Duta Baca Indonesia Gol A Gong Bagikan Saran Proses Menulis

TIMESINDONESIA, MALANG – Gol A Gong sebagai Duta Baca Indonesia pastinya berupaya menggerakan ekosistem literasi di negeri ini. Pada kesempatan kali ini, Gol A Gong melakukan safari literasi di Kota Malang, yakni di Intrans Publishing, Jumat (23/2/2024)
Duta Baca Indonesia memiliki tugas selain safari literasi, yaitu gerakan Indonesia menulis dan hibah buku nusantara. Safari literasi adalah kegiatan duta baca yang dilakukan di kota-kota Indonesia untuk menggerakkan ekosistem literasi.
Advertisement
Gerakan Indonesia menulis menjadi kesempatan bagi duta baca ke masyarakat umum dengan mengadakan pelatihan menulis. Hibah buku nusantara adalah kegiatan mengirimkan buku-buku dari penerbit ke berbagai taman bacaan yang ada di Indonesia.
“Di Jawa, kalau satu orang megang buku, 90 orang nungguin. Kalau di luar Jawa, seperti Papua dan Maluku, 1500 orang nungguin. Jadi bohong orang Indonesia itu gak punya minat baca, ya karena gak ada bukunya. Saya dari Sabang sampai Merauke, dari kota ke kota dari mulai Denpasar sampai perbatasan Timor Leste. Ada perpustakaan keliling, baca, terus bosan, ini lagi-ini lagi. Kenapa kok bisa seperti itu? Bukan gak ada dana, gak ada penulisnya,” jelas Gol A Gong.
Gol A Gong menceritakan perjalanan awal ia menulis pada safari literasi kali ini. Berawal ketika berkuliah di Fakultas Sastra, Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung, ia merasa tidak cocok dengan dosennya sehingga menyebabkan banyak perdebatan. Gol A Gong memutuskan mengundurkan diri sebagai mahasiswa Unpad. Semenjak mengundurkan diri, butuh waktu dua tahun bagi Gol A Gong melakukan riset untuk menulis novelnya.
Sastra adalah tiruan dari kejadian sehari-hari. Itu adalah kalimat dari Plato yang diaplikasikan Gol A Gong dalam proses menulis. Gol A Gong menyadari bahwa yang disebutkan Plato harus ditambahkan imajinasi dan unsur intrinsik.
Ada tiga tahapan yang harus dilakukan sebelum menulis, yaitu pre writing, riset lapangan, dan riset pustaka.
Pre writing adalah persiapan menulis. Ketika penulis melakukan riset lapangan, ketika pulang perlu untuk mencari teorinya. Dalam menulis fiksi hal yang dimaksud adalah unsur intrinsik. Unsur Intrinsik wajib diketahui oleh setiap penulis untuk menghindari adanya writer’s block yang membuat penulis merasa mentok di tengah proses menulis.
Riset pustaka adalah tahapan penulis untuk membaca buku-buku lain agar memperoleh pengetahuan yang membantu dalam proses menulis.
Salah satu karya terkenal Gol A Gong, Balada Si Roy, rupanya menghabiskan enam tahun untuk riset. Karakter tokoh Roy yang identik dengan petualang, membuat Gol A Gong perlu riset karakter tersebut selama dua tahun. Ketika mengirimkan proposal novelnya ke penerbit Gramedia pun, Gol A Gong sudah menyiapkan jawaban alasan penamaan judul, premis, karakter tokoh, dan target pembaca. Dari adanya hal tersebut, penting dikuasai penulis untuk memahami unsur intrisik ketika menulis fiksi.
“Kaji diri sendiri mengapa suka writer’s block. Barangkali bacaannya perlu ditambah, lalu pengamatannya perlu diperdalam, harus meyakini bahwa karya tulis adalah produk dari berpikir, bukan melamun,” ujar Gol A Gong ketika sesi diskusi.
Gol A Gong juga menjelaskan hal-hal yang menjadi penghalang literasi di Indonesia. Alasan pertama yang ia jelaskan adalah Kepala Dinas Perpustakaan merasa dibuang sehingga tidak memotivasi pustakawan untuk kreatif.
Seringnya, ketika melakukan kunjungan ke dinas perpustakaan ia menemui pustakawan yang merasa bingung dan ragu terkait kegiatan kedatangan Gol A Gong. Sulitnya akses perpustakaan juga membuat pihak perpustakaan nasional mencari solusinya. Pemerintah membangun perpustakaan-perpustakkan baru dengan dana alokasi khusus dengan dana sekitar 10 miliar.
Distribusi buku yang tidak merata, khususnya di daerah Indonesia timur membuat masyarakatnya merasa sakit hati. Hal ini dikarenakan banyak yang menganggap bahwa minat baca Indonesia rendah. Kenyataannya, banyak masyarakat Indonesia timur yang kesulitan mendapatkan buku bacaan karena distribusi buku yang tidak merata. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |