Peristiwa Daerah

Pusat Studi UGM Meneliti Program Green Economy Village PLN EPI di Gunungkidul

Senin, 10 Juni 2024 - 08:44 | 25.42k
Sejumlah  peneliti dari Pusat Studi Penelitian Universitas Gadjah Mada (UGM) saatmelakukan pemetaan sosial terkait pemanfaatan biomassa di lokasi penanaman tanaman energi di Gunungkidul, Minggu (9/6/2024). (FOTO: TIMES / Rahadian)
Sejumlah  peneliti dari Pusat Studi Penelitian Universitas Gadjah Mada (UGM) saatmelakukan pemetaan sosial terkait pemanfaatan biomassa di lokasi penanaman tanaman energi di Gunungkidul, Minggu (9/6/2024). (FOTO: TIMES / Rahadian)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, GUNUNGKIDUL – Sejumlah  peneliti dari Pusat Studi Penelitian Universitas Gadjah Mada (UGM) melakukan pemetaan sosial terkait pemanfaatan biomassa di lokasi penanaman tanaman energi di Kabupaten Gunungkidul, Minggu (9/6/2024).

Project Manager Pusat Studi Penelitian UGM, Ekrar Winata mengatakan kegiatan site visit ini bertujuan untuk mengkaji keterlibatan masyarakat dalam rantai pasok biomassa dan manfaat ekosistem biomassa bagi mereka. 

Advertisement

Nantinya, lanjut Ekrar, hasil penelitian ini akan dijadikan semacam model best practice yang bisa menjadi panduan bagi daerah lain yang ingin mengembangkan program serupa.

"Kami berharap, panduan yang kami buat bisa menjadi acuan bagi pemerintah daerah lainnya untuk menerapkan konsep ekosistem listrik kerakyatan," ujar Ekrar.

Ditemui usai melakukan site visit di Telaga Ngrejek yang menjadi salah satu lokasi program Green Economy Village di Kalurahan Gombang, Kapanewon Ponjong, Gunungkidul, ia menuturkan, penelitian ini merupakan kerja sama antara Pusat Studi UGM dengan Kementerian Dalam Negeri.

Penelitian ini juga didukung oleh Ford Foundation. Sedangkan,  PLN Energi Power Indonesia (EPI) menjadi subjek utama penelitian ini, khususnya dalam penyediaan biomassa untuk  co-firing PLTU. 

Ekrar menjelaskan, para peneliti UGM yang berasal dari berbagai disiplin ilmu seperti kehutanan, teknik, ekonomi, dan hukum telah mengunjungi beberapa PLTU yang sudah menjalin kerja sama dengan masyarakat dalam penyediaan biomassa. Antara lain, PLTU Pelabuhan Ratu di Sukabumi, PLTU Pacitan, dan PLTU Gorontalo. 

"Di Gunungkidul ini, kami ingin memastikan keberlanjutan dari program ini, khususnya dalam pemanfaatan kayu Indigofera dan Kaliandra untuk pakan ternak dan biomassa," tambahnya.

Sementara itu, Direktur Biomassa PLN EPI, Antonius Aris Sudjatmiko, mengapresiasi dan menyampaikan terima kasih atas perhatian yang besar dari berbagai pihak terhadap program ekosistem biomassa ini. 

PLN EPI selama ini telah bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mendukung pengembangan ekosistem ini. Antara lain, dari Kantor Staf Presiden (KSP), Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kemenko Marves, Kementrian ESDM, serta akademisi dari IPB, UGM, dan pondok pesantren.

Aris menekankan pentingnya pemberdayaan dan keterlibatan masyarakat dalam pengembangan ekosistem biomassa. Dia mencontohkan, di beberapa daerah seperti Gunungkidul dan Tasikmalaya, PLN EPI mendorong masyarakat untuk memanfaatkan biomassa berbasis pakan ternak dari daun dan ranting. 

Di Tasikmalaya, PLN EPI juga bekerja sama dengan pesantren untuk meningkatkan pemahaman sejak dini tentang pengelolaan ekosistem berbasis pangan, air, dan energi.

"Pemanfaatan limbah dan lahan kritis bukan hanya menumbuhkan energi terbarukan, tetapi juga mengembangkan circular economy dan green economy," jelas Aris.

Dijelaskannya, konsep yang diusung PLN EPI bukan berbasis hutan tanaman energi (HTE), tetapi pemanfaatan limbah dan lahan kritis. Ia berharap pendekatan ini dapat semakin masif dengan dukungan investasi dan kelembagaan terkait pertanian, perkebunan, dan Kementerian Desa. 

"Dengan skema circular economy dan green economy, kita dapat mencapai ketahanan pangan, air, iklim, serta penurunan emisi melalui pemanfaatan residu pertanian dan perkebunan sebagai sumber biomassa," ungkapnya.

Seperti diketahui, saat ini PLN EPI sedang fokus pada pengembangan ekosistem biomassa yang berkelanjutan dengan memanfaatkan limbah pertanian, perkebunan, dan kehutanan.

"Secara prinsip, ekosistem biomassa dimulai dari pemanfaatan residu atau limbah pertanian, perkebunan, dan kehutanan," jelas Aris. 

Menurut Aris, pemahaman bahwa sumber biomassa hanya dari HTE adalah keliru karena tidak ekonomis. Kerjasama PLN EPI dengan Keraton Yogyakarta menunjukkan bahwa pemanfaatan limbah dan lahan kritis lebih efektif.

"Jadi konsep hutan tanaman energi itu tidak akan jalan ya karena pertama itu adalah bersaing lahan, pupuk, air itu selain mahal juga sulit untuk dipenuhi dan tentu tidak akan ketemu dengan aspek lingkungan sosial dan juga ekonominya," pungkasnya.

Dengan pendekatan ini, PLN EPI tidak hanya fokus pada penurunan emisi dan keterlibatan masyarakat, tetapi juga menghasilkan energi terbarukan dari biomassa untuk PLTU. 

Seperti diketahui, Seperti diketahui, PLN EPI telah berkomitmen dalam hal pengembangan energi biomassa untuk menyediakan pasokan energi alternatif selain batu bara (cofiring) di PLTU, sejalan dengan target net zero emission (NZE) pada 2060.

Wujud komitmen tersebut di antaranya dengan menginisiasi program Desa Berdaya Energi yang telah dimulai sejak Februari 2023 bersama Keraton Yogyakarta, di Kalurhan Gombang dan Karangasem, Gunungkidul

Ide awal program Green Economy Village ini adalah menciptakan solusi bagi petani-peternak yang kerap kesulitan memperoleh hijauan untuk pakan ternak, khususnya di musim kemarau.

Penanaman tanaman energi Indigofera dan Kaliandra telah dimanfaatkan sebagai sumber hijauan atau alternatif pakan pada saat musim kering bagi peternak di Gunungkidul.

Sedangkan, residu lain berupa ranting tanaman ke depannya  menjadi sumber tambahan pendapatan baru bagi masyarakat, karena akan diserap PLN EPI sebagai sumber biomassa untuk co-firing PLTU. (*) 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES