Peristiwa Daerah

Kisah Mbah Honggo, Guru Ngaji Bupati Malang Pertama yang Kini Kesepian

Minggu, 11 Februari 2024 - 01:44 | 201.62k
Peziarah menabur bunga di Makam Mbah Honggo atau Pangeran Honggo Koesomo yang masih keturunan langsung dari Brawijaya V di kampung Kayutangan Heritage, Malang. (Foto: M. Isnaini Wijaya/TIMES Indonesia)
Peziarah menabur bunga di Makam Mbah Honggo atau Pangeran Honggo Koesomo yang masih keturunan langsung dari Brawijaya V di kampung Kayutangan Heritage, Malang. (Foto: M. Isnaini Wijaya/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANGMbah Honggo merupakan guru ngaji Bupati Malang pertama yang makamnya terletak di kawasan Kampung Kayutangan Heritage, Kota Malang.

Sayang sekali, nasibnya tidak seperti titik-titik wisata lain yang ada di Kayutangan. Makam Mbah Honggo begitu sepi dan sendirian.

Advertisement

Di bawah pohon beringin besar yang usianya puluhan tahun, Makam Mbah Honggo bersanding dengan Makam Kiai Ageng Peroet. Kedua makam itu sebenarnya merupakan destinasi wisata yang ditawarkan Kampung Heritage Kayutangan. Akan tetapi, kondisinya begitu kontras dengan wisata kopi Mbah Ndut yang berada persis di samping makam. 

Sebagai informasi, Mbah Honggo memiliki nama lengkap Pangeran Honggo Koesomo yang masih keturunan langsung dari Brawijaya V. Mbah Honggo merupakan keturunan Batoro Katong Ponorogo. Ketika zaman Belanda, Mbah Honggo bergabung dalam Laskar Diponegoro yang dipimpin Pangeran Diponegoro. Demikian, ketika Pangeran Diponegoro tertangkap, Mbah Honggo melarikan diri ke Malang sembari mengajarkan agama Islam. Bahkan, cuplikan sejarah yang ada di sekitar makam mengungkapkan, bahwa Mbah Honggo merupakan guru mengaji pertama Bupati Malang.

Akan tetapi, kini kondisi Kompleks Makam Mbah Honggo dapat dibilang tidak terawat. Pohon beringin yang begitu rimbun, tumpukan guguran daun, lantai yang cukup berlumut, mempertegas kondisi makam memang demikian adanya.

Mila Kurniawati, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kampung Heritage Kayutangan mengatakan, perawatan makam selama ini masih kurang tanggung jawab. Di sisi lain, Mila juga mengatakan kalau upaya perawatan Makam Mbah Honggo sudah maksimal, artinya tidak ada perbaikan lagi.

Kondisi kompleks makam yang demikian, dipengaruhi oleh minat wisatawan Kampung Heritage Kayutangan. Para wisatawan lebih memilih tempat-tempat heritage yang fotogenik daripada Makam Mbah Hinggo yang begitu rimbun. Meski demikian, ke depannya tetap diupayakan untuk merevitalisasi makam sebagaimana destinasi lain di Kampung Heritage Kayutangan.

"Rencananya, pelataran makam yang masih kosong nanti akan dijadikan sebagai tempat pembuatan batik. Jadi, rencananya nanti kalau mau masuk makam bisa pakai batik yang dibuat di situ," jelas Mila pada Jumat (9/2/2024).

Mila juga menjelaskan, bahwa sampai saat ini kegiatan kerohanian di Makam Mbah Honggo masih lestari. Misalnya acara haul kecil-kecilan, selamatan, dan lain-lain. Uniknya, kata Mila, yang mengadakan acara tersebut bukanlah warga sekitar, melainkan mereka yang jauh dari kawasan Heritage Kayutangan.

Adanya kegiatan rohani itu setidaknya membantu Mbah Honggo untuk bertahan di tengah gejolak keramaian Kampung Kayutangan Heritage. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES