Menikmati Serunya Festival Permainan Tradisional di Kampung Budaya Piji Wetan Kudus

TIMESINDONESIA, KUDUS – Permainan tradisional kini semakin jarang dimainkan anak-anak dan dikhawatirkan di ambang kepunahan. Apalagi dengan perkembangan teknologi yang makin canggih. Hal inilah yang memicu keprihatinan Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Bersama Komunitas Kampung Budaya Piji Wetan (KKBPW), Disbudpar Kudus tergerak untuk menggelar Festival Dolanan Tradisional 2023.
Advertisement
“Agenda festival ini juga untuk mengisi liburan sekolah, serta moment yang pas buat pelajar untuk merefresh melakukan hal-hal positif. Salah satunya dengan bermain melalui festival permainan tradisional,” ujar Muchammad Zaini selaku koordinator Kampung Budaya Piji Wetan, Jumat (29/12/2023)
Dalam festival kali ini, kata Zaini, pihak KKBPW berkolaborasi dengan Disbudpar Kudus mengajak anak-anak dan masyarakat untuk bernostalgia dengan permainan-permainan tempo dulu. Ada tiga dolanan tradisional yang diselenggarakan, yakni gobak sodor, estafet egrang dan boi-boian.
Puluhan anak-anak di Kudus ini terlihat antusias mengikuti festival dolanan anak. Lomba dolanan tradisional berlangsung di dua tempat, yakni panggung ngepringan dan taman dolanan di Desa Piji Wetan, Kecamatan Dawe, Kudus.
Menurut Zaini, festival dolanan bertujuan mengenalkan anak terhadap berbagai permaian tradisional. Lomba tersebut juga sangat bermanfaat khususnya pada tumbuh kembang anak, melatih kreativitas, serta ikut melestarikan permainan tradisional.
“Hari ini kita ajak anak-anak sekitar untuk lepas dari gadget, mereka akan bersosial bersama teman-temannya dan mengajak mereka bernostalgia dolanan tradisional tempo dulu,” imbuh Zaini.
Ia berharap festival kali ini bisa mengajarkan anak untuk mengenal budaya di sekitarnya, khususnya permainan tradisional yang hampir punah.
“Bagaimanapun kita berupaya melibatkan anak-anak sebagai subjek pemajuan kebudayaan, kita ajak mereka aktif, mengenal permainan tradisional, bersosial, berbudaya sejak dini,” tambahnya.
Sementara itu, Camat Dawe Fanny Dwi Arfana mengapresiasi agenda yang diselenggarakan KKBPW dan Disbudpar Kudus. Festival ini sangat tepat untuk mengajak anak-anak bernostalgia tempo dulu di era 80-90an.
“Ini adalah permainan tradisional tempo dulu, anak-anak perlu mengenal dan sebisa mungkin ikut melestarikannya. Saya berharap festifal ini dapat menjadi contoh yang bisa diaplikasikan di sekolah dan pendidikan dasar,” paparnya.
Untuk mengenalkan permainan tradisional kepada lebih banyak anak, terutama di Kabupaten Kudus, Fanny mendorong diadakannya lomba-lomba dolanan tradisional. Di antaranya di sekolah seperti classmeeting dan kegiatan lainnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |