Peristiwa Daerah

Kupas Pendidikan dalam Bayang-Bayang Radikalisme, Lakpesdam NU Kota Malang Hadirkan Mun’im Sirry

Minggu, 16 Juni 2024 - 18:53 | 15.70k
Seminar internasional bertajuk Pendidikan dalam Bayang-bayang Radikalisme, pada 12 Juni 2024.
Seminar internasional bertajuk Pendidikan dalam Bayang-bayang Radikalisme, pada 12 Juni 2024.

TIMESINDONESIA, MALANG – Lakpesdam NU Kota Malang mengadakan seminar internasional bertajuk "Pendidikan dalam Bayang-bayang Radikalisme" pada 12 Juni 2024 di Universitas Brawijaya. Seminar ini menghadirkan Mun’im Sirry dari University of Notre Dame sebagai pembicara utama yang membahas buku terbarunya mengenai pendidikan dan radikalisme di Indonesia.

Lakpesdam NU Kota Malang sukses menggelar seminar bertajuk “International Talks: Pendidikan dalam Bayang-bayang Radikalisme”. Acara diadakan di Gazebo Raden Wijaya, Universitas Brawijaya. 

Seminar ini mengundang Mun’im Sirry, Assistant Professor of Theology dari University of Notre Dame, yang juga penulis buku "Pendidikan dan Radikalisme: Data dan Teori Memahami Intoleransi Beragama di Indonesia".

Pemahaman Radikalisme dan Intoleransi

Dalam paparannya, Mun’im Sirry menyampaikan berbagai temuan penting dari bukunya yang mengkaji fenomena radikalisme dan intoleransi di sekolah-sekolah menengah atas dan perguruan tinggi di Indonesia. Salah satu aspek menarik yang disoroti adalah teori konversi yang dikembangkan oleh Mun’im.

Menurutnya, teori ini memberikan peta jalan untuk memahami faktor-faktor yang mendorong seseorang menjadi radikal. Termasuk ikatan pertemanan dan pengalaman traumatik, bukan semata-mata pemahaman keagamaan.

Ketua Lakpesdam NU Kota Malang, Mohamad Anas, memberikan beberapa catatan kritis terhadap riset Mun’im. Anas mempertanyakan standar intoleransi yang digunakan, misalnya apakah tidak membolehkan ucapan Natal sudah termasuk tindakan intoleran. Selain itu, ia juga mengkritisi apakah menyediakan alternatif kajian keagamaan cukup efektif untuk mengatasi radikalisme.

Mun’im menanggapi catatan kritis tersebut dengan menjelaskan bahwa buku yang ditulisnya bertujuan untuk menghadirkan diskursus teoritis mengenai radikalisme dan intoleransi di Indonesia. Ia menekankan bahwa karakter radikalisme sangat beragam sehingga sulit untuk mendefinisikan istilah tersebut secara tuntas.

Pemahaman tentang Intoleransi dan Pentingnya Interaksi Sosial

Mun’im juga menjelaskan mengapa larangan mengucapkan Natal bisa dianggap intoleran. Menurutnya, pandangan bahwa toleransi akidah adalah haram di kalangan muslim bisa menyebabkan ketidakpahaman tentang teologi Kristen, di mana Natal bukan merupakan bagian penting dari akidah mereka.

Mun’im menegaskan pentingnya interaksi sosial untuk mengurangi kecurigaan dan meningkatkan toleransi. Ia menekankan bahwa minimnya interaksi dengan orang yang berbeda identitas sering kali menjadi sumber ketidaktahuan dan kecurigaan.

Kehadiran Mun’im di Universitas Brawijaya menarik antusiasme besar dari peserta yang memenuhi ruang gazebo meski harus duduk lesehan. Mereka rela mengikuti acara yang berlangsung dari pukul 19.00 hingga 22.00 WIB hingga selesai. Kegiatan ini terlaksana berkat kerja sama dengan UPT PKM UB dan Oase Institute.

Seminar ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana pendidikan dapat menjadi alat untuk mencegah radikalisme melalui pemahaman yang mendalam tentang faktor-faktor penyebabnya. Mun’im Sirry berhasil memaparkan konsep-konsep yang memperkaya diskursus mengenai radikalisme dan intoleransi, serta menekankan pentingnya interaksi sosial dalam membangun masyarakat yang lebih toleran. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES