Peristiwa Daerah

Sosialisasi Mitigasi Bencana, Langkah Nyata Desa Majaksingi Hadapi Longsor

Rabu, 29 Mei 2024 - 22:15 | 47.86k
Sosialisasi Penanganan Mitigasi Bencana Tanah Longsor di Desa Majaksingi, pada Rabu (29/5/2024). (Foto: Dok. TPP Kemendes)
Sosialisasi Penanganan Mitigasi Bencana Tanah Longsor di Desa Majaksingi, pada Rabu (29/5/2024). (Foto: Dok. TPP Kemendes)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MAGELANGDesa Majaksingi merupakan desa rawan bencana longsor di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang. Desa yang terletak di perbukitan menoreh ini juga berpotensi mengalami bencana kekeringan.

Tenaga Pendamping Profesional (TPP) Kemendes RI Kecamatan Borobudur, Catur Arief Setiawan mengatakan, perkembangan wisata Borobudur yang cukup pesat semakin lama semakin meluas ke desa di sekitarnya, termasuk Desa Majaksingi. Wilayah yang sebelumnya menjadi daerah tangkapan air berupa pohon konservasi, kini beralih fungsi menjadi hotel dan villa.

Advertisement

"Tidak hanya itu saja, pengeboran sumur artesis yang berlebihan menjadi faktor hilangnya mata air di wilayah tersebut," kata Catur saat menjadi narasumber di acara sosialisasi Penanganan Mitigasi Bencana Tanah Longsor di Desa Majaksingi, pada Rabu (29/5/2024).

Kekhawatiran itulah yang membuat Pemdes Majaksingi mengajak komunitas peduli lingkungan yaitu Sekolah Air Hujan Banyu Bening dan Komunitas Kali Sileng untuk menyadarkan masyarakat sekaligus agar terlibat secara langsung dalam mitigasi bencana tanah longsor di Desa Majaksingi.

Dalam kegiatan sosialisasi yang dihadiri seluruh pemdes dan tokoh masyarakat, Catur selaku narasumber menyampaikan bahwa selain sebagai pencegah longsor vetiver juga memiliki banyak manfaat. Antara lain, sebagai penetralisir bau dan merkuri dalam air tanah, memperbaiki kualitas tanah, menyerap karbon dan daunnya bisa digunakan sebagai pakan ternak dan media tanam.

"Bioteknologi ini bukan sekadar ramah lingkungan, namun juga bermanfaat bagi makhluk hidup lainnya," ucap Catur saat menyampaikan materinya.

Catur juga berharap agar pemdes segera menerbitkan peraturan mengenai perlindungan terhadap tanaman konservasi.

“Pemdes harus segera membuat aturan tentang perlindungan tanaman konservasi agar program ini bisa berjalan," katanya.

Sementara itu, Founder Sekolah Air Hujan Banyu Bening, Sri Wahyuningsih selaku narasumber kedua menyampaikan tentang pemanfaatan air hujan. 

Menurutnya, air hujan ketika dimanfaatkan dan diolah dengan baik, bukan saja akan menjadi solusi pencegahan bencana kekeringan tapi juga bermanfaat bagi kesehatan. 

Sebab, air hujan merupakan air paling bersih yang mampu membantu tubuh mengirimkan nutrisi ke dalam sel terkecil tubuh manusia.

"Jika air hujan ditampung dan dikonsumsi masyarakat, bukan saja mengurangi resiko tanah longsor tapi juga menyehatkan tubuh dan tentu saja membuat kita lebih jernih dalam berpikir," ucap Bu Ning.

Kepala Desa Majaksingi, Sutrisno mengatakan sosialisasi penanganan mitigasi bencana tanah longsor di desaanya bukan sekadar kegiatan edukasi, melainkan langkah konkret dalam membangun kesadaran masyarakat tentang menjaga alam.

Dia berharap, inisiatif seperti ini dapat merambah lebih luas dan menciptakan masyarakat yang tangguh dan siap menghadapi bencana dengan penuh keberanian serta pengetahuan. 

"Saya berharap dengan gotong royong masyarakat Majaksingi dan juga dukungan dari komunitas yang memang konsen di bidang konservasi alam, Majaksingi bisa diselamatkan dari bencana longsor dan kekeringan," kata Sutrisno. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES