Lingkar Studi Santri dan Komitmen Menggali Sejarah Tokoh Ulama Nusantara

TIMESINDONESIA, JOMBANG – Sebagai bentuk komitmen untuk melestarikan sejarah keislaman di Nusantara, Lingkar Studi Santri (LISSAN) meluncurkan program gali sejarah tokoh ulama nusantara.
Program ini diinisiasi dengan tujuan mendalami dan mengenang perjalanan dan kontribusi besar ulama-ulama terkemuka yang menjadi pilar spiritual masyarakat.
Advertisement
Aang Fatihul Islam selaku Ketua LISSAN mengatakan pihaknya berkomitmen pada pengembangan intelektualitas santri. Dirinya merasa bahwa menggali sejarah tokoh ulama adalah langkah penting.
“Program ini didesain untuk menggali kekayaan sejarah keislaman khususnya peran ulama dan santri yang membentuk karakter dan spiritualitas masyarakat secara umum,” kata Aang Fatihul Islam kepada TIMES Indonesia, Minggu (4/2/2024).
Menurutnya, program ini salah satu fokusnya adalah penggalian sejarah ulama Nusantara sebagaimana yang telah terdokumentasi maupun proses mendokumentasikan.
Salah satunya memfokuskan pada sejumlah tokoh ulama terkemuka di Kabupaten Jombang yang telah memberikan kontribusi besar dalam pengembangan ilmu agama dan penyebaran nilai-nilai keislaman di masyarakat.
Program ini akan melibatkan penelitian mendalam dan wawancara dengan ahli sejarah setempat maupun informan terkait.
“Anggota LISSAN akan terlibat dalam proses riset dan dokumentasi yang cermat. Dengan memanfaatkan sumber-sumber tertulis dan lisan, kami berkomitmen untuk menggali informasi seakurat mungkin agar dapat menghasilkan narasi sejarah yang mendalam dan faktual,” ungkapnya.
LISSAN yang bersekretariat di Kabupaten Jombang itu juga berupaya melibatkan masyarakat luas dalam program ini. Rencananya, hasil riset dan informasi sejarah akan disampaikan secara terbuka dalam bentuk bedah buku, pameran atau forum yang dapat diikuti oleh masyarakat Jombang.
Pihaknya berharap agar upaya menggali sejarah tokoh ulama Jombang ini dapat memberikan kontribusi positif dalam pembentukan karakter santri dan masyarakat kota santri. “Kami percaya bahwa melalui pemahaman sejarah keislaman, generasi muda akan menjadi penerus peradaban yang berbudaya dan berakhlak,” paparnya.
Lingkar Studi Santri (LISSAN) dengan semangatnya menggali sejarah tokoh ulama di Jombang menghadirkan komitmen nyata untuk menjaga dan merawat kekayaan intelektual dan spiritual masyarakat.
Menelusuri Jejak KH Asy’ari, Ayahanda Hadratusyech Hasyim Asy’ari
Aang Fatihul Islam Ketua Lingkar Studi Santri (LISSAN). (FOTO: Dok. Pribadi/TIMES Indonesia)
Mendekati momentum haul KH Asy’ari yang merupakan ayahanda dari Hadratussyech KH Hasyim Asy’ari, LISSAN pada tanggal 25 Januari 2024 berkesempatan untuk menggali sejarah KH Asyari di Desa Keras, Diwek Jombang.
“Pada tanggal 25 Januari lalu, LISSAN berkesempatan silaturrahim ke kediaman Gus Muhammad Nafi', salah satu dzuriyah (cicit) KH Asy'ari Keras dari jalur KH Ahmad Sholeh (putra pertama KH Asy'ari dan kakak pertama hadratus Syeh KH M Hasyim Asy'ari),” ungkapnya.
Menurutnya, tujuan silaturrahim tersebut, sebab beberapa hari sebelumnya dihubungi Gus Nafi' agar bersedia membantu dibidang literasi menjelang haul K.H. Asy'ari yang Perdana.
Tentu ini merupakan kabar yang membahagiakan bagi Aang Fatihul Islam, karena memang sebelumnya ia telah menulis biografi KH Asy'ary dalam buku 'Jejak-Jejak Ulama Mastur para Gurunya Guru Bangsa' yang terbit tahun 2021.
Namun memang dalam buku itu hanya ditulis sejauh data yang didapatkan oleh Aang Fatihul Islam. Dalam beberapa diskusi memang kerap terjadi diskusi yang cukup panjang terkait bagaimana kiprah dan perjuangan KH Asy'ari yang sepi dari pemberitaan atau tulisan.
“Padahal beliau termasuk tokoh besar yang melahirkan ulama besar pada zamannya yakni Hadratussyekh KH M Hasyim Asy'ari pahlawan Nasional dan tokoh pendiri Jam'iyyah Nahdhatul Ulama, organisasi massa Islam dengan jumlah pengikut terbanyak di dunia yang masih eksis hingga saat ini,” ujarnya.
Tentunya ini sangat menggelitik bagi LISSAN, sebagai komunitas penelusur sejarah Ulama Nusantara untuk meneusuri lebih dalam pada momentum yang sangat spesial ini.
Dalam kesempatan silaturrahim dan diskusi Perdana ini pria yang akrab disapa Gus Aang ditemani oleh Gus Nizar, kakak dari Gus Nafi' yang membantu mendampingi Gus Aang untuk menelisik artefak KH Asy'ary yang masih tersisa.
Jejak itu seperti sumur di sebelah bekas ndalem (rumah) KH Asy’ari beserta kamar mandi, batu bata pecahan sumur dan juga tulisan masjid yang ada semasa KH Basuni Sholeh (cucu KH Asy'ar dari KH Ahmad Soleh).
“Tentu artefak lain sudah digali dalam buku sebelumnya yakni sumur di sebelah masjid yang biasanya dipakai beliau untuk menimba seusai qiyamul lail dan membaca ayat terakhir dari Surat Al-Baqarah hingga penuh, masjid peninggalan KH Asy'ari dan lokasi pesantren yang didirikan beliau yang sekarang berubah menjadi bangunan MA Al-Asy'ary Keras,” paparnya.
Menurutnya, momentum ini akan menjadi momentum besar untuk ikhtiyar dhohir bathin secara bersama dzuriyah untuk menggali lebih dalam berbagai literatur terkait, seperti dokumen tulisan (meskipun sangat terbatas), wawancara dari dzuriyah dan tokoh yang terkait, serta penelusuran artefak yang masih tersisa.
“Tindak lanjut dari pertemuan perdana ini yakni kami membuat timeline kegiatan tim penelusur sejarah yang sangat rinci mulai tahap awal hingga buku terbit, kemudian menyusun outline yang akan dikembangkan menjadi draft buku,” tambahnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Sholihin Nur |