Peristiwa Daerah

Metamorfrosa, Komunitas Pemerhati Pengembangan Sosial Anak Tuna Rungu di Tasikmalaya

Selasa, 23 Juli 2024 - 08:00 | 65.76k
Pengurus Metamorfrosa Indonesia Tasikmalaya berfoto Bersama usai melaksanakan Program Nongkrong Inklusif yang disaksikan oleh ratusan pengunjung di GCC Kota Tasikmalaya, Sabtu (20/7/2024) (FOTO: Harniwan Obech/TIMES Indonesia)
Pengurus Metamorfrosa Indonesia Tasikmalaya berfoto Bersama usai melaksanakan Program Nongkrong Inklusif yang disaksikan oleh ratusan pengunjung di GCC Kota Tasikmalaya, Sabtu (20/7/2024) (FOTO: Harniwan Obech/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, TASIKMALAYA – Dalam perkembangan sosial anak penyandang tuna rungu, peran komunitas pegiat sosial dan relawan disabilitas sangatlah berarti, termasuk di Kota Tasikmalaya.

Anak-anak penyandang tuna rungu, khususnya di Kota Tasikmalaya memiliki kebutuhan dan keinginan untuk bersosialisasi, bermain, dan berkumpul layaknya anak-anak seperti pada umumnya.

Advertisement

Selain itu anak penyandang tuna rungu pun juga memiliki satu hak untuk mendapatkan kesempatan bekerja dan bersekolah.

Salah satu komunitas yang memiliki perhatian khusus terhadap anak-anak penyandang disabilitas rungu di Kota Tasikmalaya adalah Metamorfrosa Indonesia Tasikmalaya.

Pada momen Hari Anak Nasional yang diperingati setiap 23 Juli pada setiap tahunnya, TIMES Indonesia berkesempatan bertemu dengan Annisa Zuyyina Agustina selaku inisiator Metamorfrosa Indonesia Tasikmalaya.

Annisa yang berprofesi sebagai guru kepada TIMES Indonesia menceritakan bahwa Metamorfrosa Indonesia Tasikmalaya merupakan seuah komunitas yang bergerak di bidang sosial dengan fokus pada isu-isu anak-anak penyandang disabilitas tuna rungu.

Komunitas ini diinisiasi olehnya bersama beberapa co-founder diantaranya Rizal, Fahmi, Bambang, Aqso, Hasbi, dan Mohammad Raju Idham yang semuanya memiliki perhatian terhadap disabilitas rungu.

Annisa menyebut Komunitas Metamorfrosa Indonesia Tasikmalaya resmi berdiri pada tanggal 21 November 2021.

Nama komunitas ini pun menurutnya dipilih berdasarkan kesepakatan pengurus yang kemudian merekrut lebih banyak sumber daya manusia untuk menjalankan beberapa program dengan baik dari komunitasnya.

Awal dari kepengurusan, menurutnya ada delapan orang pengurus yang terdiri dari Ketua Umum yang dijabat oleh dirinya, Rizal sebagai Sekretaris dan Aqso sebagai Bendahara.

Ada pula, Fahmi sebagai Kadiv Sosial Media, Fanny sebagai Anggota Divisi Sosial Media, Bambang sebagai Kadiv Sosial Pendidikan, Rifa sebagai Anggota Divisi Sosial Pendidikan, dan Angel sebagai Anggota Divisi Sosial Pendidikan.

Latar belakang dibentuknya komunitas ini terlahir karena adanya keinginan untuk menciptakan sebuah komunitas yang fokus pada isu-isu disabilitas serta mampu mengedukasi masyarakat Kota Tasikmalaya agar lebih terbuka dan inklusif dalam memperlakukan sesama manusia.

"Ya, Komunitas kami ini juga memperjuangkan terhadap aksesibilitas sarana dan prasarana di Kota Tasikmalaya."ujar Annisa, Selasa (23/7/2024)

Annisa menyebutkan bahwa teman-teman Tuli di komunitas ini seringkali kesulitan dalam mendapatkan akses informasi tentang lowongan pekerjaan maupun layanan pendidikan.

"Mereka juga mengalami kesulitan saat bertransaksi di bank atau berkonsultasi dengan dokter karena petugas tidak memahami cara berkomunikasi dengan benar."terangnya

Metamorfrosa-Indonesia-2.jpgRatusan warga Kota Tasikmalaya antusias menyaksikan penyandang tuna rungu saat mengikuti Program Nongkrong Inklusif di GCC Kota Tasikmalaya, Sabtu (20/7/2024) (FOTO: Harniwan Obech/TIMES Indonesia)

Ia berharap komunitas yang diinisiasinya dapat hadir untuk mengubah perspektif masyarakat terhadap teman-teman disabilitas.

Juga, menjadikan Kota Tasikmalaya lebih inklusif dan accessible bagi penyandang disabilitas, serta meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kesetaraan antar sesama manusia.

"Metamorfrosa memulai gerakan edukasi kepada masyarakat melalui bahasa isyarat yang dianggap sebagai budaya Tuli yang unik, cantik, dan menarik untuk dipelajari," katanya.

"Kita membuka kelas bahasa isyarat yang terbuka untuk umum dan diselenggarakan di beberapa tempat yang mudah diakses," jelasnya

Selain kelas bahasa isyarat, Metamorfrosa Indonesia Tasikmalaya aktif berkolaborasi dengan komunitas, dinas, pengusaha, media dan stakeholder lain baik di dalam maupun luar kota untuk mencapai visi 'Mewujudkan Kota Tasikmalaya menjadi kota yang lebih inklusif'.

"Untuk memaksimalkan pencapaian tujuan kita juga berkolaborasi dengan beberapa stakeholder, diantara dengan UPTD Pengelola Dadaha di mana kami difasilitasi tempat di ruang Auditorium Gedung Creatif Center," ucapnya

"Saya apresiasi atas kolaborasi ini dan saya ucapkan terima kasih juga kepada Pak Dedi Otoy atas kesediaannya memberikan ruangan di GCC," imbuhnya.

Selain itu Metamorfrosa memiliki sebuah misi yang mencakup publikasi informasi terkait isu-isu disabilitas, inisiasi pergerakan yang mendukung terpenuhinya hak dan kewajiban teman-teman disabilitas, serta kolaborasi dengan berbagai pihak dalam menyelenggarakan program.

Keberhasilan komunitas dalam berkegiatan menurut Annisa tak lepas dari para anggota komunitas yang tetap istiqomah menjalankan misi sosialnya, walaupun tidak berharap imbalan materi.

"Hingga saat ini keberhasilan program merupakan buah karya anggota Metamorfrosa yang saat ini mencapai 49 orang yang terdiri dari demisioner pengurus, pengurus, dan volunteer, dengan latar belakang pendidikan yang beragam mulai dari pendidikan menengah, mahasiswa, hingga sarjana." tandasnya

Komunitas ini selama menjalankan roda kegiatannya sudah melakukan pergantian kepengurusan sebanyak dua kali dan melakukan open recruitment volunteer dua kali.  

Beberapa program unggulan yang telah dan masih dilaksanakan antara lain Nongkrong Inklusif, Self Development Metamorfrosa Indonesia Tasikmalaya, OBAMA (Olahraga Inklusif Bareng Metamorfrosa), Senin Inklusif, konten edukasi di media sosial, dan ucapan hari besar dalam bahasa isyarat.

Sementara pegiat sosial yang juga guru di salah satu SLB Kota Tasikmalaya, Aris Rachman, MPd mengungkapkan peran komunitas pegiat sosial relawan disabilitas seperti Metamorfrosa Indonesia Tasikmalaya sangat penting dalam membantu anak-anak penyandang tuna rungu untuk berkembang secara sosial dan mendapatkan hak-haknya.

Ia berhara[ dengan berbagai program edukasi dan kolaborasi yang dijalankan, komunitas ini akan terus menciptakan Kota Tasikmalaya yang lebih inklusif dan ramah disabilitas.

"Sehingga dapat memberikan perubahan yang positif pada lingkungan di sekitarnya dan membantu mewujudkan Kota Tasikmalaya menjadi Kota Inklusif yang ramah terhadap Disabilitas," pungkasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES