Peristiwa Daerah

Era Modern, Batik Ecoprint di Probolinggo Semakin Diburu

Rabu, 27 Maret 2024 - 11:11 | 43.40k
Rina Setiowati menunjukkan batik dengan teknik Ecoprint yang semakin diminati masyarakat. (Fotostyle=
Rina Setiowati menunjukkan batik dengan teknik Ecoprint yang semakin diminati masyarakat. (Fotostyle=
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Perkembangan dunia perbatikan di era modern semakin canggih dan maju. Salah satu inovasi yang semakin diminati adalah batik dengan menggunakan teknik Ecoprint. Teknik ini cukup terkenal belakangan ini dan diminati oleh banyak kalangan.

Teknik Ecoprint sendiri merupakan salah satu metode pewarnaan kain yang ramah lingkungan dan unik, menggunakan bahan-bahan alami dari tumbuhan untuk memberikan warna dan motif. Proses ini umumnya melibatkan penggunaan bagian daun dari berbagai jenis tumbuhan.

Advertisement

Batik yang dibuat dengan teknik Ecoprint ini tidak hanya lebih mudah dalam proses pembuatannya, tetapi juga menghasilkan karya yang sangat menarik.

Banyak pecinta batik yang antusias memburu karya-karya ini, dan minat ini tidak terbatas hanya pada kalangan Gen Z saja.

Seperti yang dijelaskan Rina Setiowati, pemilik Griya Butik Zahra di Jalan Suyoso, Kelurahan Sukabumi, Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo, Jawa Timur.

Perempuan 52 tahun yang telah menggeluti lebih dari sepuluh tahun dalam dunia perbatikan merasa senang dan terkejut dengan teknik Ecoprint. Teknik pewarnaan ini ternyata diminati oleh berbagai kalangan, meskipun harganya lebih tinggi daripada batik pada umumnya.

"Menurut saya, hasilnya memang lebih indah dan abstrak," kata Rina, Rabu (27/3/2024) pagi.

Secara garis besar, pembuatan batik ini menggunakan jenis kain khusus yang dihiasi dengan motif tumbuhan, terutama dedaunan seperti daun jati, kenikir, dan lainnya.

Selanjutnya, setelah ditempeli pola sesuai dengan imajinasi pembuat, batik tersebut dimasak dengan cara dikukus selama sekitar 2 jam. Setelah itu, batik tersebut dicuci dan dijemur selama paling tidak 7 hari.

"Kenapa kebanyakan menggunakan daun jati? Karena warna dan teksturnya bagus. Sehingga, jika pengerjaannya dilakukan oleh pemula, hasilnya sampai mencapai 90 persen berhasil," tambah Rina.

Meskipun tidak menyebutkan angka secara pasti, omset yang dihasilkan di butiknya cukup tinggi, terutama dari penjualan batik ecoprint. Tidak hanya batik Ecoprintnya saja, tetapi juga selendang dan topi batik Ecoprint cukup banyak diminati oleh masyarakat.

"Untuk persiapan Hari Raya Idul Fitri ini, permintaan pembeli terhadap batik ecoprint cukup tinggi. Sepertinya karena tingkat keunikan serta warnanya yang lebih natural atau soft," ungkap Rina.

Bahkan, lanjut Rina, teknik ini yang mulai muncul 10 tahun belakangan, atau sekitar tahun 2014, telah mengalami peningkatan minat yang signifikan dalam lima tahun terakhir.

"Lima tahun belakangan, batik ecoprint mulai inovatif. Bahkan, semua daun juga bisa digunakan, asalkan diberi perlakuan khusus agar warna alaminya lebih menonjol," ujarnya.

Teknik Ecoprint juga mengalami perkembangan seiring berjalannya waktu. Awalnya, teknik ini digunakan untuk mencetak motif pada kain, kemudian kain tersebut diolah menjadi baju atau produk lainnya.

Saat ini, teknik Ecoprint juga dapat diterapkan langsung pada berbagai jenis produk, seperti topi, tas, jilbab syar'i, dan media lainnya.

"Menjelang Lebaran, batik ecoprint, khususnya mukena, laris diburu. Selain natural, motifnya unik berbentuk daun-daunan. Selain itu, warnanya juga lembut atau tidak terlalu mencolok saat dipakai," ujar Rina saat ditanya tentang produk yang paling diminati menjelang Lebaran.

Harganya cukup bervariasi, mulai dari puluhan ribu hingga jutaan rupiah, tergantung pada jenis kain, ukuran, dan motif batik ecoprint yang digunakan. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ryan Haryanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES