Peristiwa Daerah

Warga Pejaya Anugerah Menjerit, Dua Minggu Banjir Tak Kunjung Surut  

Sabtu, 17 Februari 2024 - 16:36 | 203.68k
Nenek lumpuh yang hidup sebatang kara di Desa Kramat Jegu harus tertatih dalam kepungan banjir. (Foto: Dok Warga Pejaya Anugerah for TIMES Indonesia)
Nenek lumpuh yang hidup sebatang kara di Desa Kramat Jegu harus tertatih dalam kepungan banjir. (Foto: Dok Warga Pejaya Anugerah for TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Hujan deras mengguyur sejak Januari kemarin menyebabkan banjir di sejumlah wilayah. Sementara potensi cuaca ekstrem masih terus akan berlangsung di Jatim. Banjir juga terpantau menggenangi pemukiman warga di Waru dan Taman, Sidoarjo. 

Terparah, banjir tak juga surut selama lebih dari sepekan terakhir. Lilik Sulistijowati, warga Pejaya Anugrah, Desa Kramat Jegu, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo, mengeluhkan kondisi tersebut.

Advertisement

Ketinggian air mencapai 30 centimeter di jalanan dan memasuki rumah-rumah warga. Bahkan ada nenek tua lumpuh yang hidup sebatang kara harus tertatih menyeret tubuhnya dalam rendaman air saat beraktivitas.

Kondisi yang sangat memprihatikan. Warga saling membantu patungan membelikan bahan makanan. Mereka sedih, banjir tak juga surut. Padahal sudah dua mingguan.

"Banjir dari tanggal 30 Januari," kata Lilik, Sabtu (17/2/2024).

Banjir ini merata di Perumahan Pejaya Anugrah, terutama di RW 03 dan RW 07 Desa Kramat Jegu, Kecamatan Taman Sidoarjo.

Sejumlah Relawan BPBD Jatim dan Wakil Bupati Sidoarjo Subandi telah melakukan peninjauan beberapa hari kemarin.

Karena banjir ini melumpuhkan perekonomian warga yang mayoritas merupakan pedagang. 

"Rumah banyak yang terendam, warga sudah banyak yang kena sakit kulit, kutu air, gatal-gatal, diare, batuk dan masuk angin. Yang jelas mengganggu aktivitas bekerja dan sekolah," ujar Lilik.

Tahun ini merupakan banjir terparah bagi warga setempat. Biasanya banjir tidak masuk rumah. Lilik mewakili warga berharap segera ada tindakan dari pemerintah untuk mengalirkan air yang sudah merendam selama dua minggu di wilayah mereka.

"Agar kami bisa beraktivitas kembali seperti biasanya," sambungnya.

Sementara itu, dua hari lalu Kalaksa BPBD Jatim Gatot Soebroto mendampingi Pelaksana Harian (Plh) Gubernur Jatim Adhy Karyono menyusuri sepanjang aliran Sungai Buntung.

Bantaran sungai menuju muara ini rupanya penuh dengan tanaman eceng gondok. Tiga excavator amphibi beroperasi mengeruk koloni tanaman ini ke pinggir kali. Beberapa eceng gondok hanyut terbawa air menuju laut. 

Eceng gondok ini tumbuh subur memenuhi sungai dengan panjang mencapai lima kilometer. Butuh alat berat excavator amphibi untuk membersihkan. 

Bukan tanpa sebab, hasil identifikasi banjir di Kawasan Sidoarjo karena debit air hujan yang tinggi tak bisa lancar mengalir akibat terhalang tanaman pengganggu ini. Meskipun sudah dibersihkan, eceng gondok tumbuh dan berkembang biak secara cepat. 

Selain itu ada faktor lain. Struktur rumah warga lebih rendah dari sungai, pendangkalan dan sampah. 

Namun faktor terbesar adalah aliran saluran pembuangan Avour Sungai Buntung sebagai penentu utama. Jika sudah lancar, banjir akan lebih cepat surut. Nah, eceng gondok tersebut menjadi penghalang.

Kedatangan Adhy bersama sejumlah Kepala OPD dalam proses pantau pembersihan eceng gondok merupakan operasi lanjutan tanggap darurat bencana banjir di Waru. 

"Harusnya sungai ini terbebas dari eceng gondok supaya aliran air bisa cepat keluar. Ini salah satu persoalan infrastruktur dari hulu ke hilir tidak bisa menampung banyak air dan eceng gondok terlalu besar, koloni terlalu banyak sehingga perlu operasi gabungan," ujarnya.

Operasi tanggap darurat gabungan tersebut merupakan operasi ketiga. Operasi pertama dilakukan BPBD Jatim, Dinas PU Sumber Daya Air dan Pemkab Sidoarjo. Kemudian dilanjutkan operasi kedua dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas dan Jasa Tirta bersama Pemprov Jatim. Operasi ketiga lebih banyak lagi. Ada 50 personil diterjunkan pada hari ini.

"Ini perlu kerja sama yang kuat, tidak bisa sendiri. Maka, di dalam penanggulangan bencana, semua stakeholder harus resource nya kita gunakan," tandas Plh Gubernur Jatim.

Adhy Karyono menargetkan operasi pembersihan eceng gondok selesai dalam kurun waktu satu bulan sehingga mengurangi potensi banjir selama musim penghujan.

"Ketika nanti hujan lagi, banjir akan cepat selesai, tidak merendam," ujarnya.

Saat ini dari total 5 kilometer panjang area tumbuh eceng gondok, sudah 1,4 kilometer dilakukan proses pengerukan. Memang memerlukan tenaga dan peralatan yang banyak.

"Insya Allah akan kita percepat, tidak sebulan," katanya.

Terkait biaya operasional, sementara ditanggung bersama antara Pemprov Jatim dan Pemkab Sidoarjo. Pemprov Jatim menggunakan dan darurat Bantuan Tidak Terduga (BTT) dalam penanganan. 

"Karena masuk kondisi darurat banjir, nggak bisa tidak. Pemerintah otomatis mengeluarkan itu, sampai selesai darurat kita gunakan BTT," ucap Adhy.

Sementara peralatan menggunakan sistem sumber lain berupa bantuan dari BBWS, Jasa Tirta, PU SDA Jatim serta Pemkab Sidoarjo.

Meskipun demikian, operasi tanggap darurat ini tak akan berhenti. Adhy memastikan melakukan pembersihan secara rutin. Pihaknya juga berencana membeli alat berat. Karena setiap tahun potensi banjir selalu ada. Peralatan akan dianggarkan dalam P-APBD. 

"Maka kita harus punya alat. Rencananya dengan Bappeda Jatim, Dinas PU SDA, sudah kita lihat spek excavator amphibi mana yang diperlukan, mesin mana yang paling bagus itu harus kita siapkan. Jangan ketergantungan dengan pihak luar lagi. Ini bagian dari tugas kami rutin harus diselesaikan," tegasnya.

Dengan demikian, lanjut Plh Gubernur Jatim Adhy Karyono, ada empat kelurahan dan dua komplek perumahan terselamatkan dari bencana banjir. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hendarmono Al Sidarto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES