Dari Malang Jejak Pembunuhan Letkol (Mar) Purwanto Terungkap (4)

TIMESINDONESIA, MALANG – Dari Malang Jejak Pembunuhan Letkol (Mar) Purwanto Terungkap (4)
Sempat Menunggu Korban Keenam, Haryo Abrianto
***
Advertisement
Haryo Abrianto, anak sulung Letkol (mar) Purwanto yang waktu itu sedang menempuh pendidikan di Akademi Angkatan Laut adalah satu-satunya yang luput dari maut.
Waktu itu tanggal 13 Agustus 1988 adalah hari Sabtu. Hari dimana para taruna AAL diberi waktu untuk mengunjungi keluarganya. Biasanya Haryo Abrianto pulang. Karena itu Sumiarsih cs sempat menunggu dan berniat menghabisi pemuda itu.
Tetapi yang ditunggu-tunggu hingga sore, Haryo Abrianto tidak muncul. Sumiarsih cs kemudian memutuskan segera "membuang" mayat-mayat itu sesuai skenario awal, seolah-olah dibuat seperti kecelakaan lalu lintas.
Ternyata pula, mereka sempat melakukan survei di beberapa tempat, namun kemudian yang dipilih adalah jurang Songgoriti.
Sore itu juga, mayat-mayat tersebut dimasukkan ke dalam mobil Taft GT hijau tentara milik Purwanto.
Tapi saat itu darah terus mengalir, terutama dari kepala para korban. Agar darah tidak terus mengalir, mereka membungkus kepala korban dengan kresek hitam. Kresek itu diikatkan dengan simpul mati pada leher korban.
Rumah Purwanto tempat eksekusi kemudian dibersihkan oleh mereka, sampai nyaris tidak berbekas. Karena itu tak heran, ketika polisi datang juga tidak mencium bau anyir, meski waktu itu sudah pasti berceceran di ruang tamu dan garasi.
Kemudian mereka berangkat dengan dua mobil. Mobil Taft GT yang berisi lima mayat itu dikemudikan oleh Sugeng dan Adi Saputro duduk di samping pengemudi.
Sementara Suzuki Carry ikut membuntuti di belakangnya, dinaiki Daim, Nano, Djais Adi Prayitno, dan Sumiarsih.
Mereka sempat mengisi BBM di sebuah SPBU di Mojokerto. Seorang saksi, pegawai SPBU sempat ada yang melihat darah menetes dari dalam mobil Taft GT itu. Tetapi pegawai tersebut tidak berpikir jauh tentang adanya mayat korban pembunuhan.
"Rombongan" Sumiarsih itu tiba di jalan berkelok di Songgoriti sekitar pukul 18.00. Waktu itu situasi sudah gelap. Kendaraan masih jarang. Tidak seramai seperti sekarang. Mereka berhenti di bibir jurang.
Jip Taft GT itu kemudian disiram bensin yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Begitu juga selimut yang digunakan menutupi tubuh para korban juga disiram bensin.
Adi Saputro yang sudah siap dengan tongkat kayu yang dibungkus gombal menyulut dengan api. Api itu kemudian disulutkan pada selimut dan dalam waktu sekejab menjalar ke tubuh-tubuh korban.
Saat itulah Sugeng dan Adi Saputro mendorong mobil jip itu ke jurang Songgoriti. Dalam keadaan terbakar, mobil itu meluncur ke bawah.
Setelah itu Sugeng dan Adi Saputro menuju ke mobil Suzuki Carry yang menunggu tidak jauh dari lokasi. Mereka dengan tenang kemudian kembali ke Surabaya.
Malam hari beredar kabar, bahwa Purwanto terbunuh beserta keluarganya di Songgoriti, Batu, Kabupaten Malang.
Namun sebagian anggota kepolisian di Surabaya malam itu masih belum mengetahui kasus yang sebenarnya.
Apalagi sebelum jenazah-mayat itu dibawa kembali ke rumah Purwanto, Djais Adi Prayitno juga datang lagi ke rumah Purwanto.
Kali ini dengan tenang ia ikut mempersiapkan rumah. Ikut bersih-bersih, menata kursi, dan menyuruh orang-orang mengganti lampu neon. Seakan-akan tidak ada yang terjadi di tempat itu.
Setelah mendengar laporan dan pengaduan dari beberapa pihak bahwa korban meninggal bukan karena kecelakaan, tapi karena benturan benda tumpul di kepala atau pembunuhan, maka Polres Malang dan Polres Surabaya mengadakan penyelidikan dalam kasus tersebut dengan mengumpulkan informsi dari masyarakat.
Mereka kemudian menggeledah rumah Purwanto Jl Dukuh Kupang VII No 24 Surabaya itu. Disitulah mereka menemukan setetes darah sangat kecil tidak jauh dari stop kontak.
Polisi kemudian juga menemukan banyak sidik jari diantaranya sidik jari Djais Adi Prayitno.
Maka penggeledahanpun dilakukan di rumahnya di Dukuh Kupang Timur XVII. Polisi juga memeriksa sidik jari yang ada di mobil Suzuki Carry yang digunakan si pelaku, hingga akhirnya semua pelaku kemudian berhasil ditangkap.
Dari Songgoriti memperoleh kabar juga, kebetulan saat mobil jip itu meluncur ke bawah dalam keadaan terbakar, ada saksi yang melihatnya. Saksi inilah yang kemudian melapor ke Polsek Batu waktu itu, bahwa ada mobil masuk jurang di Songgoriti dan terbakar.
Salah satu saksinya bernama Paeru, warga Pujon yang secara kebetulan lewat. Paeru juga tidak curiga bahwa itu adalah peristiwa yang disengaja, dan yang diketahuinya adalah mobil masuk jurang dengan keadaan terbakar.
Karena laporan yang masuk ke Polsek Batu dari masyarakat adalah mobil masuk jurang, maka yang datang lebih awal adalah para petugas lalu lintas.
Namun polisi jeli melihat itu, karena para korbannya ditemukan dalam keadaan yang tidak wajar karena kecelakaan. Di lokasi kejadian tercium bau bensin yang menyengat.
TKP langsung diamankan. Masyarakat sekitar gempar. Sebagian besar berbondong-bondong ke lokasi jatuhnya mobil dengan tujuan ikut memberikan pertolongan. Kebanyakan lagi menyaksikan dari bibir jurang.
Melihat banyaknya warga di sekitar lokasi, Polres Malang meminta cadangan ke Kompi Brimob 5111 Malang untuk mengamankan daerah.
Petugas Kodim 0818 juga dikerahkan. Begitu juga anggota Detasemen Militer Polisi datang karena ada korban yang anggota TNI.
Setelah diperiksa secara intensif di lokasi oleh kepolisian, SAR Brimob kemudian mengevakuasi para korban ke kamar mayat RSSA Malang. (bersambung)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Sholihin Nur |