Peristiwa Daerah

Dinas Pertanian Jatim Bongkar Biang Kerok Kenaikan Harga Beras 

Jumat, 23 Februari 2024 - 22:23 | 49.23k
Panen padi. (FOTO: Dok. TIMES Indonesia)
Panen padi. (FOTO: Dok. TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, SURABAYAHarga beras premium kian melambung. Kenaikan tertinggi mencapai Rp 85.000 per kemasan 5 kilogram di pasaran.

Sementara harga beras lokal atau beras medium ikut terkerek perlahan mencapai Rp1.000/kilogram. Kenaikan harga itu juga terpantau di sejumlah pasar tradisional maupun retail modern di Jatim.

Advertisement

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur (Kadistan dan KP Jatim) Ir Dydik Rudy Prasetya mengungkapkan, pada saat ini kekosongan stok komoditas beras premium di pasar modern atau retail dan kenaikan harga beras secara umum memang tengah menjadi sorotan. 

Lantas, apa penyebab utamanya? Sementara Jatim merupakan lumbung padi nasional.

"Kenaikan harga beras ini disebabkan karena produksi padi di Jawa Timur pada bulan Januari yang cukup kecil atau sejumlah 289.971 ton GKG (Gabah Kering Giling)," jelas Dydik, Jumat (23/2/2024).

Penurunan produksi itu disebut karena menurunnya luas tanam padi di bulan Oktober akibat dampak cuaca ekstrem panas berkepanjangan sebagai efek dari El Nino. 

Dydik-Rudy-Prasetya.jpgKepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur (Kadistan dan KP Jatim) Ir Dydik Rudy Prasetya. (FOTO: Dok. Barometer Jatim)

"Dengan adanya perubahan iklim yang cukup ekstrem ini menyebabkan adanya pergeseran pola tanam dan perubahan pola produksi," sambungnya.

Dampak El Nino tahun 2023 menyebabkan kekeringan yang cukup panjang dan berpengaruh pada bergesernya jadwal tanam padi yang biasanya sudah dimulai pada bulan Oktober-November, namun banyak bergeser di bulan Januari dan Februari ketika curah hujan sudah meningkat. 

"Pergeseran jadwal tanam ini yang salah satunya mempengaruhi jumlah pasokan beras karena jadwal panen juga ikut bergeser," ucap Dydik.

Selain itu, peningkatan harga beras juga dipengaruhi oleh peningkatan biaya produksi padi. 

Komponen-komponen yang menyebabkan kenaikan biaya produksi di antaranya adalah kenaikan harga saprodi seperti benih dan pestisida, kenaikan biaya tenaga kerja, biaya distribusi antar wilayah, serta penggunaan pupuk non subsidi oleh petani. 

"Dengan berkurangnya alokasi pupuk bersubsidi, sekarang ini rata-rata petani berusaha tani menggunakan pupuk non-subsidi yang harganya lebih mahal dari harga pupuk subsidi," tuturnya.

Luas Panen Diperkirakan Meningkat 

Untuk peningkatan produksi padi di Jawa Timur sejauh ini tetap digenjot untuk dapat memenuhi ketersediaan pangan bagi masyarakat  baik melalui peningkatan indeks pertanaman maupun peningkatan produktivitas. 

"Namun demikian, kondisi luas panen saat ini menunjukkan peningkatan dari bulan Januari seluas 51.741 hektare (Ha) menjadi 108.435 Ha di bulan Februari," jelas Kadistan dan KP Dydik.

Luas panen tersebut diperkirakan akan meningkat di bulan Maret sekitar 361.151 Ha dan puncaknya di bulan April dengan luasan sekitar 389.499 Ha. 

Lebih lanjut ia menerangkan, bahwa pola tanam diarahkan dengan penerapan budidaya padi yang baik dengan penggunaan benih varietas unggul bersertifikat, penggunaan pupuk secara berimbang, penyesuaian pola tanam atau pengelolaan tanaman pangan melalui pengelolaan agroekosistem (ramah lingkungan), serta mengoptimalkan penggunaan mekanisasi pertanian baik dari pra panen sampai dengan pasca panen. 

Sedangkan untuk perbaikan kualitas gabah, Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan telah memberikan fasilitasi sarana pasca panen kepada masyarakat seperti mesin perontok multiguna dan combine harvester untuk menekan susut hasil serta memberikan fasilitasi mesin pengering untuk menjaga kualitas gabah.

Target Produksi Beras 7,3 Juta Ton 

Kadistan Dydik juga memastikan untuk kebutuhan konsumsi masyarakat Jawa Timur, ketersediaan beras saat ini aman. 

"Kondisi panen di tahun 2024, menunjukkan peningkatan luas panen dari bulan Januari seluas 51.741 Ha menjadi 108.435 Ha di bulan Februari," jelasnya.

Luas panen tersebut diperkirakan akan meningkat di Bulan Maret sekitar 361.151 Ha dan puncaknya di bulan April dengan luasan sekitar 389.499 Ha. 

Pada bulan Februari diperkirakan surplus beras mencapai 10.926 ton dan surplus akan meningkat di bulan Maret dengan perkiraan sebesar 922.822 ton dan bulan April sebesar 1.011.490 ton beras. 

Pada bulan Maret dan April diperkirakan memasuki panen raya di seluruh wilayah Jawa Timur. Secara kumulatif dari periode Januari-Desember 2024, produksi beras di Jawa Timur ditargetkan mencapai 7,3 juta ton dan bisa mencapai surplus beras 2.8 juta ton. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES