Peristiwa Daerah

Tradisi Petolekoran, Warga Pulau Gili Ketapang Serbu Pertokoan di Kota Probolinggo

Minggu, 07 April 2024 - 16:45 | 36.86k
Rombongan Warga Gili Ketapang tiba di Pelabuhan Tanjung Tembaga untuk berbelanja kebutuhan Lebaran. (Foto: Rizky Putra Dinasti/TIMES Indonesia).
Rombongan Warga Gili Ketapang tiba di Pelabuhan Tanjung Tembaga untuk berbelanja kebutuhan Lebaran. (Foto: Rizky Putra Dinasti/TIMES Indonesia).
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Setiap Ramadan ke-27, warga Pulau Gili Ketapang, Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, menyeberang ke Kota Probolinggo untuk belanja keperluan Lebaran seperti baju, makanan, sembako, perhiasan dan lainnya.

Kegiatan itu disebut tradisi Petolekoran. Istilah Petolekoran berasal dari bahasa Madura yang artinya 27.

Advertisement

Menurut Martiyem (57), warga Pulau Gili yang ditemui di Dermaga Pelabuhan Tanjung Tembaga Probolinggo, setiap tahunnya ikut tabungan.

Tabungan tersebut disiapkan untuk lebaran, sehingga saat lebaran tiba, warga di pulau yang terkenal dengan wisata Snorkeling itu tidak mengalami kesulitan.

Tabungan yang dikumpulkan oleh warga hanya bisa diambil atau dicairkan saat memasuki minggu terakhir Ramadan.

“Jadi ada yang Ramadan ke-25, ada yang ke-26 dan ada juga yang cari (tabungan) saat Ramadan ke-27. Meski untuk pencairan tabungan saat Ramadan tidak sama, namun warga tetap datang ke kota saat Ramadan ke-27,” kata perempuan tiga anak itu.

Salah satu alasan utamanya adalah karena bisa pergi bersama warga lainnya. Jadi, tidak mengherankan jika setiap Ramadan ke-27, warga Pulau Gili berbondong-bondong ke kota untuk berbelanja keperluan Lebaran.

Saat itu juga, sejumlah pertokoan di Kota Probolinggo langsung ramai. Sekitar 10 ribu warga yang tinggal di pulau itu datang ke kota untuk berbelanja.

“Bagi kami (Warga Pulau Gili), momen ini sekaligus sebagai momen refreshing atau jalan jalan ke kota, sehingga tidak heran jika anak anak muda warga Gili bersemangat dalam menyambut Tradisi Petolekoran ini,” ungkapnya.

Slamet Riyadi (55), seorang tukang becak dari Kecamatan Sumberasih, juga berpendapat serupa. Baginya, tradisi petolekoran ini memberikan daya tarik bagi orang lain untuk mencari rejeki tambahan. 

“Bisa dilihat kan mas, dengan adanya ini (Tradisi Petolekoran) berapa banyak yang dapat rejeki tambahan. Misalnya tukang becak yang biasanya sepi bisa mengangkut lebih dari 6 kali. Kapal penyeberangan yang biasanya sepi bisa bolak balik bawa penumpang. Pertokoan jadi ramai pembeli,” ungkap Slamet.

Kasatpolairud Polres Probolinggo, AKP Slamet Prayitno, menegaskan pentingnya menjaga tradisi seperti perjalanan warga Gili Ketapang ke Kota Probolinggo untuk belanja Idul Fitri.

Sebagai bagian dari tugasnya, ia dan petugas lainnya melakukan pemantauan dan penjagaan di Dermaga Pelabuhan Tanjung Tembaga serta mengawasi lalu lintas laut untuk kapal penyeberangan.

“Diperkirakan ribuan warga Pulau Gili Ketapang ini akan kembali sore hari sebelum waktu berbuka. Tentunya kami juga akan terus pantau terkait dengan masalah keamanan lalu lintas lautnya,” tutup Slamet dari Kota Probolinggo. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES