Peristiwa Daerah

Perajin Besek Bambu di Banyuwangi Untung Besar saat Idul Adha

Rabu, 19 Juni 2024 - 22:33 | 40.74k
Salah satu perajin dari kelompok UMKM masyarakat. Kriya Bambu Paring, asal Lingkungan Papring, Kelurahan Kalipuro, Banyuwangi, sedang menyiapkan wadah anyaman bambu atau besek untuk dikirim. (FOTO: Anggara Cahya/TIMES Indonesia)
Salah satu perajin dari kelompok UMKM masyarakat. Kriya Bambu Paring, asal Lingkungan Papring, Kelurahan Kalipuro, Banyuwangi, sedang menyiapkan wadah anyaman bambu atau besek untuk dikirim. (FOTO: Anggara Cahya/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Hari Raya Idul Adha atau hari raya kurban menjadi keberkahan sendiri bagi perajin besek bambu di Banyuwangi, Jawa Timur. Bagaimana tidak, adanya momen hari besar umat muslim tersebut membuat penjualan besek mengalami peningkatan.

Kebanyakan besek atau wadah anyaman bambu sendiri biasanya sering digunakan sebagai wadah oleh-oleh berupa tape singkong. Namun oleh masyarakat Lingkungan Papring, Kelurahan Kalipuro, besek bambu yang mereka jual digunakan sebagai wadah mengemas daging hewan kurban.

Advertisement

Salah satu pengrajin besek bambu di Lingkungan Papring, Widie Nurmahmudi mengatakan, jika dibandingkan dengan Idul Adha tahun lalu. Pada momen Idul Adha tahun 2024 ini, penjualan besek bambu di lingkungan Papring mulai meroket kisaran 20 persen.

“Untuk Idul Adha tahun ini penjualan besek bambu bertambah kisaran 20 persen dari sebelumnya,” kata Widie, Rabu (19/6/2024).

Pada tahun ini, Widie mampu menjual sebanyak 8.000 lebih besek bambu. Bahkan hingga Senin (17/6/2024) yang bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha, masih banyak warga yang membeli. Hanya saja, akibat dari stok yang terbatas, membuat semua pembeli tersebut belum dapat terlayani.

Menurut Widie, adanya kenaikan penjualan besek bambu itu disebabkan oleh sadarnya masyarakat, serta imbauan Pemerintah Banyuwangi untuk mengurangi penggunaan kantong sampah plastik sebagai bungkus daging kurban. Masyarakat juga menilai, selain besek bambu memiliki harga yang ekonomis, juga lebih ramah lingkungan.

“Secara umum komoditas besek bambu tradisional masih stagnan, karena masyarakat beralih ke hampers bambu atau produk turunan kerajinan bambu lain yang lebih kekinian,” jelasnya.

“Peningkatan jenis produk turunan kerajinan bambu dari besek menjadi bentuk kerajinan lain seperti tas kerajinan bambu, hampers, lampion, dll,” imbuh Widie.

Besek bambu maupun produk turunan kerajinan besek bambu lainya, diterangkan oleh Widie, sementara penjualanya difokuskan untuk pasar lokal seperti Banyuwangi hingga Bali saja.

Untuk harga besek bambu yang dibuat Widie sendiri cukup bervariatif sesuai ukuran. Besek bambu dengan ukuran 13-14 centimeter (cm) dijual Rp2.500, lalu ukuran 15-16 Cm dijual seharga Rp3.000, kemudian ukuran 17-18 Cm yang dibanderol harga Rp4.000, dan besek bambu yang paling besar berukuran 24-25 Cm dijual dengan harga Rp.15.000 dengan kapasitas lebih dari 2 Kilogram (Kg) daging.

Untuk memproduksi besek bambu, Widie yang juga sekaligus pendiri Kampung Batara ini sengaja melibatkan warga sekitar. Dikatakan perajin besek bambu di Lingkungan Papring sendiri kurang lebih 40 orang, terdapat pula kelompok Kriya Bambu Papring untuk produk pengembangan kerajinan bambu.

"Kami berharap, tidak hanya di momen Idul Adha diberlakukan penggunaan besek bambu. Tapi di setiap agenda pemerintahan. Mengingat padatnya agenda Pemerintah Banyuwangi, yang tersisa sampah plastik sehingga perlu diimbangi dengan penggunaan bahan ramah lingkungan," tandas Widie. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hendarmono Al Sidarto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES