Peristiwa Daerah

Apatisme Generasi Muda Jadi Tantangan Sosialisasi KPU Kabupaten Mojokerto

Minggu, 10 Desember 2023 - 14:24 | 27.89k
Komisioner Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, Partisipasi Masyarakat dan SDM KPU Kabupaten Mojokerto, Zainul Arifin, Minggu (10/12/2023) (Foto: Theo/TIMES Indonesia)
Komisioner Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, Partisipasi Masyarakat dan SDM KPU Kabupaten Mojokerto, Zainul Arifin, Minggu (10/12/2023) (Foto: Theo/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MOJOKERTO – Bonus demografi dan tingginya angka pemilih muda di Kabupaten Mojokerto tampaknya membuat persoalan baru. Salah satunya adalah apatisme generasi muda dalam politik di daerah. Hal ini menjadi tantangan khusus bagi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Mojokerto dalam upaya sosialisasi penyelenggaraan Pemilu 2024

Beragam upaya sosialisasi telah dilakukan oleh KPU Kabupaten Mojokerto diantaranya adalah sosialisasi di pondok pesantren, sosialisasi di tempat keramaian, bagi-bagi leaflet, masifkan informasi melalui media sosial hingga menggandeng berbagai media massa. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan edukasi kesadaran pemilih masyarakat. 

Advertisement

Komisioner Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, Partisipasi Masyarakat dan SDM KPU Kabupaten Mojokerto, Zainul Arifin menyampaikan bahwa KPU Kabupaten Mojokerto menargetkan angka partisipasi masyarakat di atas 85 persen dari total jumlah suara. 

“Tantangan berat di Kabupaten Mojokerto ini sebenarnya apatis dan pragmatis pemilih. Karena generasi Z ini tidak semuanya memiliki perhatian terhadap politik. Ini yang akan kita dorong. Harapan terbesar kita ada di generasi Z, kita dapat bonus demografi juga,” ungkap Zainul kepada awak media, Minggu (10/12/2023).

“Hal yang menjadi tantangan adalah jumlah suara tidak sah ini menjadi perhatian kami. Bahwa upaya sosialisasi kami ke depan juga menyasar segmen pemilih seperti ini, bagaimana pemilih bisa mencoblos secara sah sebagaimana ketentuan yang akan diatur KPU,” sambung Zainul.

Zainul juga menjelaskan tantangan kesuksesan pemilu masih sama seperti Pemilu 2019 sebelumnya. Hoaks, ujaran kebencian menjadi menjadi bayang-bayang penegakan demokrasi di Kabupaten Mojokerto. 

“Tantangan itu ujaran kebencian, hoaks, itu yang membuat masyarakat berfikir jelek mengenai pemilu,” terangnya. 

Disamping itu salah satu tantangan di Pondok Pesantren adalah peraturan tidak boleh memegang gawai. Sehingga upaya sosialisasi yang dilakukan KPU adalah menyebarkan leaflet informasi mengenai kepemiluan di Kabupaten Mojokerto. “Maka, leaflet itu menjadi salah satu cara kita untuk memberikan sosialisasi kepada pemilih,” ungkapnya. 

Zainul menerangkan hal yang menjadi tantangan di tahun 2019 adalah perhatian umum masyarakat terkonsentrasi kepada sosok Capres-Cawapres, sehingga calon-calon DPD-RI, DPR-RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota minim perhatian. Pemilu 2024 barangkali sedikit berkurang dengan masifnya berbagai informasi mengenai informasi Caleg di berbagai media. 

“Hari ini tidak begitu menguat, para pemilih juga cenderung mulai memperhatikan siapa Caleg-caleg, tidak cenderung terlalu apatis. Tapi kami akan mulai memastikan ini agar masyarakat peduli terhadap Pemilu,” kata Zainul. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES