Mi Maku Rio, Tradisi Klasik yang Masih Dipertahankan Turun Temurun di Morotai

TIMESINDONESIA, PULAU MOROTAI – Saling tolong menolong, dalam bahasa suku Galela dikenal dengan Mi Maku Rio adalah salah satu tradisi turun temurun Suku Galela di Morotai, Maluku Utara yang masih dilestarikan sampai saat ini. Terutama saat menghadapi berbagai hajatan.
Tradisi Mi Maku Rio ini selain bertujuan demi meringankan beban orang yang punya hajat juga mempererat tali silaturahmi. Terutama soal yang berhubungan dengan kebutuhan di dapur selama hajat itu berlangsung.
Advertisement
Pantauan TIMES Indonesia, tradisi tolong menolong Mi Maku Rio ini terlihat kental dipraktikkan pada hajatan orang meninggal. Sejak hari pertama hingga hari ketujuh, rumah duka selain didatangi keluarga juga tetangga dan masyarakat desa sekitarnya. Terlihat kedatangan para tetangga, masyarakat desa setempat dan sanak saudara selain melayat, mereka juga memberi bantuan pangan seikhlasnya kepada keluarga duka demi meringankan bebannya.
Yang menarik dalam tradisi Mi Maku Rio adalah kaum laki laki dan perempuan dari desa setempat langsung berinisiatif dengan berbagi tugas. Para lelaki ditugaskan mengambil kayu api dan ada juga ditugaskan mencari ikan serta perempuan tugasnya memasak untuk memenuhi kebutuhan keluarga duka sejak hari pertama hingga hari ketujuh.
"Mi Maku Rio ini adalah tradisi baku bantu (tolong menolong) sejak moyang kami, dan masih dipertahankan serta dilestarikan hingga saat ini oleh kami sebagai generasi suku Galela yang ada di Morotai," ungkap salah satu tokoh masyarakat Morotai, Achmadi Baligi, Rabu (11/10/2023).
Masyarakat secara gotong royong mengambil kayu api untuk kebutuhan hajat orang meninggal dalam tradisi Mi Maku Rio (Foto: Achmad For TIMES Indonesia).
Ia mengatakan, tradisi gotong royong Mi Maku Rio ini pasti ditemukan pada acara hajatan seperti ada keluarga yang menikah atau meninggal dunia maupun hajat lainnya.
Menurut Mad sapaan akrab Achmadi Baligi, disinilah para keluarga, tetangga dan masyarakat di desa setempat berdatangan untuk membantu terutama urusan selama hajat berlangsung, sehingga tuan rumah yang punya hajat tidak merasa sendiri.
"Pekan lalu paman saya di desa Daruba meninggal dunia. Para keluarga, tetangga dan masyarakat desa setempat dengan suka rela datang membantu. Mulai dari mengambil kayu bakar hingga membelah, mencari ikan dan memasak demi memenuhi kebutuhan di dapur," ujarnya.
Bukan hanya itu, kata Mad, pada dasarnya setiap hajat orang menikah dan meninggal di suku Galela, urusan dapur semuanya dikerjakan secara gotong royong.
"Tradisi Mi Maku Rio memiliki filosofi yang sangat dalam menjalani hidup. Di mana kita sebagai sesama manusia diwajibkan saling tolong menolong, karena kita hidup hanya sementara, sehingga selama hidup kita harus banyak berbuat kebaikan bagi sesama demi bekal diakhirat nanti," pungkasnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Sholihin Nur |