Gus Nasrul Pakar Maqashid: Pesantren di Nusantara Minim Ilmu Tafsir dan Al-Quran

TIMESINDONESIA, MALANG – Demi meningkatkan intelektualitas dan wawasan para Mahasantri Ma'had Aly An-Nur, Jurusan Ilmu Al-Quran, di bawah naungan Pondok Pesantren An-Nur 1 Bululawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, yang diasuh oleh DR KH Ahmad Fahrurrozi (Jajaran Ketua PBNU), menggelar Kuliah Umum, dengan tema "Peta dan Strategi Santri Nusantara Mengkaji Tafsir Maqashidy". Hadir sebagai narasumber Pakar Maqashid Syariah Indonesia, DR KH Nasrulloh Afandi, Lc, MA, Doktor Maqashid Syariah Summa Cumlaude, Universitas Al-Qurawiyin Maroko.
Dalam Kuliah Tamu yang digelar Sabtu (6/7/2024), Gus Nasrul, begitu sapaan akrabnya, mengawali materinya dengan menegaskan kritik sosial, bahwa Pesantren-pesantren di Nusantara, Indonesia, Malaysia ,Thailand dan sekitarnya, khususnya di Indonesia hampir semua pesantren diajarkan kitab tafsir, tepatnya “tafsir Jalalain”, hingga menjadi identitas pesantren di Indonesia.
Advertisement
"Tetapi, sangat minim di pesantren-pesantren diajarkan ilmu Tafsir dan ilmu al-Quran,” jelas Gus Nasrul yang juga alumnus Pesantren Lirboyo Kediri itu.
Sehingga katanya, banyak kiai atau ustadz lulusan pesantren di Indonesia, hingga banyak yang hafal Al-Quran. Namun sangat minim ilmu tafsirnya, sangat minim ilmu Al-Quran-nya, karena mayoritas hanya belajar ilmu tajwid. Ini diantara fenomena yang perlu dibenahi, demi meningkatkan keilmuan para santri Nusantara, mendatang,” tegas Gus Nasrul yang juga alumnus pesantren Sarang Rembang itu.
"Santri-santri pesantren di Indonesia ahli membaca kalimat-kalimat Al Quran. Tetapi minim ilmu Al- Quran-nya. Minim ilmu tafsirnya," tambah Gus Nasrul.
Gus Nasrul juga mengulas awal mula munculnya istilah Maqashid Syariah, yang merupakan istilah baru, belum ada pada masa ulama terdahulu, belum ada jaman Imam Syafi'i dan para ulama seangkatannya.
"Tetapi mulai menggaung sejak era Imam al-Juwaini, dalam kitab karyanya berjudul nya al-burhan fi Ushul fikih, dan dalam kitab nya yang berjudul Ghiyatsul Umam Fi attiyatsi adzullam," jelas Gus Nasrul yang juga Wakil Ketua Komisi Kerukunan antar Ummat beragama MUI Pusat.
Lebih lanjut, menurut Gus Nasrul yang juga pengasuh Pondok Pesantren Balekambang Jepara Jateng itu, juga memaparkan dua tokoh besar Maqashid Syariah yang hidup satu qurun, yaitu Syeikh Ilal al-Fasi (Maroko) dan Syeikh Thohir bin Asyur (Tunisia). Dengan berbagai plus-minus masing-masing, beserta sejumlah kitab karyanya dua tokoh tersebut.
Sedangkan dalam konteks Tafsir Maqashid, Gus Nasrul memaparkan panjang lebar dua babon kitab tafsir maqasyid. “Kitab Tafsir al-Manar karya Rasyid Ridho dan Tafsir at-tahrir wa at-tanwir karya Syeikh Tohir bin Asyur, adalah dua tafsir wajib yang harus dikaji, bagi para peminat tafsir Maqashid, karena hingga kini belum ada tafsir maqasyid modern yang bisa menyaingi kehebatan dua tafsir tersebut," beber Gus Nasrul yang juga menjabat Ketua Pergunu pusat.
Gus Nasrul juga panjang lebar memaparkan sejumlah, ayat Al-Quran, disertai contoh-contoh, dan cara langkah menerapkan Tafsir Maqashid, bagi pengkaji tafsir Maqashid pemula.
Sementara itu, DR KH Ahmad Fahrurrozi yang populer disapa Gus Fahrur, Pengasuh Pondok Pesantren An-Nur 1, sangat antusias menyambut baik Kuliah Tamu tersebut. “Semoga acara Kuliah Umum ini, yang menghadirkan narasumber santri tulen plus akademisi, akan bisa membuka wawasan dan intelektualitas bagi para santri yang kuliah di Ma'had Aly An-Nur khususnya, dan santri Indonesia pada umumnya," katanya.
Hadir juga dalam Kuliah Umum itu, Direktur Ma’had Aly An-Nur, para dosen serta para pengurus Pondok Pesantren An-Nur.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Yatimul Ainun |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |