Distanpang Sumba Timur: Ribuan Hektar Lahan Pertanian Kering Dampak El Nino

TIMESINDONESIA, SUMBA TIMUR – Dinas Pertanian dan Pangan (Distanpang) Kabupaten Sumba Timur menyebut ada ribuan hektar lahan pertanian mengalami kekeringan dampak perubahan iklim El Nino di Sumba Timur.
“Dari luas tegalan pangan atau lahan kering seluas 14.812 hektar sekitar 45 persen atau 5.924,8 hektar mengalami kekeringan akibat dampak iklim El Nino di Sumba Timur,” kata Kepala Distanpang Kabupaten Sumba Timur Nicolas Pandarangga, Kamis (11/1/2024).
Advertisement
Menurutnya, saat ini Sumba Timur menghadapi ancaman kekeringan atau kemarau berkepanjangan akibat El Nino. Adapun hasil prediksi aplikasi aksi ketahanan pangan masyarakat (Sikepangmas) bahwa hujan biasa akan terjadi pada bulan Januari hingga Maret 2024 sedangkan bulan April dan seterusnya mulai kering akibat perubahan iklim El Nino.
Nico mengatakan, kekeringan yang melanda sejumlah wilayah di Sumba Timur dampak El Nino karena akibat penurunan curah hujan yang dapat menyebabkan ribuan hektar lahan di Sumba Timur mengalami kekeringan ekstrem.
“Tentunya, tanaman pertanian membutuhkan air yang cukup untuk pertumbuhan dan produksi optimal, namun saat ini kekeringan yang disebabkan El Nino mengurangi keterbatasan air hingga menyebabkan gagal tanam,” ujarnya.
Saluran irigasi juga mengering sehingga tidak bisa mengaliri lahan pertanian di Sumba Timur. (FOTO: Habibudin/TIMES Indonesia)
Lebih lanjut Nico menjelaskan, pihaknya telah melakukan upaya antisipasi terhadap dampak El Nino di sektor pertanian, seperti mapping atau pemetaan lokasi terdampak kekeringan untuk mengelompokan daerah bertanda merah, kuning, dan hijau.
“Selain itu, Bupati Sumba Timur sudah memerintahkan segera mengambil langkah antisipasi untuk memberikan bantuan alsintan, mesin pompa air, hand tractor serta bibit jagung, padi, dan sorgum serta bibit holtikultura juga bantuan beras rawan pangan pemerintah,” ungkapnya.
Salah satu petani Desa Wanga, Sutamto, mengatakan bahwa Desa Wanga salah satu desa pertanian dengan luas lahan 586 hektar. Namun, dampak kekeringan berkepanjangan lahan-lahan pertanian banyak yang kering akibat kekurangan air.
Sedangkan untuk tanaman hortikultura tambah dia, beberapa bulan lalu warga sempat menanam karena hujan namun tanaman tersebut mati karena hujan tidak stabil seperti tanaman jagung dan sayuran lainnya.
“Bulan lalu kami sempat tanam sayur-sayuran dan jagung, pikirnya hujan sudah mulai turun tapi ternyata hanya sebentar saja akhirnya tanaman mati. Mau mengandalkan air sumur, semuanya juga kering,” kesal Sutamto.
Atas kekeringan itu, Distanpang Sumba Timur terus berupaya untuk mengatasi permasalahan tersebut. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |
Publisher | : Sholihin Nur |