Setelah Relokasi, Omset Turun: Pedagang Angkringan Kota Probolinggo Tetap Optimis

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Pasca dilakukan relokasi, omset sejumlah pedagang angkringan mengalami penurunan. Kendati demikian, tidak sedikit pedagang yang optimis bahwa semua memerlukan waktu.
Seperti yang dijelaskan Muhammad Yunus (21), salah satu pemilik angkringan asal Kelurahan Ketapang, Kecamatan Kademangan. Pria yang membuka angkringan pada tahun 2021 itu mengaku omsetnya turun setelah dilakukan relokasi.
Advertisement
Selanjutnya, pasca adanya relokasi oleh pemerintah guna penertiban kawasan, ia bersama dengan belasan angkringan lainnya ikut bergeser ke depan TWSL.
Lia dan Dimia salah satu pengunjung yang tengah menikmati sajian di lokasi baru angkringan. (FOTO Rizky Putra Dinasti/TIMES Indonesia)
“Lokasi awal saya ada di depan Paseban Sena, Jl Suroyo. Jadi ada beberapa tempat relokasi, nah kebetulan saya direlokasi di depan TWSL ini," katanya, Jumat (6/10/2023) malam.
Disinggung mengenai omset, Yunus menjelaskan bahwa omsetnya turun drastis pasca relokasi. Menurutnya, ada beberapa faktor yang menjadi penyebabnya. Pertama, masalah akses kendaraan yang lalu lalang di Jl. Suroyo lebih padat.
"Jika dibandingkan, dulu satu hari bisa bawa pulang Rp 700-800 ribu. Saat ini dalam lima hari terakhir hanya dapat Rp 200 ribu perharinya. Itupun yang datang hanya yang biasa langganan disini," imbuhnya.
Lantaran jaraknya terlalu dekat, dia merasa seolah bersaing dengan angkringan lainnya. Mulai dari musik atau suara, serta fasilitas yang diberikan untuk menarik minat pembeli, terutama pelanggan baru.
Meskipun begitu, dia yakin bahwa semuanya memerlukan waktu, meskipun saat ini kondisinya sepi. Dia berharap bahwa angkringan tersebut akan semakin dikenal dan banyak dikunjungi oleh pembeli seiring berjalannya waktu.
"Mungkin ini karena masih baru juga ya. Makanya kami masih tetap optimis jika lambat laun akan banyak pembeli yang datang seiring mulai dikenalnya lokasi ini," katanya.
Lavriel Dwi Precilia (17), pelanggan angkringan, menilai bahwa semuanya memiliki sisi positif dan negatif. Menurutnya, relokasi ke depan TWSL lebih dekat dengan rumahnya di Desa Kalirejo, Kecamatan Dringu, Kabupaten Probolinggo, dan lebih tenang karena kurangnya lalu lintas, membuat ngopi dan ngobrol santai lebih nyaman.
Saya dulu sering ngopi di Jalan Suroyo. Setelah direlokasi, ini adalah kunjungan pertama saya ke sini. Menurut pendapat saya, tempat ini lebih nyaman. Pemandangannya juga lebih indah,” kata perempuan yang akrab disapa Lia itu.
Hal senada juga diungkapkan Dimiatur (17), pengunjung asal Kelurahan Wonoasih, Ia setuju bahwa lokasinya lebih baik di depan TWSL. Menurutnya, langkah yang diambil pemerintah berdasarkan penertiban tidak salah.
“Enak disini kok. Memang sih, jika dari rumah saya, ini lebih jauh. Namun, suasananya lebih enak buat ngobrol," ucapnya.
Fitriawati Jufri, Kepala DKUP Kota Probolinggo, mengatakan bahwa pemerintah mendukung usaha kecil dan menengah generasi muda. Oleh karena itu, pemerintah menyediakan tempat relokasi yang lebih baik bagi pedagang angkringan, termasuk air, fasilitas listrik dan bahkan bisa digunakan untuk pertunjukan live musik.
"Langkah yang diambil pemerintah merupakan bentuk dukungan atas pelaku usaha kecil dan menengah. Terkait dengan omset, semua butuh proses. Dan itu harus dilakukan bersama sehingga lokasi angkringan bisa ramai penunjung”, tegas Perempuan kelahiran Bangkalan Madura ini.
Diberitakan sebelumnya, sejak 1 Oktober lalu, Pemerintah Kota Probolinggo telah melarang PKL dan pedagang angkringan berjualan di Jalan Suroyo. Sebagai gantinya, pemerintah telah menyiapkan beberapa tempat relokasi, termasuk untuk angkringan, dengan total 47 pedagang.
Adapun tempat relokasinya meliputi Jalan Basuki Rahmad depan TWSL (19 pedagang), depan Pasar Mangunharjo (7 pedagang), Pujasera Alun-alun Kota Probolinggo (6 pedagang), dan Jalan Niaga atau Jalan Cut Nyak Dien (15 pedagang). (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Muhammad Iqbal |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |