Peristiwa Daerah

Penggilingan Beras di Sidoarjo Terus Berkurang, Bambang Haryo; Pemerintah Harus Hadir

Selasa, 02 April 2024 - 18:12 | 44.60k
Bambang Haryo Soekartono saat melihat produk beras di penggilingan padi di Desa Wilayut, Kecamatan Sungai Sukodono, Sidoarjo (Foto: Rudi Mulya/TimesIndonesia)
Bambang Haryo Soekartono saat melihat produk beras di penggilingan padi di Desa Wilayut, Kecamatan Sungai Sukodono, Sidoarjo (Foto: Rudi Mulya/TimesIndonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, SIDOARJO – Bapak Petani Kabupaten Sidoarjo,  Ir. H Bambang Haryo Soekartono atau BHS bersama perwakilan kelompok tani melakukan pengecekan kondisi tempat penggilingan padi di Desa Wilayut, Kecamatan Sungai Sukodono, Sidoarjo.

Dewan Pakar DPP Gerindra tersebut ingin memastikan stok, harga beras di pasaran serta ongkos penggilingan padi dalam kondisi stabil.

Advertisement

Dalam kunjungan beserta Tim BHS Peduli tersebut, Bambang Haryo mendapat fakta jika usaha penggilingan padi di Kabupaten Sidoarjo dari 60 lokasi atau perusahaan, saat ini hanya tinggal 15 perusahaan saja.

"Faktanya saat ini hanya ada 15 penggilingan padi yang bertahan, bayangkan dulu ada 60 perusahaan penggilingan padi. Oleh karena itu, sangat butuh perhatian Pemerintah Daerah. Bayangkan jika semakin berkurang penggilingan padi ini, maka beras asal Kabupaten Sidoarjo ini akan digiling kemana atau distribusinya berasnya kemana," kata Bambang Haryo, Selasa (2/4/2024).

Politisi Senior Gerindra ini mengatakan para penggiling padi di Sidoarjo kerap mengeluh keterbatasan jumlah padi yang digiling akibat sedikitnya hasil panen para petani di Kota Delta. Tentu hal itu diakibatkan lantaran sejumlah faktor termasuk pupuk dan pengairan sawah.

"Petani betul-betul harus bisa mendapatkan panen yang layak dan bagus. Kalau tidak para penggiling lokal ini kekurangan bahan. Apalagi setiap hari kebutuhan mereka mencapai 30 ton padi tapi masih belum tercukupi," jelasnya.

BHS-2.jpg

Ia mengungkapkan dari kebutuhan 30 ton padi perhari, gapoktan di wilayah Sukodono hanya dapat mencukupi 20 ton dan sisanya penggilingan memasok dari pihak luar daerah Sidoarjo.

Lebih lanjut, BHS menyayangkan jika lahan pertanian di Kabupaten Sidoarjo bisa panen 2 kali dengan potensi per satu hektar 8 ton. Penggiling-penggiling padi lokal dapat tercukupi kebutuhannya dan beras asal Sidoarjo dapat berlimpah.

"Tentu masalah-masalah pertanian ini harus gayung bersambut dengan kebijakan Pemerintah. Kemarin pupuk bersubsidi juga telah ditambahkan, saya langsung menghubungi Menteri Pertanian. Selain itu pengairan, bibit berasa dan obat-obatan untuk hama juga nantinya diharapkan dapat jadi perhatian khusus bagi pemerintah untuk menstabilkan harga beras di pasaran," harapnya.

Sementara itu, Suprapto pemilik penggilingan padi Desa Wilayut, Kecamatan Sungai Sukodono, Sidoarjo mengungkapkan jika kondisi sekarang banyak pengusaha giling yang gulung tikar akibat tidak ada bahan baku giling. Apalagi, bersaing dengan perusahaan penggilingan padi yang besar dengan modal, mesin yang banyak. Tentu harga kulak dari penggiling lokal berkualitas karena mereka siap biaya.

"Dulu itu penggilingan pada bermodel kultural sekarang sudah menjadi industri. Kalau dihitung secara nasional jumlah industri giling itu sudah melebihi. Jadi kalau tidak ada panen atau gagal panen mereka ini berebut barang dan terjadi lah gejolak harga atau harga naik," paparnya

"Kami berharap pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan terkait hal tersebut. Baiknya petani-petani lokal tetap mensuplai kebutuhan penggiling daerah untuk keberlanjutan ekonomi daerah. Itu yang kami titipkan ke Bapak Bambang Haryo Soekartono," harap Suprapto.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES