Peristiwa Daerah

Pemkot Probolinggo Gandeng BRIN Atasi Potensi Overload Sampah TPA

Sabtu, 16 Maret 2024 - 15:47 | 44.92k
Tumpukan sampah di TPA Kota Probolinggo. (Foto: Rizky Putra Dinasti/TIMES Indonesia).
Tumpukan sampah di TPA Kota Probolinggo. (Foto: Rizky Putra Dinasti/TIMES Indonesia).
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Diprediksi Taman Pemrosesan Akhir (TPA) Bestari Kota Probolinggo, Jawa Timur akan mengalami overload tahun ini. Untuk mengatasi masalah sampah, Pemerintah Kota Probolinggo bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Sekretaris Daerah (Sekda) Ninik Ira Wibawati mengatakan, TPA Bestari diprediksi akan mengalami overload pada April 2024.

Advertisement

Oleh karena itu, perlu diambil langkah strategis dalam menangani persoalan sampah di TPA yang dikelola Dinas Lingkungan Hidup (DLH).

Saat ini, lanjut Ninik, TPA Bestari menampung sekitar 60 persen sampah organik dan 40 persen sampah anorganik.

Ketinggian sampah di Jalan Anggrek itu sudah mencapai 18 meter dengan kemiringan sekitar 60 derajat, yang berpotensi menyebabkan bencana longsor.

Belum lagi kapasitas TPA yang terbatas dan pengelolaan yang belum optimal, menyebabkan berbagai permasalahan seperti penumpukan sampah dan pencemaran lingkungan.

"Berawal dari permasalahan ini, kami mencoba untuk berkonsultasi dan bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional. Kami berharap dapat memperoleh saran, masukan, serta langkah-langkah apa saja yang diperlukan Pemkot Probolinggo dalam menangani sampah tersebut," ucap Ninik.

Sementara itu, Direktur Fasilitasi dan Pemantauan Riset dan Inovasi Daerah BRIN, Lukman Shalahuddin, mengapresiasi Pemerintah Kota Probolinggo karena telah cukup waspada terhadap permasalahan sampah.

Ia menyatakan, BRIN memiliki banyak peneliti yang siap berkolaborasi dengan pemerintah kota untuk mewujudkan ekosistem inovatif melalui pendekatan integratif.

"Untuk mencari solusinya, harus menggunakan pendekatan integratif, yakni dilihat dari pengelolaan tata ruang, infrastruktur, sumber daya energi, dan pemukimannya. Lalu, dicari solusi jangka pendek untuk permasalahan krusial dan jangka panjang untuk menciptakan tindakan preventifnya," kata Lukman.

Hal senada juga diungkapkan oleh salah satu Peneliti Pusat BRIN, Agus Kismanto. Menurutnya, sampah dapat diolah mulai dari tingkat rumah tangga hingga pengolahan terakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). 

Bahkan kelompok risetnya WtE (Waste to Energy), memiliki beberapa inovasi dalam pengelolaan sampah.

Di antaranya, Lahsamor (Pengolah Sampah Organik), Lahsasimun (Pengolah Sampah menjadi Minyak), dan Lahsamdigas (Pengolah Sampah menjadi Gas).

Inovasi-inovasi ini tidak hanya meminimalisir volume sampah, tetapi juga memiliki nilai ekonomi karena menghasilkan produk akhir seperti minyak, kompos, dan gas.

Selanjutnya, Pemerintah Kota Probolinggo akan mengirim surat untuk menyusun Nota Kesepahaman Sinergis sebagai tindak lanjut dari rapat yang berlangsung pada Jumat (15/3/2024) di Comment Center secara daring.

Nota gabungan antara Memorandum of Understanding (MoU) dan Perjanjian Kerja Sama (PKS) akan menjadi dasar perencanaan anggaran.

Selanjutnya, tim dari BRIN akan berkunjung ke Kota Probolinggo untuk mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif mengenai permasalahan sampah tersebut. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hendarmono Al Sidarto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES