Tantangan Berumah Tangga bagi Kaum Milenial dan Generasi Z di Jombang

TIMESINDONESIA, JOMBANG – Maraknya perceraian dan pernikahan dini di Kabupaten Jombang membuat pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Darul Ulum (Undar) Jombang tergerak hatinya.
Sebagai upaya untuk meminimalisir hal tersebut, para aktivis muda kampus ini bergerak menyesuaikan keadaan. Gerakan yang dibalut dalam Seminar Keagamaan bertajuk 'Kriteria Memilih Pasangan dan Tantangan Berumah Tangga bagi Milenial'. Digelar di Aula Undar Jombang Lantai 2, Kamis (11/1/2023).
Advertisement
Kegiatan ini diharapkan mampu menjadi filter dan wadah awal bagi generasi Z dan generasi Milenial dalam memilih pasangan hidup. Benang merahnya bertemu, antara kegiatan ini dengan fenomena ditengah masyarakat.
Seminar Keagamaan oleh BEM FAI Undar yang Digelar di Aula Undar Lantai 2. (FOTO : Rohmadi/TIMES Indonesia)
Tingginya kasus perceraian di Kota Santri serta tingginya angka pernikahan dini dibawah usia 20 tahun tidak bisa dipandang sebelah mata. Hal itu disebabkan karena ketidaksiapan seorang laki-laki dan perempuan dalam membina rumah tangga.
Berumah tangga tidak hanya bisa mengandalkan kata-kata manis. Namun, ada aspek-aspek krusial dalam pernikahan yang generasi Z dan Milenial harus pahami sejak dini.
Menurut M. Yaqin, Wakil Ketua BEM FAI, acara ini merupakan bentuk nyata dari ide dan hasil diskusi perihal tingginya kasus perceraian dan tingginya angka kasus pernikahan dini.
Kriteria Memilih Pasangan dan Tantangan Berumah Tangga bagi Para Kaum Milenial dan Generasi Z. (FOTO : Rohmadi/TIMES Indonesia)
"Kami menyaksikan peningkatan yang mengkhawatirkan dalam kasus perceraian di Jombang, mendorong kami untuk bertindak. Seminar ini bertujuan sebagai pemicu untuk mencegah fenomena yang mengkhawatirkan ini." katanya.
Lebih lanjut, menurutnya, kegiatan yang ia gagas bersama pengurusnya ini mengajak para peserta untuk terlibat dalam diskusi yang melampaui permukaan, membentuk pemahaman yang lebih dalam tentang kompleksitas yang terlibat dalam menjaga pernikahan yang sehat dan langgeng di zaman modern.
Dalam agenda ini, pihak penyelenggara mengundang dua narasumber, yakni Gus Rifqil Muslim Suyuthi dan Ning Imas Fatimah Zahroh Keduanya dikenal karena pemahaman mendalam tentang subjek pernikahan.
Gus Rifqil Muslim Suyuthi merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Hikmah Kendal dan Ning Imas Fatimah Zahroh merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Al-Ihsan Lirboyo Kediri.
Kedua narasumber ini mengungkap kompleksitas dalam memilih pasangan hidup dan menghadapi tantangan dalam kehidupan pernikahan di era modern.
Menurut Gus Rifqil Muslim Suyuthi dalam penyampaiannya di hadapan audiens menyebut,dalam ajaran Islam, memilih pasangan hidup adalah keputusan penting yang membutuhkan pertimbangan yang mendalam.
Tak lupa, ia memberikan tips kepada anak muda zaman sekarang dalam memilih pasangan hidup dan meniti jalan pernikahan dalam landasan islam.
"Berpegang pada nilai-nilai keislaman. Memilih pasangan yang memiliki nilai-nilai keislaman yang sejalan sangat penting. Keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT menjadi dasar utama dalam menjalani kehidupan berumah tangga," ujarnya.
Kemudian komunikasi terbuka. Pernikahan yang berhasil, dibangun di atas komunikasi yang baik. Ia mengatakan, jangan ragu untuk membahas harapan, impian, dan nilai-nilai bersama secara terbuka sebelum menikah.
"Lalu ada pemahaman terhadap hak dan kewajiban. Nah untuk memahami hak dan kewajiban masing-masing pasangan dalam Islam membantu menciptakan keseimbangan dan harmoni dalam rumah tangga," ungkapnya.
Lebih lanjut, carilah pasangan hidup yang sesuai karakter. Dimana penyesuaian karakter menjadi kunci keharmonisan. Memilih pasangan yang memiliki kesamaan visi, misi, dan tujuan hidup dapat membantu dalam mengatasi berbagai tantangan.
Sementara itu, melanjutkan apa yang telah disampaikan Gus Rifqil, Ning Imas Fatimah Zahroh menuturkan, menjaga kesetiaan dan kepercayaan terhadap sesama, dalam konteks suami istri ini juga diperlukan.
Baginya, kesetiaan dan kepercayaan adalah pondasi utama dalam pernikahan. Pasangan harus saling mempercayai dan berkomitmen untuk tetap setia satu sama lain. Selain itu, pasangan juga harus punya kesabaran dan rasa syukur.
"Tantangan dalam pernikahan adalah hal yang tidak terhindarkan. Bersikap sabar dalam menghadapi kesulitan dan bersyukur atas keberhasilan akan memperkuat ikatan pernikahan. Juga keterampilan komunikasi yang baik membantu dalam menyelesaikan konflik dengan bijaksana. Dengarkan dengan penuh perhatian dan berbicaralah dengan lembut dan hormat," imbuhnya.
Pengasuh Ponpes Al-Ihsan Lirboyo Kediri ini juga menyebut adalah berkomitmen untuk bersama-sama membangun rumah tangga yang islami, memprioritaskan nilai-nilai agama dalam setiap aspek kehidupan sehari-hari.
Ning Ilmas melanjutkan, dalam membangun keluarga, harus membangun cita-cita rumah tangga sesuai anjuran Islam yakni sakinah, mawadah wa rahmah. tenang, cinta kasih.
Juga kafaah, kesetaraan, equality dalam hal Ilmu atau gelar, status sosial dalam hal ini seperti harta nasab. Kafaah penting, walau bukan syarat, bukan rukun, tapi konsep ulama. "Pernikahan itu bukan tujuan hidup, namun bagian dari hidup, maka nikmati saja. laki-laki langsung solusi, perempuan perlu koneksi. Laki-laki butuh dihargai, perempuan ingin dimengerti," pungkasnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Irfan Anshori |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |