Peristiwa Daerah

Ndalem Pojok Wates Kediri Menyimpan Banyak Kisah dan Rahasia Soekarno

Rabu, 20 Desember 2023 - 06:13 | 109.95k
Kus Hartono, Ketua Harian Situs Ndalem Pojok Wates Kediri (Foto: TIN Photo)
Kus Hartono, Ketua Harian Situs Ndalem Pojok Wates Kediri (Foto: TIN Photo)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, KEDIRI – Di tengah Desa Pojok, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri, terdapat Ndalem Pojok yang menyimpan banyak misteri sejarah Soekarno. 

Tidak banyak publik yang tahu kalau Ndalem Pojok adalah tempat ukiran sejarah penting perjalanan hidup orang tua, masa kecil, remaja sampai dewasa Presiden Pertama Indonesia, Soekarno

Advertisement

Goresan sejarah itu diwarnai rasa haru pilu, bercampur bangga. Konon Ndalem Pojok tepatnya di bawah Pohon Kepuh dibelakang situs Ndalem Pojok menjadi simbol lahirnya gagasan perjuangan bangsa dalam merebut kemerdekaan hasil kontemplasi Soekarno terutama ide lahirnya Pancasila. 

Kus Hartono, Ketua Harian Situs Ndalem Pojok Wates Kediri menuturkan eklusif kepada TIMES Indonesia, akhir pelan lalu mengungkapkan “lakon urip” yang terjadi di Ndalem Pojok, di mana tumbuh cinta orang tua Soekarno yakni Soekemi Sosrodihardjo dengan Ida Ayu Nyoman Rai Srimben, seorang penari suci dari Buleleng, Bali. Termasuk kisah epic perjodohan kedua Soekarno bersama wanita Sunda, Inggit Garnasih.

Ir-AGoes-Soerjanto-saat-ziarah-makam.jpg

“Ndalem Pojok seperti ditakdirkan menjadi tempat perlindungan bagi orang tua begitupun Soekarno saat masih anak-anak. Disayangi oleh ayah angkatnya, Sumosewojo, Soekarno menemukan ketenangan di dalam dinding rumah leluhurnya ini. Suasana yang tenang dan udara yang sejuk di desa ini memberikan kenyamanan dan inspirasi baginya,” tuturnya kepada  Ir, R. Agoes Soerjanto, MT Wakil Ketua GM FKPPI (Generasi Muda Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan Putra Putri TNI Polri) beserta rombongan yang melakukan napak tilas sejarah Bung Karno.

Ndalem Pojok, dibangun oleh RM Soemohadmojo seorang mantan prajurit Diponegoro. Soemohadmodjo memiliki putra bernama RM Soemosewojo, kolega RM Soekemi Sosrodihardjo dari silsilah ayahnya, kakek dari Soekarno.

Soekarno kecil bernama Koesno Sosrodihardjo acapkali sakit-sakitan, Koesno dibawa ayahnya untuk berobat ke Soemosewojo yang kebetulan kondang menyembuhkan orang sakit.

RM Soemosewojo yang juga Ketua Serikat Islam Kediri itu tidak memiliki putra dan juga tidak menikah. Dia bersedia mengobati Koesno dengan dua syarat yakni namanya harus diganti dan mau diambil menjadi anak angkat.

RM Soekemi pun menyetujui syarat tersebut, dan pada usia dua tahun, nama Koesno diganti menjadi Soekarno. Ia pun diangkat menjadi anak angkat RM Soemosewojo, menjadi cikal bakal dari sosok yang kelak menjadi Proklamator Kemerdekaan Indonesia.

Ndalem-Pojok.jpg

Ndalem Pojok juga menancapkan sejarah perjalanan kisah cinta Soekarno dengan istri keduanya  Inggit Garnasih. Mas Kus begitu panggilannya mengisahkan pernikahan keduanya disetujui setelah Bung Karno, resmi bercerai dengan Utari anak HOS Cokroaminoto, gurunya saat studi di Surabaya. Seperti takdir yang digariskan, Inggit pun telah bercerai dari Sanusi, saudagar dan tokoh Serikat Islam Bandung. Keduanya awalnya kurang direstui oleh beberapa anggota keluarga, terutama dari pihak Bung Karno.

Alasannya, lantaran ayah Soekarno, yaitu Soekemi Sosrodihardjo, adalah teman baik Cokroaminoto. Namun, di sisi lain, keluarga Soemosewoyo, ayah angkat Bung Karno memiliki hubungan emosional yang kuat dengan Soekemi Sosrodihardjo sejak ia masih muda. Soemosewoyo memiliki peran penting dalam upaya Soekemi Sosrodihardjo untuk mendapatkan cinta Ida Ayu Nyoman Rai Srimben

Keluarga Soemosewoyo pasang badan dalam keputusan pernikahan Soekemi dan Ida Ayu, termasuk ketiban sampur anak angkatnya Bung Karno dengan Inggit Ginarsih. 

Kebaikan Ndalem Pojok itulah menjadikannya sebagi tempat "pelarian" bagi Bung Karno ketika ia merasa terjebak dalam kegalauan, terutama dalam kehidupan pribadinya.

Hal yang sama juga dirasakan oleh Inggit Garnasih, kehangatan Ndalem Pojok seperti keluarga sendiri daripada keluarga Istana Gebang Blitar. 

Menurut Kushartono, Inggit sering mengunjungi Ndalem Pojok, belajar membuat jamu, obat, dan bedak kosmetik tradisional Jawa. 

Saking intimnya kebaikan keluarga Ndalem Pojok atas perjalanan kasih Bung Karno, kali pertama setelah jadi presiden dan berkantor di Jogjakarta, Bung Karno memilih Ndalem Pojok sebagai lokasi kunjungan resmi pertamanya, dan rutin berziarah ke makam ayah angkatnya, Soemosewoyo.

Presiden Soekarno juga sering menginap semalam di Ndalem Pojok. Kamar yang disediakan untuknya berada di ujung belakang. Untuk tempat tidurnya, protokoler militer sempat membawa ranjang besi dengan teknologi spring bed khusus yang kabarnya berasal dari salah satu kamarnya di Istana Negara.

Ndalem-Pojok-a.jpg

Ini menunjukkan betapa Ndalem Pojok memiliki makna yang penting bagi Bung Karno, baik sebagai tempat perlindungan emosional maupun sebagai tempat persinggahan resmi dalam perjalanan dinasnya.

Menurut Kus, bukti sejarah lain yang kini dipertahankan adalah pohon kantil berusia atusan tahun tepat didepan Ndakem Pojok. Pohon kantil dengan bunganya menjadi saksi bisu tanda cinta orang tua Bung Karno yakni Raden Soekemi Sosrodiharjo dan Ida Ayu Nyoman Rai Srimben.

"Kalau tidak ada cinta keduanya, dan kisah bunga kantil di Ndalem Pojok ya tidak lahir Bung Karno,” candanya sambil tersenyum.

Seperti dejavu, sejarah cinta orang tua Soekarnopun menghampirinya dengan Inggit Ginarsih. Dan keduanya akhirnya menikah karena tangan kasih ayah angkatnya Soemosewoyo yang berhasil meyakinkan orang tuanya.

Disampaikan Kus, Ndalem Pojok merupakan bukti nyata dari kehidupan luar biasa dan perjuangan Presiden Soekarno. 

“Tempat ini bukan hanya situs bersejarah semata, melainkan juga menjadi saksi dari momen-momen penting yang membentuk takdir bangsa Indonesia. Ndalem Pojok tetap menjadi tempat yang suci, menghubungkan kita dengan semangat seorang pemimpin besar, dan mengingatkan kita akan warisan abadi yang ditinggalkan oleh Presiden Soekarno,” pungkasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES