Hari Wayang Nasional, Museum Blambangan Sajikan Kisah Mahabarata hingga Ramayana

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Hari Wayang Nasional yang diperingati setiap tanggal 7 November menjadi momen yang tepat untuk mengenal lebih dekat tentang wayang. Nah Museum Blambangan Banyuwangi, Jawa Timur, menjadi wahana yang tepat untuk berkenalan dengan berbagai koleksi wayang kulit dari Bumi Blambangan.
Museum Blambangan memiliki sebanyak 88 koleksi wayang kulit yang didapatkan dari hibah masyarakat Banyuwangi. Diterangkan oleh Kurator Museum Blambangan, Bayu Ari Wibowo, jika wayang kulit yang menjadi koleksi museum dibuat pada tahun 1950.
Advertisement
Dari 88 koleksi wayang kulit tersebut dibagi menjadi beberapa cerita dalam pewayangnya yakni terdapat 43 tokoh wayang dari kisah Mahabarata, 13 tokoh wayang cerita Ramayana, lalu 12 tokoh wayang dewa dewi kepercayaan umat hindu, 6 tokoh wayang yang terkenal di Jawa yaitu Punakawan, 8 wayang tokoh raksasa atau Bhuta dan diluar tokoh kisah sebanyak 5 wayang.
"88 koleksi itu masih belum sebanding dengan yang dimiliki dalang yang bisa mencapai ratusan tokoh wayang dalam kisah yang berbeda-beda," kata Bayu, Selasa (7/11/2023).
Selebihnya, Bayu yang juga anak dari dalang asal Purwoharjo itu bercerita sejarah dari perjalanan wayang itu sendiri. Dirinya mengatakan, pada abad 9 wayang bukanlah menjadi sebuah pertunjukan yang dapat dinikmati oleh banyak orang, melainkan berfungsi sebagai sarana religi untuk pemujaan kepada Hyang atau para dewa.
"Dalam prasasti Balitung Sigaligi dijelaskan Mawayang Buat Hyang dengan arti menggelar wayang untuk para Hyang," jelas Bayu yang juga ahli Arkeolog.
Dan pada saat itu, masih Bayu, cerita yang pertama kali dilakonya yaitu mengkisahkan tentang masa muda Bima sang kumara di jaman Mataram Hindu atau Macarita Bhima Ya Kumara.
Kemudian menurut prasasti Kuti, pada tahun 840 Masehi, Bayu melanjutkan, saat itu wayang tidak dimainkan oleh seorang dalang, melainkan wayang digerakkan oleh seseorang yang disebut Haringgit atau orang yang menggerakkan wayang.
"Jadi Haringgit ini dimasukkan dalam tataran istana atau warga istana yang biasa disebut Ki Dalem. Jadi wayang dimainkan oleh para bangsawan," cetusnya.
Saat ini penikmat wayang tertinggi berada di wilayah Banyuwangi bagian selatan, Bayu menjelaskan karena asal wayang sendiri tumbuh dari kebudayaan Jawa, dan mayoritas orang Jawa yang saat ini dikenal Jawa Mataram bertempat tinggal diwilayah selatan Bumi Blambangan seperti, Purwoharjo dan sekitarnya.
"Sebenarnya ada wayang Osing tapi saat ini masih belum cukup populer dikalangan penikmat wayang," tuturnya.
"Semoga di Hari Wayang Nasional kecintaan wayang bisa bertumbuh dan menciptakan budaua wayang baru dengan hasil riset kebudayaan yang mumpuni," ujar Bayu. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |