Jelang Liburan, KH Zuhri Zaini Ingatkan Tanggung Jawab Santri di Masyarakat

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Ribuan santri Ponpes Nurul Jadid, Kabupaten Probolinggo, Jatim, akan menjalani libur Ramadan dan Idul Fitri pada 27 Maret hingga 21 April 2024. Selama liburan, santri akan pulang ke rumah masing-masing.
Sebelum pulang, Pengasuh Ponpes Nurul Jadid, KH Moh Zuhri Zaini memberikan pengarahan kepada para santri. Apa pesan Kiai Zuhri untuk santri selama berlibur di rumah masing-masing?
Advertisement
“Kita adalah duta pesantren di masyarakat. Orang akan melihat pesantren dan pondok ini dari perilaku kita saat liburan di kampung halaman nanti,” ujar KH Moh Zuhri Zaini dalam pengarahan, Senin (25/3/2024) malam.
Menurut Kiai Zuhri, liburan hanya sekadar berganti kegiatan dan suasana. Tanpa harus meninggalkan amaliah yang istiqomah dilakukan selama di pesantren.
“Ilmu dan pendidikan yang kita dapat di pesantren harus diterapkan di rumah, meskipun tidak sama persis,” pesannya dalam pengarahan yang dilangsungkan di Masjid Jamik Nurul Jadid tersebut.
Figur yang aktif menulis di majalah lembaga pendidikan ini memberi contoh wiridan. “Kalau di sini (pesantren, Red) wiridan dari Maghrib sampai Isya,’ kemudian di rumah misal tidak selama itu, gak papa. Tapi tolong jangan tinggalkan wiridan itu,” pintanya.
Sebab, lanjut Kiai Zuhri, santri dimondokkan oleh orang tua untuk mendapatkan lingkungan yang baik dan membina karakter. Tujuan lainnya, menimba ilmu agama dan ilmu umum. Sehingga perubahan-perubahan yang lebih baik itu diharapkan oleh orang tua kita.
“Insyaallah kalau kita lebih baik setelah pulang pondok, akan menjadi dakwah tersendiri. Orang-orang akan senang memondokkan putra-putrinya ke pesantren,” imbuhnya.
Dengan demikian, Kiai Zuhri menganjurkan santri untuk disiplin memaksimalkan waktu, selektif dalam laku bergaul, dan menjadi orang cerdas yang dapat mengontrol nafsu.
“Kita harus belajar disiplin menghargai waktu, sebab waktu itu modal kita. Sebagaimana kata Imam Ghazali dalam Kitab Bidayatul Hidayah: umruka ra'su malika. Umurmu adalah modal hidupmu. Nikmat waktu dan tambahan umur yang barokah ini sangat berharga,” terangnya.
Menjaga Pergaulan dan Ibarat Telur Asin
Disamping itu, Kiai Zuhri juga menekankan santri agar memanfaatkan waktu untuk belajar bergaul dengan baik terhadap keluarga dan masyarakat. Sebab, bergaul itu penting dengan menjaga adab dan tatakrama.
“Kita harus bisa mandiri untuk membatasi diri dan memilih lingkungan yang baik. Mungkin kita akan bertemu dengan teman-teman lama, tapi tolong aturan-aturan yang kita dapat di pondok, aturan pesantren dan aturan agama itu terus kita bawa. Tetap jangan melupakan teman-teman kita. Tapi tentu harus ada perubahan setelah kita mondok ini,” jelasnya.
Kiai sederhana ini menjelaskan, pergaulan sangat berpengaruh pada kepribadian seseorang. Untuk penjelasan ini, Kiai Zuhri mengibaratkan sebuah telur asin.
Semula, telur ini tidak asin, sama seperti telur pada umumnya. Kemudian diletakkan di air asin. Sehari saja sudah bisa asin. “Itu telur, yang tidak punya jiwa seperti kita. Sementara kita, punya jiwa yang mudah terpengaruh,” jelasnya.
Karena itu, ia mengajak santri menjadi orang cerdas yang bisa mengendalikan nafsu, bisa membedakan mana baik dan buruk, serta bisa memilih yang baik dan meninggalkan yang buruk.
“Jadilah orang cerdas yang bisa mengendalikan nafsu dengan menyadari bahwa dia akan meninggalkan dunia ini dan akan mencari bekal sesudah kita mati di akhirat. Di pondok kita mencari bekal untuk pulang ke rumah. Tapi di rumah itu juga sementara, kita akan pulang lagi ke akhirat,” kata Pengasuh Ponpes Nurul Jadid itu. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Muhammad Iqbal |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |