Melihat Sekilas Kampung Tulung, Kampung Bersejarah di Kota Magelang

TIMESINDONESIA, MAGELANG – Kampung Tulung di Kota Magelang menjadi salah satu kampung bersejarah yang menjadi saksi penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Berbagai jejak sejarah tertoreh di kampung yang berada di dekat Sungai Progo yang menjadi batas antara Kota dan Kabupaten Magelang.
Advertisement
Menghimpun dari berbagai sumber, di Kampung Tulung pernah pernah terjadi pembantaian warga pribumi oleh oleh tentara Jepang.
Pembantaian tersebut dipicu oleh kemarahan tentara Jepang yang menerima kabar dari Inggris bahwa, pasukan Jepang yang ada di Magelang tewas dibunuh oleh pejuang Indonesia.
Di sebelah gang masuk Kampung Tulung diberi tulisan Kampung Tulung Bersejarah. (FOTO: Hermanto/ TIMES Indonesia)
Kronologis pembantaian di Kampung Tulung dimulai ketika sekitar Oktober 1945. Dikabarkan ada 7 truk tentara Kido Butai yang berasal dari markas mereka di Jatingaleh, Semarang, datang ke Magelang.
Para tentara Jepang turun di wilayah utara Magelang, yaitu di daerah Payaman, Kabupaten Magelang. Selanjutnya, untuk melancarkan aksinya, mereka membagi menjadi dua kelompok.
Satu kelompok menuju ke arah kota, sementara yang lain menuju Kampung Tulung dengan berjalan menyusuri Kalibening.
Kelompok kedua inilah yang menargetkan dapur umum dan markas Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang berada di rumah Lurah Atmo Pawiro, di Kampung Tulung, Kota Magelang.
Setibanya di Kampung Tulung, tanpa peringatan, tentara Jepang menyerang warga yang sedang beraktivitas di kampung tersebut, termasuk para pejuang yang sedang dirawat.
Akibat serangan mendadak itu, 42 orang pemuda dan warga setempat tewas. 16 orang berasal dari Kampung Tulung dan selebihnya dari Kampung Dukuh (kampung yang berdekatan dengan Kampung Tulung).
Awalnya, jenazah para korban itu dimakamkan di halaman Lurah Atmo Pawiro, yang bernama, Nyonya Suroyo. Namun sebagai bentuk penghargaan terhadap jasa mereka, kini makam itu telah dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Giri Dharmoloyo Magelang.
Untuk mengenang jasa mereka, dibangunlah sebuah prasasti atau Monumen Perjuangan Republik Indonesia di Kampung Tulung. Mereka yang gugur dan teridentifikasi namanya dituliskan di monumen itu.
Mereka adalah Sopawiro, RE Doeradjat, Lusi, Moechamad, Atmoroto, Karso Pawiro, Imam Sjamsuri, Safi’i, Amat Dasinan, Karto Lichin Soemardjo, Seto, Aladin, Karto Pawiro, Roesmin dan seorang perempuan bernama Amat.
Selain 16 korban pembantaian, juga terdapat terdapat 26 korban lainnya. Mereka adalah para pemuda pejuang yang tergabung dalam BKR, yang turut gugur pada insiden tragis pada 28 Oktober 1945.
Sayangnya, identitas para pejuang BKR tersebut tidak diketahui secara pasti sehingga namanya tak tercatat pada prasasti di Kampung Tulung, Kota Magelang. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |