Peristiwa Daerah

Jadi Limbah Berbahaya, Kelurahan Jember Kidul Beli Minyak Jelantah dari Warganya

Sabtu, 01 Juni 2024 - 16:48 | 63.92k
Lurah Jember Kidul saat melihat minyak jelantah yang diproduksi dari warga. (M. Abdul Basid/TIMES Indonesia)
Lurah Jember Kidul saat melihat minyak jelantah yang diproduksi dari warga. (M. Abdul Basid/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JEMBERMinyak jelantah atau minyak goreng bekas dianggap sebagai limbah oleh sebagian besar masyarakat.

Namun kini, minyak jelantah dapat menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi yang lumayan.

Advertisement

Seperti yang dilakukan oleh Pemerintah Kelurahan Jember Kidul, Kabupaten Jember, Jawa Timur (Jatim).

Saat ini, pihak Kelurahan Jember Kidul bersedia membeli minyak jelantah yang dihasilkan oleh warganya dengan harga yang disepakati bersama melalui program Kuntah Mili atau Kumpulkan Minyak Jelantah Demi Lingkungan.

Seperti namanya, program Kuntah Mili yang diluncurkan bertepatan dengan Hari Lahir Pancasila yang jatuh pada Sabtu (1/6/2024) ini merupakan langkah Kelurahan Jember Kidul untuk mengurangi limbah organik berupa minyak jelantah.

Lurah Jember Kidul Mochammad Harsono mengatakan, selama ini minyak jelantah merupakan salah satu limbah terbanyak yang mencemari sungai yang ada di wilayahnya.

Limbah tersebut, lanjutnya merupakan hasil aktivitas dapur rumah tangga dan juga usaha kecil masyarakat setempat.

"Kami sudah sosialisasikan program ini sebelumnya melalui kegiatan SIMAK (Silaturahmi dengan Emak-Emak). Jadi kami datang ke pengajian dan termasuk di forum resmi di kelurahan," kata Harsono.

Menurutnya, selain mencemari lingkungan, minyak jelantah merupakan limbah yang berbahaya bagi kesehatan.

"Dampak dari limbah minyak jelantah ini jika masuk ke aliran sungai melalui saluran irigasi di pemukiman sangatlah berbahaya," jelasnya.

Lebih lanjut, dia membenarkan bahwa pihaknya akan membeli minyak jelantah yang dihasilkan warga dengan harga yang disepakati.

"Kami tidak minta gratis kepada warga, jadi tetap kami berikan semacam harga yang sesuai yang sepakati dan tentunya sesuai harga pasaran," ungkap dia.

Program Kuntah Mili tersebut mendapat apresiasi dari masyarakat, salah satunya pemilik rumah makan Sego Tongkol Gang Panili, Holifah.

Holifah mengatakan bahwa program tersebut menjadi jawaban dari persoalan limbah minyak jelantah yang selama ini dia risaukan.

"Program Kuntah Mili ini sangat bagus. Daripada dibuang jadi limbah yang bikin lingkungan sekitar tercemar. Jadi program ini sangat bagus dan peduli terhadap lingkungan," ujar Holifah.

Holifah mengatakan bahwa dalam sehari usahanya dapat menghasilkan berliter-liter minyak jelantah.

"Selama ini minyak jelantah kami buang. Karena sehari kami gunakan minyak goreng dari enam hingga delapan liter dengan kemasan dia liter dan tergantung banyaknya ikan yang digoreng," tetang dia.

Kendati dinilai merupakan program yang bagus untuk lingkungan, namun program tersebut hanya berjalan hingga 16 Agustus 2024 mendatang. (*)

 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dody Bayu Prasetyo
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES