Gizi dan Stunting, Jadi Diskusi Lia Istifhama dan Pj Bupati Pasuruan

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Sosok pemimpin penuh kepedulian. Kiranya kalimat tersebut layak disematkan pada Penjabat (Pj) Bupati Pasuruan, Andriyanto.
Betapa tidak? Bukan hanya pemerhati gizi dan pendidikan, Andriyanto yang dilantik September 2023 lalu, ternyata memiliki kepedulian pada desa-desa di Pasuruan. Hal ini terbukti diraihnya Penghargaan "Anubhawa Sasana Desa/Kelurahan" dari Kementerian Hukum dan HAM RI pada Selasa (30/7/2024), sebuah penghargaan bahwa desa-desa di Kabupaten Pasuruan merupakan Desa/Kelurahan Sadar Hukum (DKSH). Padahal, jumlah desa di Kabupaten Pasuruan sangat ‘gemuk’, yaitu sebanyak 341 desa.
Advertisement
Torehan tersebut kian menunjukkan kesungguhan Andriyanto mendedikasikan diri pada masyarakat. Karena terbukti, ditengah berbagai rutinitasnya, ia masih meluangkan waktu kampanye penguatan gizi dan sekaligus memerangi stunting, salah satunya dengan berbagai tulisannya di media massa. Hal ini setidaknya yang menjadi salah satu bagian menarik dalam diskusinya bersama anggota DPD RI Terpilih, Lia Istifhama, Rabu (31/7/2024).
"Berbicara stunting, pendekatan yang perlu ditempuh adalah Human Security, yaitu pendekatan secara individu. Contoh untuk menjaga keseimbangan gizi, semisal kita melihat sebuah kentang goreng yang terlihat enak, tetapi kita memilih untuk membeli kentang mentah kemudian kita rebus, karena ada sedikit hipertensinya itu namanya pendekatan Human Security," katanya.
Andriyanto yang juga Ketua Pimpinan Pusat AsNI (Asosiasi Nutrisionis Indonesia) tersebut menyampaikan bahwa yang dibutuhkan dalam penyelesaian persoalan stunting di Kabupaten Pasuruan ini adalah langkah nyata dan usaha konkrit dari seluruh pemangku kepentingan dan stakeholder tarkait.
"Saat ini sudah tahun 2024, sedangkan target kita harus 14% harus bebas stunting. Jangan hanya sekedar berbicara filosofi stunting, makanya ayuk ketika kita masuk ke sebuah desa-desa langsung kumpulkan anak-anak seusianya, ukur tinggi badannya, kalau ada yang beda segera dilacak di mana tempat tinggalnya, kita butuh usaha konkrit."
Sebagai Pj Bupati Pasuruan, dirinya pun secara kongkrit menunjukkan atensi tinggi pada penurunan stunting, salah satunya melalui gerakan "Intervensi Serentak Pencegahan Stunting di Kabupaten Pasuruan Tahun 2024" yang diluncurkan pada 14 Juni lalu.
Ditambahkan, terkait dengan pemenuhan gizi anak, Andriyanto mengajak masyarakat untuk terus berinovasi dengan menciptakan berbagai kreasi olahan makanan berbahan dasar protein hewani agar lebih menarik.
"Sekarang itu anak-anak dengan usia 3-4 Tahun lebih menyukai makanan yang instan, maka dari itu lakukan inovasi dan kreasi misalkan membuat puding susu, ikan di blender, atau mengkombain telur dengan makanan yang anak suka. Pemenuhan protein hewani sangat penting karena bukan hanya pertumbuhan fisik, tapi juga psikomotorik dan kognitif, seperti daya tangkap atau kecerdasan anak," ujarnya.
Senada dengannya, aktivis perempuan ning Lia yang kini menjadi senator terpilih dari Jatim, mengungkapkan pentingnya atensi pada stunting.
“Sesuai data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, angka stunting di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 21,6 persen, meskipun angka ini sudah menunjukkan tren penurunan dari tahun sebelumnya yaitu 24,4 persen tahun 2021. Namun angka di 2022 tetap menjadi pesan bahwa masih perlu upaya besar untuk mencapai target penurunan stunting. Ini yang ternyata sangat menjadi atensi pak Pj (Andriyanto) dengan berbagai upaya beliau bebricara soal gizi,” jelas Ning Lia, sapaan akrabnya.
Ning Lia pun menambahkan bahwa diskusinya dengan Pj Bupati Kabupaten Pasuruan Andriyanto pada (31/7) tersebut juga menyoroti stunting di kalangan remaja, terutama siswa yang menempuh pendidikan SMP.
“Fokus penanganan stunting bukan hanya pada bayi dan balita. Sekalipun yang menjadi atensi besar pada tumbuh kembang bayi balita bahkan sejak masa kehamilan melalui asupan misalnya, sebagai bentuk preventif, namun atensi pada stunting usia remaja sangat penting. Hal ini karena tidak sedikit remaja yang memiliki pertumbuhan tidak sesuai usia. Sedangkan indikator stunting yang paling mudah terlihat adalah terkait tinggi badan," ucapnya.
Ning Lia menambahkan, sesuai yang dijelaskan WHO, stunting merujuk pada kondisi terlalu pendek untuk usia seseorang. Misalnya, anak dengan tinggi badan lebih dari dua standar deviasi di bawah median standar pertumbuhan sesuai usianya.
"Meski banyak riset menunjukkan bahwa stunting sebagian besar tidak dapat dipulihkan setelah lebih 1000 hari pertama kehidupan seorang anak, namun bukan berarti kita harus patah arang," ucapnya.
Di akhir peryataanya, keponakan Gubernur Jatim 2019-2024 Khofifah Indar Parawansa itu pun kemudian menyebut program makan bergizi gratis bagi siswa sebagai upaya kuratif sekaligus preventif mencegah dampak lebih besar dari stunting. hal ini disebutnya karena stunting bagi siswa terutama remaja, umumnya disebabkan kurangnya sarapan, terutama asupan serat gizi seimbang. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |