Peristiwa Daerah

Berburu Takjil di Jalan Surabaya: Merayakan Keberagaman dan Kenikmatan Tradisional

Selasa, 12 Maret 2024 - 20:01 | 51.91k
Suasana berburu Takil di Jalan Surabaya, Malang. (FOTO: Indah Kumalasari/TIMES Indonesia)
Suasana berburu Takil di Jalan Surabaya, Malang. (FOTO: Indah Kumalasari/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Di tengah hiruk-pikuk kota Malang, Jalan Surabaya, Malang menjadi saksi bagi kekayaan kuliner dan tradisi lokal yang memikat selera. Namun, pada bulan Ramadan, jalanan ini berubah menjadi arena untuk merayakan keberagaman takjil, menghadirkan aroma harum dan kelezatan tradisional yang memanjakan lidah.

Meski hidangan tradisional dan keunikan kulinernya mampu memanjakan lidah, tantangan nyata muncul dalam bentuk kemacetan yang tak terhindarkan di jalanan.

Advertisement

Kawasan ini berada di pintu belakang Universitas Negeri Malang. Yang jadi keunikan pasar takjil di Malang yang satu ini, adalah mahasiswa yang ikut jualan. Enaknya, jalan Surabaya ini lebar. 

Suasana-berburu-Takil-di-Jalan-Surabaya.jpg

Walaupun kawasan jalan Surabaya ini lebar, kemacetan juga menjadi perihal yang tidak dapat dihindari karena padatnya masyarakat yang mencari dan menjajakan kulinernya di bulan Ramadan ini. 

Ragam Takjil yang Menggoda Selera

Begitu melangkah di jalan ini, mata akan tertuju pada beragam warna dan bentuk takjil yang dipajang di setiap warung, dan lapak. Dari klepon yang kenyal hingga es teler yang menyegarkan, setiap warung memiliki keunikan dan keistimewaan sendiri yang menawarkan varian yang begitu beragam. Aroma wangi rempah dari kolak dan aroma manis gula kelapa di dadar gulung membuat setiap langkah penuh kegembiraan. Setiap hidangan adalah karya seni rasa yang menceritakan kisah tradisi dan kekayaan budaya.

Mencicipi Tradisi Setiap Sudut Jalan

Melangkah lebih dalam, kita menemukan kehidupan kota yang sebenarnya: Setiap jengkal jalan adalah panggung bagi pengekspresian kuliner dan tradisi. Warung takjil yang menawarkan kolak singkong, biji salak, dan es campur menjadi tempat yang paling diminati. Kita tidak hanya berburu takjil untuk memuaskan selera, tetapi juga mencicipi sejumput kisah yang tersembunyi di setiap hidangan.

Lingkungan yang Ramah dan Meriah

Jalan Surabaya termasuk jalan Teursan Surabaya yang lebih sempit, pada bulan Ramadan menjadi tempat yang penuh semangat. Warung, dan lapak takjil menyusun deretan hidangan tradisional yang memikat mata dan membuat air liur menetes. Para pedagang yang ramah dan bersemangat siap melayani setiap pembeli dengan senyum hangat, menciptakan atmosfer yang menyenangkan dan meriah.

Keberagaman dan Harmoni di Antara

Rasa Takjil di jalan Terusan Surabaya mencerminkan keberagaman budaya dan harmoni di tengah masyarakat. Setiap hidangan adalah representasi dari keunikan setiap suku, agama, dan budaya yang bersatu dalam merayakan bulan Ramadan. Ini adalah momen langka di mana perbedaan bersatu dalam keindahan rasa.

Kesenangan dan Tantangan

Meskipun lezatnya hidangan takjil menjadi daya tarik utama, namun tidak dapat diabaikan bahwa kemacetan lalu lintas menambah kesulitan dalam berburu takjil. Setiap penantian di antrean kendaraan adalah kesempatan untuk merenung sejenak sebelum menyelami kenikmatan takjil yang telah ditunggu-tunggu.

Kemacetan sebagai Ujian Kesabaran

Sementara mencicipi hidangan takjil, pengunjung juga dihadapkan pada ujian kesabaran dalam menghadapi kemacetan. Jalanan yang padat menjadi peluang untuk bersosialisasi dengan pengendara sekitar atau sekadar menikmati pemandangan jalanan yang berwarna-warni.

Kebersamaan di Tengah Keterbatasan Ruang

Meski kemacetan menjadi hambatan, kebersamaan muncul di antara pengendara yang saling memberi jalan dan berkomunikasi dengan bahasa isyarat yang khas. Suara klakson dan bising kendaraan menjadi musik jalanan yang menyertai setiap perjalanan di jalan Surabaya.

Momen Bersyukur di Akhir Perjalanan

Setiap perjalanan berakhir dengan momen syukur saat menyantap takjil yang berhasil didapat. Keringat dan lelah tertukar dengan kepuasan setelah menyelesaikan petualangan kuliner di jalan yang membebani namun memuaskan.

Berburu takjil di jalan Terusan Surabaya, Malang, bukan hanya tentang mengejar rasa, tetapi juga tentang menangkap keberagaman sosial dan menghadapi tantangan yang membuat setiap hidangan terasa lebih berharga. Sebuah perjalanan yang mengajarkan kesabaran, bersyukur, dan merayakan kekayaan kuliner serta keberagaman masyarakat.

Begitulah, berkeliling di jalan Surabaya selama bulan Ramadan bukan hanya tentang berburu takjil, tetapi juga tentang merasakan kesejukan harmoni dan keramahan yang dihadirkan oleh setiap hidangan dan senyuman dari para pedagang. Melalui berburu takjil di jalan Terusan Surabaya, kita merayakan kekayaan kultural dan tradisional yang telah menjadi warisan berharga dari generasi ke generasi. Suatu perjalanan yang mengundang selera dan merangkul kekayaan budaya yang memperindah kota Malang. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES