Peristiwa Daerah

Keberanian Pandai Besi Desa-Desa Banyuwangi Melawan Gempuran Produk Pabrikan

Selasa, 18 Juni 2024 - 17:46 | 26.02k
Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani mengunjungi dan melihat langsung proses pembuatan perkakas yang dibuat para pandai besi. (FOTO: Syamsul Arifin/TIMES Indonesia)
Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani mengunjungi dan melihat langsung proses pembuatan perkakas yang dibuat para pandai besi. (FOTO: Syamsul Arifin/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Pandai besi di desa-desa Banyuwangi menunjukkan ketangguhan luar biasa dalam menghadapi gempuran produk pabrikan yang beredar di pasar peralatan dapur dan pertanian. Meskipun demikian, keahlian mereka tetap menjadi pilihan utama, terbukti dengan terus meningkatnya jumlah pesanan dari berbagai provinsi.

Kualitas yang diwariskan secara turun-temurun tetap terjaga, menegaskan reputasi mereka sebagai produsen peralatan yang handal dan berkualitas tinggi. Sentra-sentra pandai besi seperti Desa Kabat Kecamatan Kabat, Desa Yosomulyo Kecamatan Gambiran, Desa Bulurejo Kecamatan Purwoharjo, Desa Lemahbangkulon Kecamatan Singojuruh, Desa Sumberbaru Kecamatan Singojuruh menjadi bukti konkret bahwa tradisi dan inovasi bisa bersatu harmonis di era modern ini.

Advertisement

Salah satunya Kandar Nurhadi, pandai besi asal Dusun Kendal, Desa Sumberbaru, Kecamatan Singojuruh. Hingga kini Kandar tetap menerima pesanan di berbagai wilayah Banyuwangi dan Jember, hingga berbagai provinsi. 

"Biasanya melayani pesanan dari Sulawesi, Sumatera, Kalimantan, Sumbawa. Mereka langsung pesan pada saya," kata Kandar. 

Dusun Kendal Desa Sumberbaru memang telah lama dikenal sebagai kampung pandai besi.

Di desa ini terdapat puluhan pandai besi yang membuat berbagai peralatan dapur berbagai ukuran. Mulai dari pisau untuk potong buah, hingga pisau berukuran besar untuk potong daging. Ada juga produksi cangkul, celurit, sekop, dan lainnya.

Para pandai besi di desa ini juga bisa membuat aneka senjata untuk kebutuhan seni, seperti pedang atau golok dengan ukiran khusus pesanan.

"Biasanya kalau yang pesanan itu mintanya ada ukiran. Itu yang membuat butuh waktu agak lama. Saya pernah membuat pedang beserta selongsongnya dengan ukiran. Kalau harga tergantung tingkat kesulitannya," jelas Kandar.

Kandar sendiri telah menjadi pandai besi selama 35 tahun. Dia belajar dari kakeknya, Mbah Kawit, yang merupakan perintis pandai besi di desa ini.

Meskipun kini terbantu membuat peralatan menggunakan mesin, Kandar juga tetap membuat perkakas secara manual seperti yang kakeknya ajarkan dulu. 

Kandar mengatakan dia selalu menjaga kualitas produknya. Untuk bahan baku biasanya pakai baja karena lebih tahan lama dan terbukti ketajamannya. "Kalau bahan baku kami pakai baja, agar kualitas dan ketajamannya tahan lama," tambah Kandar. 

Tiap hari Kandar bisa membuat 10 perkakas yang dipasarkan ke Pasar Gendoh, Genteng, Srono, Wonosobo, dan pasar lainnya. Pak Kandar juga memenuhi kebutuhan pasar dari Jember.

Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani sempat mengunjungi desa ini. Ipuk melihat langsung proses pembuatan perkakas yang dibuat para pandai besi di kampung ini.

"Kualitasnya sangat bagus dan kuat karena dibuat secara tradisional. Terbukti hingga kini pandai besi di kampung ini banyak menerima pesanan dan mampu bersaing dengan produk pabrikan," kata Bupati Banyuwangi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hendarmono Al Sidarto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES