Peristiwa Daerah

Ancaman Kekeringan Mengintai Banyuwangi saat Musim Kemarau

Rabu, 08 Mei 2024 - 16:11 | 73.44k
Masyarakat Banyuwangi mencari sumber mata air bersih. (Foto: Anggara Cahya/TIMES Indonesia)
Masyarakat Banyuwangi mencari sumber mata air bersih. (Foto: Anggara Cahya/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kelas III Banyuwangi, Jawa Timur memprakirakan seluruh wilayah di Bumi Blambangan akan mulai masuk musim kemarau sejak awal Mei 2024. Karena itu potensi kekeringan bisa menjadi ancaman yang serius.

Dijelaskan oleh Prakirawan BMKG Kelas III Banyuwangi, Yustoto Windiarto jika, masuknya musim kemarau akan datang secara bertahap yang dimulai dari wilayah dataran rendah, kemudian wilayah dataran tinggi akan paling akhir memasuki musim kemarau yaitu pada Dasarian III Mei 2024 atau akhir bulan Mei.

Advertisement

“Jawa Timur puncak musim kemarau dominan di bulan Agustus, sedangkan wilayah Banyuwangi, puncak musim kemarau akan bervariasi mulai dari bulan Juli hingga September,” kata Yustoto, Rabu (8/5/2024).

Memasuki musim kemarau, kekeringan menjadi salah satu potensi yang patut diwaspadai. Kekeringan dapat berdampak pada berbagai sektor, seperti pertanian, peternakan, hingga kesehatan.

Yustoto mengatakan, untuk saat ini adanya ancaman kekeringan masih belum dapat diprediksi atau masih nihil, pasalnya masih baru masuk musim kemarau. Meski begitu adanya potensi bencana yang bakal terjadi saat musim kemarau perlu untuk diwaspadai.

Oleh sebab itu, adapun himbauan BMKG saat musim kemarau yaitu masyarakat agar lebih bijak menggunakan air bersih tidak terlalu boros menggunakan air. Selain itu dalam sektor pertanian agar dapat menyesuaikan komoditas yang akan ditanam, hingga menanam varietas tanaman yang tahan dengan air yang sedikit dan tidak bergantung dengan hujan.

“Selalu membersihkan genangan air sisa hujan untuk mencegah DBD, tetap minum vitamin untuk menjaga daya tahan tubuh,” tandas Yustoto. 

Menanggapi terkait suhu panas, Yustoto membeberkan, di Banyuwangi sendiri untuk suhu harian sekitar 24 derajat Celcius sampai 31 derajat Celcius. Terlebih penyebab udara terasa panas akibat dari sedikitnya awan yang menutupi, sehingga sinar matahari langsung terpancar tanpa hambatan dan kondisi kelembaban udara yang juga kering.

“Meskipun nantinya ada puncak musim kemarau, bukan berarti suhu udara menjadi tinggi. Karena saat ini, puncak musim kemarau gerak semu matahari menuju ke utara, sehingga suhu udara tidak tinggi, bila dibandingkan saat musim hujan, yang mana posisi matahari ada di bumi belahan selatan,” terang Prakirawan BMKG Kelas III Banyuwangi ini. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hendarmono Al Sidarto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES