Tinjau Bekas Gunungan Sampah Bungurasih, BHS Dorong Pemkab Alokasikan Anggaran Lingkungan Hidup

TIMESINDONESIA, SIDOARJO – Calon Anggota DPR RI yang lolos ke Senayan dalam Pileg 2024, Bambang Haryo Soekartono (BHS) mengunjungi lokasi tempat pembuangan sampah di belakang Terminal Purabaya, Bungurasih, Waru, Sidoarjo, Rabu (28/2/2024).
Tempat pembuangan akhir ini sempat viral di media sosial karena gunungan sampah sehingga menimbulkan bau busuk menyengat. Padahal lokasinya dekat dengan pelayanan publik.
Advertisement
Gunungan sampah itu merupakan buangan dari terminal dan warga desa sekitar. Namun kini sudah tidak terlihat lagi sejak jadi bahan perbincangan. Total 200 ton sampah-sampah itu lenyap setelah dibersihkan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sidoarjo.
Menurut keterangan Nur Huzaini, Pengurus TPS Bungurasih, tempat pembuangan sampah ini sudah ada sejak lama. Tetapi memang kurang mendapat perhatian.
"Mulai terminal berdiri, tempat sampah ini sudah ada. Dulu dikelola oleh Pemkot Surabaya. Pembuangan akhir ke TPA Benowo," kata Husaini.
Bambang Haryo Soekartono (BHS) bertemu para pengurus sukarela tempat pembuangan sampah di Terminal Purabaya Bungurasih yang sempat viral dengan gunungan sampah, Rabu (28/2/2024).(Foto: Lely Yuana/TIMES Indonesia)
Namun karena kebijakan baru, sampah itu alih kelola ke Pemkab Sidoarjo sejak September 2022. Tetapi tidak seperti semula. Sampah justru menumpuk.
Nur Huzaini mengatakan bahwa sebenarnya ada tenaga pengangkut. Tapi tak ada anggaran untuk biaya operasional. Untuk menyiasati karena keterbatasan anggaran, sehari baru bisa diangkut 1 kali dengan total berat sampah 4-5 ton menggunakan dump truck. Sementara sampah masuk per hari mencapai 7-8 ton. Maka, sisanya terjadi penumpukan. Akumulasi sampah itu menjelma sebagai hubungan.
"Sebenarnya kesulitan pembuangan kita nggak ada, cuma akomodasi dan biaya operasional yang nggak ada," kata Nur.
Semestinya pengelolaan sampah ini membutuhkan anggaran lebih. Butuh 15 orang tenaga sumber daya manusia. Gaji per orang Rp2.500.000 per bulan. Total biaya operasional penanganan sampah diperkirakan membutuhkan Rp60 juta.
Kepala Terminal Purabaya, Badik, di bawah naungan Dinas Perhubungan Jatim sebagai pengelola terminal mengungkapkan bahwa pengelolaan gunungan sampah yang viral itu sementara di bawah bantuan Kementerian Lingkungan Hidup.
Karena pihak terminal selama ini tidak pernah mengambil iuran sampah kepada warga sekitar untuk menghindari pungli. Sedangkan anggaran Pemkab tidak mencukupi. Namun, nantinya ia berencana akan ada koperasi yang membawahi pengelolaan.
Bambang Haryo Soekartono (BHS) saat wawancara dengan awak media di Terminal Purabaya Bungurasih yang sempat viral dengan gunungan sampah, Rabu (28/2/2024).(Foto : Lely Yuana/TIMES Indonesia)
Sementara itu, BHS mengatakan pentingnya perhatian pemerintah terhadap sektor lingkungan hidup.
"Pemkab Sidoarjo harus mengalokasikan anggaran khusus untuk lingkungan hidup," tegas BHS.
BHS melihat anggaran DLHK Pemkab Sidoarjo hanya Rp108 miliar. Sementara Surabaya sudah mencapai Rp500 miliar.
Harus ada kepastian gaji bagi pengelola sampah. Begitu pula infrastruktur penanganan sampah seharusnya meniru Pemkot Surabaya.
"Ini yang perlu dicarikan solusi, anggaran DLH Pemkab Sidoarjo bisa dinaikkan dan juga anggaran yang diajukan oleh Kepala Terminal Purabaya bisa direalisasikan dengan baik. Karena mereka cuma dapat anggaran 20 juta per tahun untuk membersihkan terminal. Yang mereka ajukan adalah Rp400 juta. Bayangkan ini kecil sekali," kata BHS.
Potret terminal harus bagus di mata masyarakat sekaligus manfaat besarnya adalah menjauhkan warga sekitar dari penyakit.
"Harapan masyarakat Bungurasih awal masuk terminal jangan sampai ada sampah jatuh. Ternyata bukan jatuh lagi, tapi menggunung," kata Bambang Haryo Soekartono (BHS).(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Rizal Dani |