Peristiwa Daerah

Harinjing Pancawanua, Kaya Makna Budaya Asli Kediri 

Senin, 22 April 2024 - 08:47 | 45.75k
Salah satu tarian yang ditampilkan Desa Besowo di Harinjing Pancawanua (FOTO: yobbyTIMES Indonesia)
Salah satu tarian yang ditampilkan Desa Besowo di Harinjing Pancawanua (FOTO: yobbyTIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, KEDIRI – Setiap desa di Kabupaten Kediri, masing-masing memiliki potensi budaya tinggi. Potensi tersebut, jika dikembangkan bisa menjadi sebuah daya tarik tersendiri untuk menarik wisatawan.  

Pelestarian dan pengembangan budaya asli Kediri itu salah satunya dilakukan melalui Harinjing Pancawanua, yang berlangsung selama dua hari Minggu hingga Senin, (21-22/04/2024). 

Advertisement

Kegiatan yang dipusatkan di Punden Dharma Kamulan Bogorpradah, Desa Siman, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri itu digelar sebagai salah satu rangkaian HUT ke-1220 Kabupaten Kediri. 

Penampilan-Pencak-Kenaren.jpgPenampilan Pencak Kenaren oleh Desa Brumbung di Harinjing Pancawanua (FOTO: Yobby/TIMES Indonesia)

"Dari kegiatan ini diharapkan bisa memberikan manfaat pelestarian budaya di Kabupaten Kediri,    memberikan kontribusi bagi pengembangan desa dengan berbasis budaya serta  menumbuhkan ekonomi kerakyatan di sekitar wilayah lereng Kelud," jelas Wakil Bupati Kediri Dewi Mariya Ulfa, Minggu (21/04/2024). 

Harinjing Pancawanua mengusung konsep pasar budaya. Namun bukan sekedar pasar budaya biasa. Sejumlah permainan, olahraga dan seni tradisional asli masyarakat lima desa di Kecamatan Kepung turut ditampilkan. Selain juga ada UMKM dari masing-masing desa. 

Kelima desa yang ikut ambil bagian dalam Harinjing Pancawanua adalah Bewoso, Kebunrojo, Kampung Baru, Siman dan Kepung. Kelima desa itu memiliki kaitan erat dengan sejarah Kediri. Kelima desa tersebut di masa lalu disebut Wanua (desa) Culanggi. 

Desain-gambar.jpg

Nama Culanggi ditemukan di Prasasti Harinjing, peninggalan sejarah yang kemudian menjadi patokan penentuan Hari Jadi Kediri. Prasasti Harinjing sendiri ditemukan di desa Siman. 

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kediri Adi Suwignyo melalui Kepala Bidang Sejarah dan Kepurbakalaan Eko Priatno menuturkan dalam pelaksanaannya, Harinjing Pancawanua banyak menyerap unsur budaya dari Prasasti Harinjing. 

Selain tempat dan tema, waktu pelaksanaan sengaja dipilih pada hari Minggu dan Senin. Hal itu sesuai dengan tanggal di Prasasti Harinjing yakni 25 Maret 804 Masehi, yang jatuh pada hari Senin Wage. "Semoga nanti bisa berkembang jadi tiga hari, dimulai pada hari Sabtu dan puncaknya pada Senin, " ungkapnya. 

Selain kuliner dan seni, dalam budaya Harinjing Pancawanua juga disemarakkan dengan lomba permainan dan olahraga tradisional. Ada tiga permainan tradisional yang dilombakan yakni Bentengan, Gobak Sodor dan Cucu Banyu. 

Permainan yang disebutkan terakhir, diungkapkan Eko merupakan permainan tradisional asli lereng gunung Kelud. Seiring dengan perkembangan jaman, permainan tersebut tidak banyak dikenal masyarakat. 

"Padahal dari permainan itu kita melatih kesabaran dan kerja tim. Minimal dengan ditampilkan kembali anak-anak sekarang bisa tahu, dan mungkin dilestarikan dengan metode lain," tambahnya. 

Sedangkan untuk olahraga tradisional yang ditampilkan salah satunya adalah Pencak Kenaren yang merupakan asli dari Desa Brumbung. Pencak Kenaren memadukan pencak silat dengan tarian, dengan diiringi musik dari kendang dan jedor. 

Selain itu juga ditampilkan sejumlah tarian termasuk kesenian jaranan bocah, dari keempat desa lainnya. "Ada kuliner tradisional desa dan juga seni. Karena mengarah pada pengembangan, apa saja yang terkait dengan seni di desa tersebut kita tampilkan," pungkasnya.

Dalam perhelatan yang sama juga akan digelar sarasehan budaya membahas tentang Pelestarian Kebudayaan yang meliputi 10 Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) sesuai amanat Undang-undang nomor 5 Tahun 2017. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES