Peristiwa Daerah

Bicara Human Dignity, Gus Iim: Jangan Memakan Kapling Orang Lain

Selasa, 14 November 2023 - 20:58 | 55.00k
Pengasuh Ponpes (Pondok Pesantren) Tebuireng, Jombang, Tebuireng, KH Abdul Halim Mahfudz - (FOTO: Sumitro B Amat/TIMES Indonesia)
Pengasuh Ponpes (Pondok Pesantren) Tebuireng, Jombang, Tebuireng, KH Abdul Halim Mahfudz - (FOTO: Sumitro B Amat/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pengasuh Ponpes (Pondok Pesantren) Salafiyah Seblak Jombang, KH Abdul Halim Mahfudz mengatakan bahwa human dignity atau martabat manusia merupakan hak dasar manusia ketika diciptakan Allah SWT. Martabat ini merupakan hak setiap manusia untuk dihargai dan dihormati. 

"Masalahnya sekarang, human dignity ini, kemudian ada yang merasa hak saya ini harusnya lebih besar dari orang lain," terang Gus Iim di sela Konferensi Internasional Literasi Keagamaan Lintas Budaya di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Selasa 14 November 2023. 

Advertisement

Konferensi diselenggarakan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) bersama Institut Leimena. Mengangkat tema “Human Dignity and Rule of Law for a Peaceful and Inclusive Society” (Martabat Manusia dan Supremasi Hukum untuk Masyarakat yang Damai dan Inklusif), konferensi digelar selama dua hari, Senin-Selasa, 13-14 November 2023.

Gus Iim mengungkapkan, human dignity menjadi perhatian serius seluruh panelis yang dihadirkan. Baik panelis dari dalam negeri maupun luar negeri. Dimana melalui konferensi ini diharapkan dapat menjaga, meneguhkan dan memperkokoh hak dasar manusia sebagai ciptaan Tuhan. Berikut hubungannya sesama manusia dan hubungannya dengan alam dan lingkungan.   

"Bagaimana kita menata ulang, memperkuat, bahwa hak dasar manusia itu tidak bisa diganggu gugat. Itu milik setiap orang, jangan memakan kapling (hak) orang lain," kata Ketua Badan Wakaf Pesantren Tebuireng (BWPT) itu.

KH-Abdul-Halim-Mahfudz-a.jpg

Dalam paparannya bersama panelis lainnya, Gus Iim menyinggung bagaimana upaya Badan Wakaf Pesantren Tebuireng (BWPT) yang dipimpinnya mempraktikkan human dignity. BWTP membangun hubungan yang disebut Pentahelix. Ada lima elemen kunci dalam Pentahelix.  

"Pertama adalah pemerintah harus sadar dalam setiap kegiatan kita, kedua civil society yang kita wakili atas nama pesantren, ketiga dunia usaha atau business community, keempat adalah kampus/akademik, kelima adalah media massa," jelas Gus Iim. 

Khusus elemen terakhir, ia menekankan sebaiknya media massa dilibatkan dalam setiap pertemuan yang membahas human dignity. Kehadirannya dalam acara serupa hendaknya bukan untuk meliput, melainkan hadir untuk mendapatkan pemahaman dan wawasan mengenai hak dasar manusia.  

"Saya melihat wartawan itu ada dipojok sana, diluar. Tugas mereka adalah melakukan wawancara, tetapi bagi saya di Badan Wakaf Pesantren Tebuireng, wartawan datang bukan hanya sebagai pewawancara," tutur Gus Iim. 

Direktur Eksekutif Institut Leimena, Matius Ho, sebelumnya mengharapkan konferensi dapat memperkuat komitmen dan solidaritas dalam menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM) dalam sebuah negara hukum. Terlebih di tengah meningkatnya tantangan terhadap kebebasan, keadilan, dan perdamaian dunia. 

Untuk itu, melindungi dan memajukan martabat manusia di semua sektor kehidupan masyarakat dalam kerangka negara hukum, lanjutnya, harus mendasari masyarakat yang damai dan inklusif. Melindungi dan memajukan dimulai dengan menghormati martabat manusia yang juga berarti menghormati keragaman manusia.

"Dibutuhkan kepercayaan untuk membangun dialog konstruktif dan kolaborasi produktif yang berlandaskan dan dipandu oleh aturan hukum, untuk mencapai masyarakat yang damai dan inklusif," tegasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES