Mahfud MD Ceritakan Kisah Gus Dur Sebelum Lengser dari Kursi Presiden

TIMESINDONESIA, JOMBANG – KH Abdurrahman Wahid atau akrab di telinga sebagai Gus Dur memang telah lama berpulang. Namun, ajaran, ide dan gagasannya masih terus diperbincangkan dan jadi titik tumpu perjuangan kalangan kaum Nahdliyyin.
Gus Dur yang terkenal sebagai 'Bapak Pluralisme' ini memang dikenal nyentrik. Guyonannya tak pernah habis dilekang zaman. Sudut pandangnya soal toleransi dan menghargai sesama kerap jadi rujukan masyarakat dalam membenahi hidup di lingkungan sekitar.
Advertisement
Presiden ke-4 Republik Indonesia (RI) ini seolah lahir untuk memperbaiki kemaslahatan umat. Lahir dari para pejuang membuat nyalinya dalam berjuang dan kekeh dalam komitmennya itulah yang diingat sampai saat ini.
Salah satu tokoh yang sampai saat ini masih menjadikan Gus Dur sebagai pantuan dan teladan yaitu Mahfud MD. Pria yang kini menjabat sebagai Menteri Koordinator Politik Hukum dan HAM (Menkopolhukam) itu punya cerita yang mungkin ia sendiri tak akan bisa melupakannya.
Pria asal Madura ini menceritakan kisah kedekatannya dengan KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Hal itu disampaikan pria yang juga menjabat Menteri Koordinator Politik, Hukum dan HAM (Menkopolhukam) itu dalam agenda Haul ke-14 Gus Dur dan Masayikh Pesantren Tebuireng Jombang, Sabtu (6/1/2023).
Yenny Wahid Putri KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur Saat Memberikan Sambutan di Agenda Haul ke-14 Gus Dur di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Sabtu (6/1/2023). (FOTO : Rohmadi/TIMES Indonesia)
Pria yang pernah menjabat sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) di zaman presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini menceritakan kedekatannya dengan Presiden ke-4 Republik Indonesia (RI) itu.
Mahfud menceritakan kisah saat lautan manusia yang ikut serta mengantarkan Gus Dur ke tempat peristirahatan terakhir.
"Mulai dari Juanda sampai ke Tebuireng, ikut menyambut jenazah Gus Dur saat dibawa menuju Jombang. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa meneriakkan nama Gus Dur. Baru kali itu saya melihat ada seorang tokoh diantarkan masyarakatnya sampai ke tempat peristirahatan terakhirnya," ucapnya.
Saat itu bukan hanya orang Islam, umat beragama lain pun turut serta mengantarkan Gus Dur ke tempat peristirahatan terakhirnya. Itulah yang sampai hari ini, menurut Mahfud mungkin menjadi contoh yang difirmankan oleh Allah SWT.
Bahwa orang yang baik, meninggal dalam keadaan terus berjuang dia tidak akan pernah malu. Ide nya terus bersama kita, tentang keseteraan, demokrasi.
"Setiap ada problem perbedaan, satu nama yang kita ingat yaitu Gus Dur. Saya termasuk orang yang dekat dengan Gus Dur. Saat dia menjabat dan saat dia jatuh dari kekuasaannya. Sebenarnya, Gus Dur bisa tidak jatuh, namun saat itu para pimpinan partai politik kala itu memberi syarat, harus dapat menteri ini dan itu. Saya yang membicarakan itu dengan pimpinan parpol, bersama Pak Alwi dan Bu Khofifah kala itu," jelasnya.
Lebih lanjut, lalu Mahfud menemui Gus Dur lagi dan menyampaikan hasil pertemuan dengan para pimpinan parpol. Namun apa kata Gus Dur?
"Demokrasi itu bukan pasar yang bisa diperjual belikan. Demokrasi itu prinsip penyelenggaraan negara dimana konstitusi harus ditegakkan. Tidak ada satu jabatan pun yang harus dipertahankan apalagi sampai harus meneteskan darah. Gus Dur punya prinsip, negara berdasarkan demokrasi sesuai dengan konstitusi," ungkapnya.
Pria yang saat ini menjadi calon wakil presiden (cawapres) bersama Ganjar Pranowo ini melanjutkan ceritanya, dimana sekarang ini banyak masyarakat yang membandingkan demokrasi zaman Gus Dur dan yang terjadi belakangan ini.
Dulu saat masih menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia, Gus Dur tidak pernah memanfaatkan jabatannya untuk kepentingan pribadi.
"Tidak bisa. Kebenaran, keyakinan tentang apa yang benar dan yang harus kita perjuangkan itu ditukar dengan harga murah. Asal Gus Dur mau berkompromi saja waktu itu, saya meyakini Gus Dur tidak akan jatuh dari kekuasaannya," ujarnya.
Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, putri Gus Dur, Yenny Wahid juga memberikan sambutannya di Haul ke,14 Gus Dur. Yenny mengingatkan, bahwa suasana kebatinan menuju pentas demokrasi tahun ini, jangan sampai menjadikan ruang ketidakpastian semakin terbuka.
"Dalam suasana kebatinan kita, dimana saat ini negara akan melewati proses berdemokrasi, penting sekali bagi kita untuk meneladani mengambil tauladan dari para masayikh, ulama besar kita salah satunya dari Gus Dur," kata dia.
Yenny juga mengutip dari kitab Hikam yang juga disukai oleh Gus Dur. Berbunyi 'Kuburkanlah Dirimu, Membumi Kesunyian'. Mengapa Gus Dur suka itu?
Bagi Yenny, karena disana Gus Dur menghayati hakekat menjadi seorang pemimpin, ulama, kyai, pengabdi masyarakat tidak lain dan tidak bukan hanya mencari ridho Allah SWT.
"Semoga ini bisa menjadi inspirasi bagi kita semua untuk meniti momen kedepan, terutama kita akan melewati proses demokrasi Pemilu 2024. Semoga politik kita selalu sehat, berdasarkan nikah perjuangan, bukan atas nilai kepentingan, keserakahan, ancaman. Namun justru didasari pada dasar kegembiraan," tukasnya.
Direktur Wahid Foundation itu juga menyebut ada satu sosok yang sangat dikagumi oleh Gus Dur, yaitu Mahatma Gandhi, tokoh yang sangat ternama di India.
"Dari kutipan Mahatma Ghandi itu, yang disukai Gus Dur yaitu kutipan yang berbunyi, bagi setiap manusia, dunia ini cukup untuk memenuhi setiap kebutuhannya, tapi tidak cukup untuk memenuhi keserakahannya," pungkasnya.
Ia juga berpesan, melalui Haul Gus Dur ini semoga dapat mengambil tauladan untuk mengabdi kepada masyarakat, berjuang berdasarkan hati nurani, bukan semata karena ambisi, apalagi hanya sekedar iming-iming materi.
Haul Gus Dur yang digelar di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang pada Sabtu (6/1/2023) ini juga dihadiri oleh Menteri Koordinator Politik Hukum dan HAM (Menkopolhukam) Mahfud MD, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak dan Putri Presiden ke-4 KH Abdurrahman Wahid, Yenny Wahid ini berlangsung khidmat. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Sholihin Nur |