Pendopo Sabha Swagata Blambangan, Cagar Budaya Hingga Sumur Awet Muda

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Pendopo Sabha Swagata Blambangan Banyuwangi, Jawa Timur merupakan salah satu bangunan cagar budaya yang menyimpan segudang cerita sejarah hingga sumur awet muda.
Pendopo adalah sebuah ruangan terbuka yang sering dipakai untuk menerima tamu atau tempat berinteraksi pemilik rumah dengan orang luar. Karena itu, Pendopo Sabha Swagata Blambangan juga memiliki fungsi sebagai ruang interaksi antara Bupati dengan rakyatnya.
Advertisement
Bangunan yang berada di Jalan Sritanjung, Kelurahan Temenggungan, Banyuwangi itu, dikabarkan menjadi tempat kediaman resmi Bupati Banyuwangi sejak tahun 1771.
Sumur Sritanjung yang berada di halaman paling belakang ujung timur Pendopo Sabha Swagata Blambangan. (FOTO: Fazar Dimas/TIMES Indonesia)
Meski demikian, bangunan tersebut telah beberapa kali mengalami renovasi. Bagian lantai dengan material ubin hitam pun merupakan hasil renovasi dengan pemilihan material yang menyerupai kondisi di masa lalu.
“Dari keseluruhan banguan pendopo eksisting, disebut bahwa bagian yang masih asli (bagian dari masa lalu) adalah struktur penopang atap joglo, sedangkan penutup atap merupakan hasil renovasi,” kata Kepala Bidang Kebudayaan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi, Dewa Alit Siswanto, Minggu (17/12/2023).
Struktur atap joglo yang disebut sebagai komponen asli bangunan pendopo terdiri atas empat buah kolom atau tiang sokoguru, balok-balok atau blandar, dan tumpangsari, seluruhnya terbuat dari kayu.
Kolom atau tiang sokoguru merupakan empat buah tiang utama penopang atap yang terletak ditengah-tengah bangunan. Keempat kolom ini berbentuk persegi berukuran 30 cm x 30 cm, dengan jarak antar kolom 4,7 m.
“Saat ini keempat kolom diberi umpak berupa tembok plester dengan ornamen pelipit di bagian bawah,” cetusnya.
Ukuran umpak pada bagian dasar adalah 78 cm x 78 cm, sedangkan pada puncak umpak 53 cm x 53 cm, dengan tinggi umpak 48 cm. Balok blandar terendah terletak pada ketinggian 7,5 m, sedangkan puncak tumpangsari pada ketinggian 8,1 m.
Di belakang pendopo, terdapat rumah dinas Bupati Banyuwangi bergaya art deco yang merupakan gaya bangunan modern percampuran dari gaya kubisme, furisme, konstruktivisme, dan art nouveau yang populer di Eropa sejak tahun 1920-1930-an.
Gaya ini menunjukan gaya dekoratif yang kental tanpa berakar pada filsafat atau politik tertentu. Namun, pada denah bangunan menunjukan denah bangunan Indische Empire Style, sehingga ada dugaan bahwa bangunan ini pernah mengalami perubahan bentuk dari pembangunan awal di masa kolonial.
Dengan adanya perubahan bangunan tersebut tidaklah mengherankan. Karena penguasa daerah yang menempati bangunan ini akan terus menyesuaikan bentuk dan gaya mengikuti tren. Kondisi seperti ini juga menunjukan bahwa pemakaian bangunan ini dalam jangka waktu yang cukup lama hingga saat ini.
Yang membuat menarik, di Pendopo Sabha Swagata Blambangan ini juga menyimpan cerita legenda asal-usul Banyuwangi. Pasalnya, paling ujung belakang sisi timur terdapat Sumur Sritanjung.
Konon, sumur tersebut juga dapat mengeluarkan aroma wangi pada saat malam-malam tertentu. Selain itu, air dari Sumur Sritanjung dipercaya dapat membuat awet muda dan terlihat cantik.
Bagi Kalian penasaran, ayo segera berkunjung ke Pendopo Sabha Swagata Blambangan, sekaligus mengeksplorasi dan memperkaya pengetahuan sejarah. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |