Peristiwa Daerah

Mengenal Syaikh Mahfudz At-Tarmasi, Ulama Pacitan yang Jadi Imam Besar Masjidil Haram

Jumat, 19 Januari 2024 - 15:03 | 91.86k
Masjidil Haram Mekkah tempo dulu.
Masjidil Haram Mekkah tempo dulu.
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, PACITANSyaikh Mahfudz At-Tarmasi, seorang ulama Pacitan namanya begitu dikenal luas pada paruh kedua abad ke-19.  Pada masa itu, tujuh ulama Indonesia diakui dunia Islam dan diberikan kesempatan untuk mengajar di Masjidil Haram, Mekkah - Syaikh Mahfudz termasuk di antaranya.

Selain Syaikh Mahfudz, ulama lain yang mendapat pengakuan dunia Islam termasuk Syaikh Nawawi al Bantani, Syaikh Ahmad Khatib al Minangkabawi, Syaikh Muhtarom al Banyumasi, Syaikh Bakir al Banyumasi, Syaikh As‘ari Bawean, dan Syaikh Abdul Hamid Kudus. 

Advertisement

Mereka menjadi kebanggaan bangsa Indonesia dengan kualitas keilmuan berkaliber internasional dan menjadi guru besar serta pengajar tetap di Masjidil Haram.

Proses kegiatan keilmuan di Masjidil Haram, seperti yang dijelaskan dalam kitab al Minhah al Khariyah terbitan Perguruan Islam Pondok Tremas Pacitan, mengutamakan metode halaqah. 

Metode ini melibatkan murid-murid yang duduk mengelilingi guru atau orang yang berilmu. Kegiatan halaqah diadakan setiap hari setelah shalat Shubuh, Ashar, Maghrib, dan Isya. Syaikh Mahfudz mengajar perbandingan Hadis dan Ulum al Hadis, yang merupakan bidang keilmuannya.

Ada beberapa metode yang digunakan dalam proses keilmuan di Masjidil Haram, seperti guru membaca dan menjelaskan, guru membaca dan murid menjelaskan, serta murid membaca di hadapan guru dengan koreksi dari sang guru. 

Syaikh Mahfudz memiliki ciri khas mengajar dengan bahasa Arab fasih yang diselingi bahasa Jawa, memudahkan pemahaman para muridnya, terutama yang berasal dari Jawa.

Meskipun banyak muridnya berasal dari Indonesia, terutama Jawa, Syaikh Mahfudz juga menerima murid dari luar Jawa, bahkan dari luar negeri seperti India, Thailand, Syria, dan Malaysia. Keberhasilan dan pengaruh beliau terlihat dari jumlah pengikutnya yang mencapai sekitar 4.000 orang dari berbagai penjuru dunia.

Syaikh Mahfudz At-Tarmasi memutuskan untuk tinggal dan mengajar di Mekkah hingga akhir hayatnya tanpa kembali ke Indonesia. Reputasi beliau sebagai seorang ulama terkemuka yang diakui dunia Islam membuatnya menjadi teladan bagi banyak ulama dan pemimpin pesantren. 

Jaringan transmisi ilmu pengetahuan yang dibangunnya memberikan manfaat besar, terutama bagi ulama dan pemimpin pesantren di Indonesia.

Kehidupan dan Peninggalan Syaikh Mahfudz At-Tarmasi di Mekkah

Syaikh Mahfudz At-Tarmasi menjalani sisa hidupnya di Mekkah, tanah suci umat Islam, setelah memutuskan untuk tidak kembali ke Indonesia.  Di tengah kesehariannya di kota suci tersebut, beliau terus mengajar dan berbagi ilmu dengan murid-muridnya yang berasal dari berbagai penjuru dunia.

Meskipun Syaikh Mahfudz menggunakan bahasa Arab fasih dalam pengajaran, ia juga sering memasukkan bahasa Jawa dalam interaksi dengan murid-muridnya.  Ini untuk menjaga keakraban dan kebersamaan antara guru dan murid di tengah atmosfer keilmuan Masjidil Haram.

Pengaruh Syaikh Mahfudz terutama terlihat dalam kemasyhuran dan reputasinya di kalangan santri dan ulama. Banyak dari murid-muridnya yang berhasil meraih prestasi dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang mereka terima darinya. 

Keberhasilan ini tidak hanya terbatas di Indonesia, tetapi juga melibatkan murid-murid dari luar negeri yang datang untuk belajar di bawah bimbingannya.

Reputasi Syaikh Mahfudz sebagai seorang ulama yang mengajar di Masjidil Haram tidak hanya terukir dalam sejarah keilmuan Indonesia, tetapi juga menjadi inspirasi bagi generasi ulama dan santri di tanah air.

Peninggalan beliau mencakup warisan ilmu pengetahuan dan metodologi pengajaran yang tetap dikenang dan dijunjung tinggi oleh masyarakat Islam.

Keberhasilannya dalam mendidik dan membimbing ribuan murid dari berbagai latar belakang dan negara menunjukkan bahwa keilmuannya tidak hanya bersifat lokal, tetapi juga berskala internasional. 

Syaikh Mahfudz At-Tarmasi menjadi bagian dari sejarah keilmuan Islam di Indonesia yang membawa nama bangsa ke panggung internasional melalui kontribusi besar dalam penyebaran dan pengembangan ilmu pengetahuan agama.

Peninggalan Syaikh Mahfudz At-Tarmasi bukan hanya sebagai ulama yang memberikan ilmu, tetapi juga menjadi sosok yang mampu merajut hubungan antargenerasi, memperkuat solidaritas umat Islam, dan meninggalkan jejak keilmuan yang abadi.

Demikianlah kisah ulama Pacitan Syaikh Mahfudz At-Tarmasi yang menjadi imam besar di Masjidil Haram Mekkah. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES