunturnya rasa simpati di kanal media sosial hingga publik," terangnya.
Melalui gerakan Paper Power inilah para simpatisan tergerak untuk mengembalikan kesadaran masyarakat tentang Tragedi Kanjuruhan.
Poster-poster tersebut terdesain dalam banyak versi. Mulai dari isu tindakan represif aparat, feserasi sepakbola, klub hingga ikon Munir sang pejuang asal Malang pun turut tercetak dalam poster.
"Ikon Munir kita hadirkan dengan menggunakan syal suporter, itu merepresentasikan aktivis HAM yang juga sekaligus merupakan Arek Malang," katanya.
Gerakan yang kian hari kian masif dan masih terus dilakukan sampai detik ini, membuat Paper Power menjadi salah satu cara representasi perjuangan dan merawat ingatan soal Tragedi Kanjuruhan.
Poster-poster itu tersebar guna membangkitkan emosi dan kepedulian. Upaya ini bisa membantu menyadarkan masyarakat tentang pentingnya berjuang dan merawat ingatan kasus Tragedi Kanjuruhan yang telah menewaskan 135 nyawa.
"Poster ini sebagai pengingat terus menerus. Mereka bisa ditempel ditempat strategis mana saja. Poster ini jadi titik awal perjuangan dan menyalakan bara api perjuangan," tegasnya.
Disisi lain, mengutip kalimat dari salah satu aktivis asing Martin Luther King Jr, 'Riot is the language of the Unheard'. Paper Power berusaha menyoroti pentingnya tulisan dan media dalam memberikan suaranya. Akhirnya dari situ munculah slogan baru 'Paper Power Is The Language Of The Unheard'.
Menurutnya, Paper Power adalah 'Wakaf' siapapun dapat menggunakan materi desain yang tersebar tanpa lisensi dan hak cipta untuk bisa disebarkan hingga menumbuhkan solidaritas secara kolektif.
"Tidak penting siapa dibalik Paper Power, bagi kami yang terpenting adalah demokrasi dan keberpihakan hadir ditengah masyarakat yang menjadi korban ketidakadilan, terkhusus korban Tragedi Kanjuruhan yang sudah 1 tahun ini tidak pernah mendapatkan rasa keadilan yang semestinya," tandasnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Imadudin Muhammad |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |