Event Banyuwangi Kolo Semono Meramaikan Kunjungan Museum Blambangan

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Museum Blambangan di Banyuwangi Jawa Timur, mengalami lonjakan pengunjung yang signifikan sejak dimulainya event 'Banjoewangi Kolo Semono' sejak tanggal 3 hingga 7 Mei 2024 Di Halaman Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi.
Pameran budaya dan sejarah yang menawarkan atmosfer Banyuwangi pada tempo dulu itu, menyajikan kuliner tradisional, kerajinan klasik hingga aksi panggung seniman budayawan Bumi Blambangan, event itu sekaligus juga menarik minat pengunjung untuk mengintip penggalan sejarah yang tersimpan di dalam Museum Blambangan.
Advertisement
Kurator sekaligus Edukator Museum Blambangan Bayu Ari Wibowo mengatakan, jika tercatat jumlah kunjungan museum meningkat hingga 30 persen dibandingkan hari-hari biasa. Tak hanya dari kalangan pelajar namun juga masyarakat umum juga banyak yang penasaran dengan benda sejarah yang ditampilkan.
Pada kondisi biasa, jumlah pengunjung harian Museum Blambangan terdata mencapai sekitar 150 hingga 200 pengunjung perhari yang dari semua kunjungan tersebut kebanyakan dari pelajar.
“Jadi saat event pameran ini, dari pagi hingga siang pengunjung museum didominasi oleh para pelajar dan mahasiswa, sedangkan untuk malam hari kebanyakan masyarakat umum,” ucap Bayu pada, Kamis (6/6/2024).
Sebagai informasi, saat berlangsungnya pameran ‘Banjoewangi Kolo Semono’ Museum Blambangan dibuka hingga malam sesuai agenda kegiatan, dan ditutup pada pukul 22.00 WIB.
Museum yang memiliki kurang lebih 4.300 koleksi benda bersejarah itu terbagi menjadi empat periode mulai dari era Prasejarah, Hindu-Buddha, Islam, dan kolonial. Koleksi ini memberikan gambaran tentang sejarah dan budaya Blambangan dari masa ke masa. Hal ini sesuai dengan event pameran yang memang juga berimbas pada edukasi masyarakat terkait budaya dan sejarah Banyuwangi.
Bayu juga mengatakan, jika adanya event pameran ‘Banjoewangi Kolo semono’ tersebut juga menjadi ajang sosialisasi jika Banyuwangi memiliki museum yang menyimpan berbagai koleksi peninggalan sejarah pada kerajaan Blambangan.
“Jadi mereka lebih aware terhadap benda peninggalan sejarah dan mengetahui jika Banyuwangi memiliki museum,” tandasnya.
Dengan adanya event ‘Banjoewangi kolo Semono, Bayu berharap bisa mengubah cara pandang masyarakat jika museum tidak hanya menyimpan benda-benda sejarah, namun juga sebagai jujugan wisata berbasis edukasi.
“Saat adanya event pameran ini, setelah pengunjung belajar sejarah dan budaya di Museum Blambangan mereka bisa menikmati kuliner tradisional dan atraksinya,” tuturnya.
“Setelah event ‘Banjoewangi Kolo Semono’ diharapkan, selain Museum Blambangan dikenal masyarakat dengan adanya peningkatan kuantitas pengunjung, juga bisa meningkatkan kualitas pengunjung,” imbuh Bayu. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |